Anda di halaman 1dari 17

Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

Pengertian
Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali untuk kawasan perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. UU nomor 28 tahun 2009

Dasar Hukum
PBB Pedesaan dan Perkotaan Merupakan pajak pusat UU nomor 28 tahun 2009

UU nomor 28 tahun 2009 pasal 180 ayat 5 : Kewenangan pemungutan PBB tetap menjadi kewenangan pemerintah pusat berlaku sampai dengan 31 Desember 2013, sepanjang belum ada Peraturan Daerah tentang PBB terkait Pedesaan dan Perkotaan

Menjadi pajak kabupaten/kota

Objek Pajak PBB Pedesaan dan Perkotaan


Bumi dan bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh orang, pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. (UU no 28 tahun 2009 pasal 77 ayat 1) Bumi : permukaan bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi yang ada di pedalaman serta laut wilayah Indonesia (sawah, ladang, kebun, tanah, pekarangan dll. ) Bangunan : konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan (tempat tinggal, gedung bertingkat, pusat perbelanjaan, jalan tol, kolam renang, anjungan minyak lepas pantai dst..)

Bukan Objek PBB Pedesaan dan Perkotaan


1.
2. 3. 4. 5.

Digunakan untuk kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional. Misalnya : masjid, gereja, rumah sakit, panti asuhan, candi dll Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau sejenis itu. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak Digunakan untuk perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik Digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan

Subjek dan WP PBB Pedesaan dan Perkotaan


Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata: mempunyai suatu hak atas bumi memperoleh manfaat atas bumi Memiliki bangunan menguasai bangunan memperoleh manfaat atas bangunan. WP adalah subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak

Dasar Pengenaan PBB Pedesaan dan Perkotaan


NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) NJOP ditentukan setiap tiga tahun sekali, atau sesuai dengan kondisi daerah. Daerah berkembang bisa setahun sekali.

NJOP ditetapkan dengan memperhatikan : harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya nilai perolehan baru penentuan Nilai Jual Objek Pajak pengganti.

Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)


Besarnya nilai NJOPTKP adalah ditetapkan paling rendah sebesar 10 juta. (UU no 28 tahun 2009 pasal 77 ayat 4)
Nilai NJOPTKB sesuai dengan peraturan daerah masing-masing.

Tarif Pajak PBB Pedesaan dan Perkotaan


Ditetapkan paling tinggi sebesar 0.3 % (nol koma tiga persen)
Pajak terutang = tarif pajak x Dasar Pengenaan Pajak = tarif pajak x (NJOP-NJOPTKP) = tarif pajak x (NJOP bumi + (NJOP Bangunan- NJOPTKP))

Contoh perhitungan PBB Perkotaan dan Pedesaan


Tuan A memiliki objek pajak berupa : 1. Tanah seluas 800m2 dengan harga jual Rp. 300.000/m2 2. Bangunan seluas 400m2 dengan nilai jual Rp 350.000/m2 3. Taman seluas 200m2 dengan nilai jual Rp.50.000/m2, dan 4. Pagar sepanjang 120m dan tinggi rata2 pagar adalah 1,5 m dengan nilai jual Rp.175.000/m2 Tarif yang diterapkan oleh Pemerintah Daerah adalah 0.2% Berapa PBB yang harus dibayar oleh Tuan A ?

Perhitungan jumlah pokok pajak yang terutang


a. NJOP Bumi (800xRp 300.000) = Rp. 240.000.000 b. NJOP Bangunan 1. Rumah (400xRp 350.000) = Rp. 140.000.000 2. Taman (200x Rp 50.000) = Rp. 10.000.000 3. Pagar (120x1.5x Rp 175.000) = Rp. 31.500.000 Total NJOP Bangunan = Rp. 181.500.000 NJOPTKP = Rp. 10.000.000 Nilai jual Bangunan Kena Pajak = Rp. 171.500.000 Nilai jual objek Pajak kena pajak = Rp. 411.500.000 PBB terutang (0.2xRp. 411.500.000) = Rp. 823.000

Alur Pembayaran PBB


PENDATAAN dengan mengisi (SPOP: surat pemberitahuan objek pajak) Penerbitan SPPT(Surat Pemberitahuan Pajak terutang) dan SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah) 6 bulan Pembayaran PBB menggunakan SSPD(Surat Setoran Pajak Daerah) KPP wilayah PENETAPAN PAJAK secara official assesment oleh Dispenda

Bank / kantor Pos

Penagihan Pajak
WP tidak membayar PBB setelah jangka waktu 6 bulan sejak SPPT dan SKPD terbit

Surat Teguran/ surat Peringatan

7 hari

Surat Paksa Pidana Penyitaan

Pelelangan

Pengurangan PBB
Adalah pemberian keringanan pajak yang terutang 1. a) Lahan perkebunan/pertanian/peternakan/perikanan yang hasilnya sangat terbatas b) Objek Pajak yang WP nya adalah pensiunan dan tidak bisa membayar PBB c) Objek pajak yang dimiliki oleh WP veteran pejuang kemerdekaan 2. Objek Pajak yang terkena bencana alam nasional (gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus)
Besar pengurangan PBB (1) 75% dari pajak terutang (2) 100% dari pajak terutang

Keberatan
Keberatan terhadap pajak yang ditetapkan oleh bupati/walikota (3 bulan setelah SKPD/SPPD) Surat keberatan dengan bahasa Indonesia disertai perhitungan pajak dan alasan yang jelas.
KEBERATAN DITERIMA WP mendapat kelebihan pembayaran pajak ditambah bunga 2% setiap bulan DITOLAK WP dikenai sanksi administrasi sebesar 50% dari pajak terutang MENGAJUKAN BANDING WP tidak dikenai sanksi administrasi sebesar 50% dari pajak terutang

Mengajukan Banding
DITERIMA WP mendapat kelebihan pembayaran pajak dengan ditambah dengan imbalan bunga sebesar 2% sebulan
DITOLAK WP dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 100% dari jumlah pajak dikurangi dengan jumlah pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.

Kedaluwarsa Penagihan PBB Pedesaan dan Perkotaan


Melampaui waktu 5 tahun, kecuali apabila WP melakukan tindakan pidana dibidang perpajakan daerah.

Anda mungkin juga menyukai