Anda di halaman 1dari 23

KIMIA LINGKUNGAN

DETERGEN
(PENCEMARAN TANAH)
Anggota Kelompok : Intan Ayu Apriliana Wahyu Setiawan Maratul Huda (11030234008) (11030234206) (11030234210)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN KIMIA 2014

Detergen merupakan salah satu produk industri yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama untuk keperluan rumah tangga dan industri. Dengan rumus molekul

DETERGEN
Detergen pertama yang dihasilkan yaitu natrium lauril sulfat (NSL) yang berasal dari lemak trilausil yang kemudian direduksi dengan hidrogen dibantu dengan katalis. Selanjutnya detergen dikembangkan dengan menggunakan alkil benzena sulfonat (ABS), lalu digantikan diganti kan dengan linear alkil sulfonat (LAS).

Deterjen yang beredar di pasaran atau yang dikonsumsi sebagian masyarakat Indonesia merupakan hasil produksi dalam negeri, tetapi dengan lisensi dari perusahaan luar negeri.

1. Karakter (sifat-sifat Fisik)


Detergen (ROSO3-Na+ ) memiliki dua ujung yang berbeda sifat, yaitu : Ujung non polar : R-O (hidrofob) Ujung polar : SO3Na (hidrofil) Detergen bersifat dapat melarutkan lemak dan tidak dipengaruhi oleh kesahan air. Berdasarkan bentuk fisiknya, Detergen dibedakan atas: Detergen Cair Detergen krim / sabun colek Detergen bubuk Tingkat keasaman (pH) detergen kurang lebih berkisar antara 10-12 Detergen bersifat nonbiodegradable, yang berarti sulit untuk diuraikan secara alami oleh mikroorganisme.

2. Sumber (Asal kontaminan/polutan)


Pada dasarnya polutan detergen berasal dari air sisa cucian pakaian, sebagi hasil aktivitas manusia yang menghasilkan limbah. Namun, berdasarkan sumber polutan deterjen sendiri meliputi: 1. Limbah domestik Berasal dari daerah: pemukiman penduduk; perdagangan/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain. 2. Limbah Industri Berasal dari sisa-sisa produksi industry yang umunya merupakan hasil pengolahan dalam suatu proses produksi.

3. Reaksi-reaksi yang Relevan (Karakter Kimia)


Detergen merupakan garam natrium yang berasal dari dodekil benzena (alkil benzena) dengan NaOH.

Adapun pembuatan deterjen dengan berbagai jenis deterjen dilakukan sebagai berikut :
Detergen Anionik
Alkil aril sulfonat terbentuk dari sulfonasi alkil benzena, alkil benzena mengandung inti dengan satu atau lebih rangkaian alifatik dengan dilakukan reaksi Fiedel-Craft.

Detergen kationik
Amina asetat (RNH3)OOCCH3 Dihasilkan dengan menetralisasi amina lemak dengan asam asetat dan dapat larut dalam air. Alkil trimetil ammonium klorida (RN(CH3))3+ClDihasilkan dari alkilasi lengkap amina lemak atau tetriari amina dengan alkil halida lemak.

Reaksi :

Detergen amfoterik
Proses pembuatannya yaitu amina lemak dasar (lauril amina) direksikan dengan metil akrilat untuk menghasilkan ester N-lemak-amino propionik. Kemudian disaponifikasi dengan NaOH membentuk garam natrium. Reaksi : lauril amina + metil akrilat natrium lauril sarkosinat

4. Perubahan-perubahan Spesies (Karakter Kimia)


Lambatnya proses degradasi oleh bakteri ini mengakibatkan timbulnya busa di atas permukaan air, dalam jumlah yang makin lama makin banyak. Hal ini disebabkan oleh bentuk struktur surfaktan yang dipakai. Jika struktur kimia berupa rantai lurus, gugus surfaktan ini mudah diuraikan.

Sedangkan jika struktur berupa rantai bercabang, maka surfaktan ini sulit dipecahkan.

Air yang mengandung bahan pencemar (polutan) akan mengubah susunan kimia tanah sehingga mengganggu jasad yang hidup di dalam atau di permukaan tanah. Penggunaan deterjen yang berlebihan dapat mengganggu tanah jika air tersebut masuk ke dalam tanah.

5. Perpindahan (Jejak di Sistem & Lingkungan air, udara, atau tanah)


Polusi tanah akibat deterjen terjadi melalui 3 cara, yakni: Langsung pembuangan limbah detergen tanpa ditampung dalam bak penampungan

Melalui udara Kandungan dalam udara yang ikut tercampur dengan air hujan Melalui air Limbah rumah tangga dan UKM yang nantinya meresap dalam tanah

6. Efek Toksikologi
Kesehatan Kanker iritasi kulit Katarak Ekosistem Penurunan kualitas air Penguraian bahan organik lanjutan oleh bakteri anaerob Ledakan pertumbuhan algae dan enceng gondok Berkurangnya kesuburan tanah

7. Identifikasi (Kualitatif)
Terdapat beberapa indikator yang dapat mengidentifikasi pencemaran tanah akibat polutan deterjen, meliputi: Indikator Fisik Kenampakan dari tanah (tercium bau busuk serta menurunnya kesuburan tanah) Indikator Kimia Kandungan fosfat dalam tanah yang menyebabkan eutrofikasi dan analisis kualitatif pada surfaktan dengan peleburan tes Na. Indikator Biologi Keberadaan organisme tanah seperti cacing tanah

8. Identifikasi (Kuantitatif)
Pengujian jenis surfaktan secara kualitatif
1. Tes Anionik (test wheatherburn) 2. Tes kationik (kortlandt dan Dammers) 3. Tes elektrolisis (cara Goldstein)

Identifikasi (Kuantitatif)
Analisis pencemaran tanah oleh detergen dapat dianalisis dengan enghitungan kadar hara dalam tanah yakni Fosfor. 1. Pengambilan sampel tanah komposit 2. Pengukuran kadar hara

9. Peraturan yang terkait


PP No.18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) Peraturan Menteri LH Nomor 07 Tahun 2006 Tentang Pengukuran Kerusakan Tanah Untuk Biomassa

Undang-Undang RI No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Disebutkan bahwa konsumen mempunyai hak untuk memperoleh informasi suatu produk secara jelas, hak untuk memilih dan hak untuk menuntut/menggugat produsen apabila produk mereka tidak sesuai dengan klaimnya Berkaitan dengan hak konsumen tersebut, diperlukan transparansi dari produsen mengenai kandungan produk deterjen yang dihasilkannya dalam bentuk pelabelan komposisi bahan baku.

10. Ide-Ide Penanganan


PREVENTIF Peningkatan pemahaman masyarakat terkait langkah penanganan limbah detergen (seperti penampung limbah) Penggunaan detergen yang mengandung zeolit dan sitrat Minimalisasi penggunaan detergen

KURATIF Pengelolaan sampah Remediasi (Membersihkan permukaan tanah yang tercemar oleh limbah detergen, menggali tanah yang tercemar kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat tercemar) Bioremediasi (pembersihan dengan menggunakan bakteri pengurai)

Daftar Pustaka
Agustina, Kristin. 2012. Bahaya Limbah Deterjen terhadap Lingkungan dan Kesehatan. www.blogspot.com /. [24 februari 2014] Ahsan S. 2005. Effect of Temperature on Wastewater Treatment with Natural and Waste Materials. Clean Technology Enviroment Policy. 7:198-202. Dwi, Bardiana (2011). Macam-Macam Detergen. From http://kimiadahsyat.blogspot.com/2011/02/macam-macam-detergen.html,. [23 Februari 2014]. Heryani. A, Puji, H. 2008. Pengolahan Limbah Deterjen Sintetik dengan Trickling Filter [Makalah Penelitian] http://eprints.undip.ac.id [5 April 2014]. Savarino. P, Motoneri. G, Musso. G, Boffe. V. 2010. Biosurfactan from urban waste for detergent formulation : surface activity and washing performance. Journal Surfactant Detergent. 13:59-68. Widiyani, Plantika. 2010. Dampak dan Penanganan Limbah Detergen (Artikel pencemaran limbah detergen) http://platikavet.blogspot.com/2011/06/pencemaran-limbah-detergent.html [24 Maret 2014]

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai