Anda di halaman 1dari 36

GOOD MINING PRACTICE

(Pertamb. yang Baik & Benar/


Pertamb. Peduli Lingkungan)
TEKNIK PERTAMBANGAN
UNDANA
MENGAPA?
Permasalahan umum tambang di Indonesia
adalah kerusakan lingkungan.
Penyebabnya: pengelola tambang
meninggalkan lahan tambang begitu saja
setelah tidak produktif lagi.
Semestinya pengelola tambang mengusahakan
pembangunan berkelanjutan bagi warga di
sekitar lokasi tambang.
Berkembangnya suatu peradaban berarti
berkembangnya suatu masyarakat yang beradab.
Hal tersebut harus memenuhi beberapa prinsip-
prinsip penting, yaitu keadilan, integritas,
kebenaran, kebaikan, keindahan dan
kedamaian.
Pembangunan peradaban yang berkelanjutan
didefinisikan sebagai suatu konsep pembangunan
bagi kesejahteraan generasi sekarang tanpa harus
mengorbankan kemampuan generasi mendatang
untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Dalam industri pertambangan mineral atau
konsep ini menekankan isu-isu demokrasi,
keadilan, dan kesetaraan yang harus
melibatkan antar-generasi.

Definisi
Praktek Pertambangan yang Baik (GMP) adalah
Pengembangan kegiatan pertambangan yang baik,
sesuai kriretia, norma-norma dan prinsip-prinsip
sehingga pemanfaatan sumber daya mineral dapat
memberikan manfaat yang optimal dan dampak
negatif yang minimal.
Tujuan GMP: Untuk mempertahankan dan
mendorong kegiatan pertambangan agar dalam
mengembangkan sumber daya mineral di
Indonesia dapat diperoleh manfaat sosial dan
ekonomi, yang lebih baik.
Mining is Sustainable Operation:
Pertambangan adalah Operasi/Kegiatan yang
BERKELANJUTAN
TIGA PILAR PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN

1. Keberlanjutan Ekonomi
2. Keberlanjutan Sosial
3. Perlindungan lingkungan
CONCEPT OF GOOD Mining PRACTICE
PELAKU
Dua unsur utama yang melaksanakan
kegiatan pertambangan yang baik dan benar,
yaitu Pelaku Bisnis/Pelaksana regulasi
dan Pembuat Kebijakan/Regulator.
Pelaku bisnis: memperhatikan efisiensi,
keuntungan yang wajar, resiko yang rendah,
kepedulian terhadap lingkungan dan
kepedulian terhadap masyarakat (CSR).

Peran birokrat (pembuat kebijakan) pada
hakekatnya adalah :
membuat kebijakan yang tepat dan kondusif,
menjamin keamanan,
menjamin kepastian hukum
menjadi fasilitator yang baik serta
membuat pedoman terhadap pelaksanaan
kegiatan.

Characteristics of good mining practice

a. Committing the existing laws and regulations
= Taat terhadap hukum yang berlaku
b. Having a comprehensive and holistic
planning of mining development based on
applicable standards. (Memiliki perencanaan
yang komprehensif dan holistik
pembangunan pertambangan berdasarkan
standar yang berlaku)
c. Applying the good and correct mining
technology based on acceptable standard
technique. (Menerapkan teknologi
pertambangan yang baik dan benar
berdasarkan teknik standar yang dapat
diterima?)

d. Applying the principle of efficient and effective in
the mining operation (Menerapkan prinsip efisien
dan efektif dalam operasi pertambangan)
e. Applying the principle of conservation, value
added and upstream-downstream linkage
(Menerapkan prinsip konservasi, nilai tambah dan
hulu-hilir)
f. Concerning about occupational safety and health
(Memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja
g. Applying the principle of environmental protection
(Menerapkan prinsip perlindungan lingkungan)
h. Paying attention and supporting program of the local
community empowerment (Memperhatikan dan
mendukung program pemberdayaan masyarakat lokal)
i. Providing a rational profit to company (Memberikan
keuntungan yang rasional untuk perusahaan)
j. Achieving a principle of sustainable development
(Mencapai prinsip pembangunan berkelanjutan)`

Kajian Teknis:
Good mining practice
Eksplorasi harus dilaksanakan secara baik, benar
dan memadai.
Perhitungan cadangan layak tambang harus
ditetapkan dengan baik (tingkat akurasi tinggi).
Studi Geohidrologi, Geoteknik dan Metalurgi
harus dilakukan secara baik dan benar.
Studi Kelayakan (Feasibility Study) yang
komprehensif dengan didukung data yang cukup,
perlu disusun dengan baik, termasuk studi
lingkungannya (AMDAL atau UKL/UPL).

Teknik dan sistem tambang serta proses
pengolahan/pemurnian harus direncanakan dan
dilaksanakan secara baik (sistem tambang pada
material lepas dan padu sangat berbeda, demikian
pula proses pengolahannya)
Teknis konstruksi dan Pemilihan peralatan harus
tepat guna.
Sistem pengangkutan bahan tambang harus
terencana baik, termasuk pemilihan alat angkut
dan alat berat lainnya.

Produksi hendaknya disesuaikan dengan
jumlah ketersediaan cadangan dan spesifikasi.
Program pasca tambang harus terencana
dengan baik sebelum seluruh aktifitas
dihentikan.

Pada pasca tambang harus segera dilakukan
kegiatan penataan dan reklamasi yang
disesuaikan dengan perencanaannya.
Pelaksanaan penataan dan reklamasi
sebaiknya mengacu pada rencana tata ruang
daerah yang bersangkutan dan disesuaikan
dengan kondisi lahan.
JIKA HAL TEKNIS DI ATAS TIDAK
DILAKUKAN, MAKA:
Kesulitan dalam pelaksanaan kegiatan.
Hasil tambang tidak akan efisien dan
ekonomis.
Produksi akan tersendat / tidak lancar.
Kemungkinan terjadinya kecelakaan tambang
akan tinggi.
Pengrusakan dan gangguan terhadap
lingkungan akan timbul.
Terjadinya pemborosan bahan galian.
Pasca tambang akan mengalami kesulitan dan
sulit penanganannya.
Semua pihak akan mendapat rugi (Pemerintah,
perusahaan dan masyarakat).
Kegiatan pertambangan akan dituding
sebagai suatu kegiatan yang merusak
lingkungan.
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN
PASCA TAMBANG
Beberapa hal prinsip dalam perencanaan dan pelaksanaan
pasca tambang yang harus menjadi perhatian antara lain:
Perlu adanya transparansi, komunikasi yang terbuka,
komitmen, dukungan dan partisipasi yang ber-
asal dari seluruh stakeholders (pemerintah, masyarakat dan
pelaku bisnis).
Perencanaan dan pelaksanaannya harus sejalan dengan
ketentuan dan standard yang berlaku.
Rencana pasca tambang harus dapat diterima oleh seluruh
stakeholders dan sesuai dengan keinginan publik.
Pelaksanaan harus mempunyai target terjaminnya
keselamatan lahan ex tambang, terpeliharanya
lingkungan dan lahan ex tambang dapat
pergunakan kembali untuk kegiatan lainnya yang
lebih bermanfaat.
Pelaku kegiatan harus dapat mempertanggung-
jawabkan dari aspek teknik dan sosio-ekonomi.
Pelaksanaan kegiatan pasca tambang harus
disesuaikan dengan rencana pembangunan daerah.
Secara teknis dan ekonomis, pelaksanaan pascatambang
dapat dilaksanakan.
Ditangani oleh sumberdaya manusia yang profesional dan
paham.
Program pascatambang harus dipantau secara kontinyu
dan segera direvisi jika terjadi perubahan.
Program hendaknya bersifat adaptatif terhadap adanya
perubahan kondisi.
Harus ada kriteria yang jelas terhadap tingkat keberhasilan
secara kuantitatif. Jaminan pasca tambang perlu ada dalam
jumlah yang memadai.
LINGKUNGAN HIDUP PERTAMBANGAN
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
Semua ketentuan, peraturan dan standar
lingkungan yang berlaku.
Setiap kegiatan wajib dilengkapi dengan dokumen
kajian lingkungan (AMDAL atau UKL/UPL).
Perlu adanya suatu jaminan dalam rangka
pelaksanaan reklamasi. Contoh: Kab. Belu:
35jt/Ha
Kepedulian harus dimulai sejak tahap eksplorasi
sampai tahap pascatambang.

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Peraturan K3 Pertambangan Umum telah diatur dalam Kep
Men Pertambangan dan Energi Nomor:
555.K/26/M.PE/1995, tanggal 22 Mei 1995. Segala aspek
menyangkut K-3 Pertambangan Umum telah diatur
didalamnya, antara lain tentang:
Pihak-pihak penanggung jawab
Program dan manajemen K-3
Kewajiban melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi
pekerja tambang.
Tatacara inspeksi tambang oleh Pelaksana Inspeksi
Tambang dan Kepala Teknik Tambang.
Kondisi kerja, peralatan kerja, rambu-
rambu/tanda-tanda peringatan.
Kewajiban menyusun Standard Operation
Procedure (SOP).
Tatacara pencegahan dan penanggulangan
kemungkinan terjadinya bahaya dan kecelakaan.
Tatacara penanganan, penggunaan dan
penyimpanan bahan peledak.
Dimensi tambang.
Kewajiban pemeriksaan kesehatan terhadap
pekerja tambang.
Aturan-aturan penggunaan alat angkut.
Pengamanan alat-alat berputar.
Pembiayaan-pembiayaan pelaksanaan
program K-3 Beberapa hal lainnya dalam
upaya pencegahan terjadinya kecelakaan
tambang.
KONSERVASI BAHAN GALIAN TAMBANG
Cara bagaimana pemanfaatan bahan galian tersebut
dilakukan secara optimal dengan memperhatikan
hal-hal:
Memperhitungkan kebutuhan akan bahan galian
tersebut (pengusahaan/pemanfaatan tepat waktu).
Pengambilan bahan galian (penambangan) harus
tepat teknologi pada saat kegiatan berjalan.
Adanya upaya untuk menghindari terjadinya
kehilangan bahan galian dalam
penambangannya.
Adanya upaya melakukan pemilahan dalam
pengambilan antara bahan galian berkadar
tinggi dan rendah. Bahan galian berkadar
tinggi diambil terlebih dahulu dan bahan
galian berkadar rendah tetap disimpan
sebagai cadangan masa depan dan diambil jika
teknologi telah mampu mengolah bahan galian
tersebut.
Adanya upaya untuk memanfaatkan mineral-
mineral ikutan secara optimal.
Bekas LAHAN TAMBANG dalam kondisi
Aman, Layak dimanfaatkan, Indah, Harmonis,
bersifat Fasilitatif jika dipergunakan,
mendatangkan Untung jika dimanfaatkan,
bersifat Natural, dibentuk secara Geometris,
sebagai lahan yang Strategis dalam
pemanfaatannya dan dapat dimanfaatkan
secara Integratif ( ALIH FUNGSI ).

Selanjutnya dalam aktifitas PERTAMBANGAN
dilakukan secara Profesional, Realistis, Objektif,
Fair, Inovatif dan Transparan dalam
pengeksploitasian dan pengelolaannya (PROFIT).
Sedangkan kondisi LINGKUNGAN diharapkan
akan Sehat, bersifat Ekologis, Ramah, Adaptatif,
Sinergik dan mampu untuk saling melakukan
Interaksi terhadap aktifitas Pertambangan dan
kondisi pada bekas Lahan Tambang ( SERASI ).

PERANAN BIROKRAT DAN MASYARAKAT
Dalam Praktek Pertambangan yang Baik
dan Benar ini, peranan Birokrat adalah :
membuat kebijakan yang bersifat kondusif,
menjamin kepastian hukum, menjamin
keamanan, menyusun pedoman dan menjadi
fasilitator serta melakukan tugas pemantauan,
pengawasan bimbingan dan pembinaan serta
melakukan evaluasi terhadap aktifitas
pertambangan.
Bimbingan dan Pengawasan yang dilakukan
oleh Birokrat sudah wajib dilakukan sejak
tahap perencanaan - tahap pasca tambang.
Peran masyarakat terhadap aktifitas
pertambangan terutama pada tahap
pelaksanaan kegiatan - tahapan pasca tambang
(tidak tertutup kemungkinan peran mereka
juga bisa dari sejak tahap perencanaan).
P E N U T U P
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari uraian diatas
adalah:
Aktifitas pertambangan tidak akan dinyatakan sebagai
suatu kegiatan pengrusak lingkungan jika Praktek
Pertambangan Yang Baik dan Benar (Good Mining
Practice) dapat diimplementasikan dengan penuh
kesadaran, terutama dari pelaku kegiatan / pelaku bisnis.
Dalam Implementasi Praktek Pertambangan yang Baik
dan Benar ini, semua pihak (Pemerintah, Pelaku Bisnis
dan Masyarakat) harus berperan aktif dan saling
melakukan kontrol.

Anda mungkin juga menyukai