Anda di halaman 1dari 49

FISIOTERAPI PADA

KONDISI GANGGUAN
RESPIRASI
PERMASALAHAN FISIOTERAPI
PADA KASUS RESPIRASI
penurunan volume paru
peningkatan beban kerja pernapasan
penurunan mobilitas torak
pola pernapasan yang abnormal
gangguan pertukaran gas
hambatan arus udara dalam saluran napas
penurunan toleransi aktivitas
Modalitas fisioterapi pada kasus respirasi telah
dikenal sejak awal abad ke 20, yaitu dengan
dipublikasikannya hasil penelitian yang dilakukan
oleh Ewart pada tahun 1901 dan Pasteur pada
tahun 1908
Winifred Linton seorang perawat yg memberi
perhatian pd problem respirasi selama PD I
Pasca PD I masuk sekolah fisioterapi lulus th
1921
1934 bekerja di RS BROMPTON di London
Localized BE
Indikasi ;
semua penyakit paru
yang disertai sesak & nafas pendek - cepat.

Tidak ada kontra indikasi.
Tujuan Breathing Control :
Membentuk pola nafas normal
Meminimalkan tenaga untuk bernafas
Menghilangkan nafas yang pendek dan cepat
Meningkatkan ventilasi

Breathing control in sitting Breathing control
in high side lying
Relaxed sitting
Forward lean sitting
Relaxed standing
Forward lean sitting
Forward kneeling
Seperti merasakan nafas normal
1. Tarik nafas pelan, teratur dan relaks
melalui hidung atau mulut
2. Kemudian pelan dan gentle dihembuskan
melalui mulut.
3. Ekspirasi dilakukan secara pasif dan
tidak memanjang.
4. Hindari memakai otot-otot dada
berlebihan
5. Bila penderita kesulitan melakukan
sendiri bisa dibantu fisioterapis
MODALITAS FISIOTERAPI UNTUK
MEMBERSIHKAN JALAN NAPAS
Pembersihan jalan napas dari mukus/seresi
penting, karena mukus yang terakumulasi dapat
menyebabkan beberapa hal berikut:
Infeksi paru
Major Atelectasis
Impaired gas exchange( gg
pertukaran gas)
Airflow limitation ( penurunan
arus udara)
MODALITAS FISIOTERAPI UNTUK
MEMBERSIHKAN JALAN NAPAS
CHEST PHYSIOTHERAPY
= Bronchial toilet
= Bronchial Hygiene
Postural Drainage
Perkusi/tapotement

Breathing Exc

Latihan batuk
=
1. Bernafas dengan tehnik diafragmatic breathing
2. Posisi duduk, atau berbaring dengan fleksi lutut
3. Dapat dilakukan bersamaan dengan postural
drainage
4 Bila bagian tertentu dari paru yang ingin dilakukan
ekspansi, dapat dilakukan dengan meletakkan tangan
pada bagian yang diharapkan sebagai stimuli
proprioseptif. Atau memakai belt untuk bagian
posterior karena tidak bisa terjangkau tangan.
Tehnik ini disebut dengan segmental breathing
5. Selalu dilakukan pengamatan bahwa gerakan rongga
dada adalah simetris

Bilateral lateral costal expansion
Lateral costal expansion
Right apical expansion
FORCED EXPIRATION TECHNIQUE (FET)
Gosselink (1989) mendefinisikan FET sebagai suatu tehnik
untuk membersihkan jalan napas yg merupakan kombinasi antara:
Postural Drainage
Breathing exercise (SMI)
Batuk efektif
Salah satu bagian yg penting dr FET adalah periode
istirahat yg diisi dg breathing control mencegah
obstruksi jalan napas lebih lanjut.
Lamanya waktu istirahat tergantung pd kondisi pasien
POSTURAL DRAINAGE
Merupakan suatu upaya pengaturan posisi pasien yang bertujuan untuk
mengalirkan mukus dari berbagai segmen dalam paru menuju ke saluran
napas yang lebih besar dengan bantuan gravitasi maka mukus akan
mudah diekspektorasikan dengan bantuan batuk (Pavia, 1990)
1. memposisikan / meletakkan Px pada posisi gravitasi untuk
memudahkan pengeluaran sekret / mengalirkan sekret dari
daerah khusus di paru-paru.
2. Penting pengetahuan anatomi dari bronchial tree.
3. Prinsipnya adalah seperti menuang air dalam botol. Apabila air
dituang dalam posisi tegak, air tidak dapat keluar, namun bila
dimiringkan air akan lebih mudah keluar.
4. sebelum postural drainage dipastikan dengan auskultasi lobus
paru mana yang banyak sekretnya.
5. Dilakukan sebanyak 2 -4 kali / hari @ 30 menit
6. Dihentikan bila ada keluhan takhikardi, palpitasi,sesak, nyeri
dada
Kontra Indikasi postural drainage:
1. Hemoptysis
2. Severe Hypertension
3. Edema Cerebri
4. Aneurysma Aorta
5. Aneurysma Cerebral
6. Aritmia
7. Edema Pulmonum
Prosedur postural drainage:
1. Jangan diberikan setelah makan
2. Waktu yang tepat dilakukan adalah pagi hari, karena
saat tidur terjadi penimbunan sekret
3. Dapat dilakukan menjelang tidur (sore hari) agar
saluran nafas bersih, sehingga penderita bisa tidur
nyaman
4. Untuk terapi dilakukan 2 4 kali sehari, sedang untuk
mencegah penimbunan sekret dilakukan 1 2 kali.

Segmen apical, lobus atas
Segmen medial, lobus tengah
Segmen basal anterior dan medial ,
lobus bawah
Segmen lateral , lobus tengah
Segmen apical, lobus atas
Segmen superior, lobus bawah
Segmen basal posterior, lobus bawah
Segmen inferior, lobus lingula
PERKUSI MANUAL
Perkusi manual atau clapping dilakukan oleh fisioterapi
dengan kedua tangan membentuk seperti mangkok
dengan gerakan fleksi dan ekstensi dari sendi
pergelangan tangan secara ritmis pada permukaan
dinding dada pasien yang meliputi seluruh segmen paru
(Webber, 1998).
melepaskan mukus
stimulasi aktivitas mucocilliary
transport
TUJUAN
Wollmer dkk (1985) melakukan penelitian pd 10
pasien bronkitis kronik eksaserbasi akut
Penambahan Perkusi pada PD dan latihan batuk
tidak memberikan manfaat pd pasien tsb.
8 pasien dg jumlah sputum yg sedikit
2 pasien dg jumlah sputum banyak (100 ml &
130 ml per hari)
Ternyata pd pasien yg sputumnya banyak
penambahan perkusi dapat mengeluarkan sputum
lebih banyak dibandingkan tanpa perkusi
Demikian pula pd penelitiannya
Gallon (1991) seperti yg dapat
dilihat pd figure disamping bahwa
penambahan perkusi pada
pemberian PD, DBE dan FET dapat
meningkatkan jumlah sputum yg
dikeluarkan secara significant (p
<0.05)
REKOMENDASI UNTUK KLINISI
Hanya diberikan pada pasien dg jumlah sputum yg banyak dan
TIDAK diberikan pada pasien yg jumlah sputumnya sedikit atau tidak
ada sputum
Diberikan bersamaan dengan PD dan FET seperti yg
direkomendasikan dari The Bromptom Hospital Guide to Chest
Physiotherapy (Webber, 1988)
TIDAK diberikan secara rutin pd pasien dengan ventilator dan pasien
pasca pembedahan. Jika terpaksa harus digunakan, maka SaO2 harus
dimonitor dg cermat dan pemberian anagesia yg adequat
Perkusi mungkin juga bermanfaat untuk pasien yg tidak dapat napas
dalam atau batuk.
1. Hemoptysis
2. Acute pleuritic pain
3. TBC aktif
4. Metastase
5. Severe osteoporosis
6. Flail Chest
7. Abses paru
8. Acute severe asthma

Gerakan cepat yg dilakukan pada dinding dada
Dapat dilakukan manual / dgn alat vibrator
Diberikan saat exhalasi / ekspirasi
Tujuannya sama dengan perkusi; melepaskan
muskus & stimulasi activasi muscculary transport
Tehnik :
1. Nafas dalam, tahan beberapa detik, vibrasi
diberikan saat ekspirasi
2. Satu session latihan, hendaknya diberikan setelah
5 6 nafas dalam.
3. Setelah tindakan vibrasi dapat dilakukan postural
drainage.
LATIHAN BATUK EFEKTIF
Batuk adalah merupakan mekanisme pertahanan
tubuh yang berfungsi untuk mengeluarkan benda
asing atau sekresi:
Reflex
Aktivitas yg disadari (Voluntary)
Batuk yang disadari, dimulai dengan mengkontraksikan otot-
otot inspirasi diikuti oleh penutupan glotis kontraksi
dari otot-otot ekspirasi meningkatnya tekanan
intrathoracic yang tinggi yang dapat mencapai 200mmHg
glottis dibuka terjadi arus ekspirasi yang sangat tinggi
yang dapat mencapai 70 mill per jam (Starr, 1992).
Fisioterapi melatih pasien untuk batuk efektif dengan
memberikan petunjuk kepada pasien untuk tarik napas
maksimal dan mengeluarkannya sekuat mungkin tidak lebih dari
dua kali tiap siklusnya
Efektivitas dari latihan batuk efektif dalam membersihkan
mukus dari saluran napas telah ditunjukkan pada beberapa
literatur (Bateman et al., 1981; de Boeck & Zinman, 1984).
Bateman dkk (1981) melakukan penelitian pada 6 org yg
didiagnosis bronkitis kronik dan bronkiektasis dengan rata-2
jumlah sputum perharinya 160 ml Latihan batuk efektif
untuk membersihkan mukus dari saluran napas pusat,
sedangkan peran latihan batuk untuk membersihkan mukus
dari saluran napas perifer masih perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut (Bateman et al., 1981) .
Pada pasien pasca pembedahan, adanya nyeri incisi
dapat menghambat inspirasi maksimal dan penurunan
kekuatan otot-2 ekspirasi untuk berkontraksi yang akan
menghambat efektivitas batuk (Stiller & Munday,
1992).

Untuk itu pemberian splint pada area incisi biasanya
bermanfaat. Disamping itu untuk lebih mengoptimalkan
manfaat batuk pada pasien pasca pembedahan perlunya
diberikan analgesia yg adequat dan pengaturan posisi yg
tepat (Humberstone, 1990; Starr, 1992).
Tarik nafas pelan & dalam dengan
pernafasan diafragma
Tahan nafas 2 detik atau hitung sampai 2
hitungan
Batukkan 2 kali dengan mulut sedikit
terbuka. Batuk pertama akan melepaskan
seret atau mucus dari tempatnya dan
batuk kedua akan mendorong keluar mucus
tersebut. Batuk yang efektif adalah yang
bersuara hollow . Sebagian penderita
harus didorong untuk berani batuk. Sugesti
dapat diberikan dengan cara terapis batuk
mendahului penderita
Pause / tahan
Tarik nafas pelan dengan dengusan ringan
(sniffing gently). Perlu diingat bahwa
menarik nafas keras sesudah batuk dapat
menyebabkan batuk kembali dan ini justru
mendorong mucus masuk kedalam paru
paru lagi
Istirahat
LATIHAN NAPAS DALAM
(Deep Breathing Exercise)
Latihan napas dalam adalah merupakan bagian dari
tehnik latihan pernapasan (breathing exercise) yang
menekankan pada inspirasi maksimun yang panjang yang
dimulai dari akhir ekspirasi tenang.
Latihan napas dalam apalagi ditambahkan dengan
penahanan pada akhir inspirasi (SMI)
Merangsang terbukanya sistem collateral
Meningkatkan distribusi ventilasi
Meningkatkan volume paru
Sehingga akan memfasilitasi pembersihan jalan napas
(Tucker & Jenkins, 1996)
Diaphragmatic breathing
PEP-Mask
(Positive Expiratory Pressure)
Merupakan suatu tehnik yang bertujuan untuk membantu
membersihkan jalan napas dengan ekspirasi melawan
tahanan diharapkan dapat merangsang terbukanya sistim
collateral masuknya udara dibelakang mukus
memudahkan untuk mengeluarkan mukus
Alat ini dikembangkan pertamakali di Scandinavia oleh Mr
Andersen Berupa suatu masker pada pintu ekspirasinya
terdapat tahanan variabel yang mengatur besarnya tahanan
ekspirasi
Dengan alat ini diharapkan:
Pada saat ekspirasi sal napas tetap terbuka
Merangsang terbukanya sistim collateral
Memperbaiki distribusi ventilasi
Biasanya diberikan pd posisi duduk tegak dg siku disupport, pasien
memegang PEP-Mask yg ditempelkan didaerah hidung & mulut secara
merata tarik napas dalam keluarkan scr aktif tetapi tidak
dengan tenaga kuat/paksa.
Tahanan diatur sedemikian rupa pasien dapat bernapas 10-15
kali scr nyaman/comfortable
Indikasi bermanfaat pd kasus COPD (Christensen et al, 1990)
Pada kasus dimana ada wheezing TIDAK DIANJURKAN
menggunakan alat ini
Mobilisasi
Chest mobilitation during inspiration
ad expiration
A stretchis applied to the pectoralis muscles
during inspiration (A), and the patient brings
the elbow together to facilitate expiration
(A) Chest expansion is increased with
bilateral movement of the arms overhead
during inspiration (B) Expiration is then
reinforced by reaching the arms toward the
floor
Pulmonary Rehabilitation adalah program untuk
penderita dg gangguan fungsi paru kronik yang
meliputi penanganan medikamentosa, edukasi,
psikologik, latihan fisik, pernafasan, serta
konseling nutrisi.
What is Pulmonary Rehabilitation ?
Rehabilitasi paru bertujuan untuk membantu
penderita secara menyeluruh agar mampu
bertahan hidup dengan keterbatasannya,
sehingga bisa menikmati hidupnya dengan
nyaman, serta bila memungkinkan
meningkatkan kapasitas fungsional dalam
aktifitas sehari-hari.
Tujuan secara umum :
Apa goal nya ?
Cont
Mengurangi keluhan dan mencegah
komplikasi
Mengurangi ketergantungan
Meningkatkan kesegaran jasmani.
Meningkatkan rasa nyaman
Mengurangi frekuensi perawatan
di rumah sakit

Emphysema
Chronic bronchitis
Bronchiectasis
Asthma bronchial
Interstitial lung
disease.
Chest wall
diseases
Neuromuscular
disorders
Ventilator dependency
Before and after surgery
for transplantation
Volume reduction
Cancer, etc

KONDISI
Respiratory dysfunction
Restrictive type
Obstructive type :
The American Thoracic Society

:




Physical therapy
Exercise conditioning
Respiratory therapy
Education
General

Major components of Pulmonary Rehabilitation
Physical Therapy :

Postural drainage
Breathing exercise :
Pursed-lip breathing
Diaphragm breathing
Coughing
Relaxation

Anda mungkin juga menyukai