Rokok merupakan faktor risiko utama PPOK. Penyebab kematian urutan ke 3 Apakah PPOK? Dua bentuk utama ialah Bronkhitis kronis dan Emfisema Bronkhitis Kronis ditandai dengan batuk berdahak minimal tiga bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut-turut dan bukan disebabkan oleh penyakit lain Emfisema :Suatu perubahan anatomis paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminal, yang disertai kerusakan dinding alveolus. (Kapita Selekta) Emfisema paru paru merupakan suatu perubahan anatomis parenkim paru paru yang ditandai dengan pembesaran alveolus dan duktus alveolaris, serta destruksi dinding alveolar. (Sylvia.2000.689) KLASIFIKASI EMFISEMA 1. CLE (emfisema sentrilobular) CLE ini secara selektif hanya menyerang bagian bronkhiolus respiratorius 2. PLE (emfisema panlobular) Merupakan bentuk morfologik yang lebih jarang, dimana alveolus yang terletak distal dari bronkhiolus terminalis mengalami pembesaran serta kerusakan secara merata. Penyebab PPOK Bronkitis Kronis:Merokok,Polusi Udara,Iklim Emphysema:Predisposisi genetic,Merokok ,Polusi udara
MANIFESTASI KLINIS Manifestasi klinik Penyakit Paru Obstruktif Kronik : Peningkatan dispnea. Penggunaan otot-otot aksesori pernafasan (retraksi otot- otot abdominal, mengangkat bahu saat inspirasi, nafas cuping hidung). Penurunan bunyi nafas. Takipnea. Bronkhitis Batuk produktif dengan sputum berwarna putih keabu-abuan, yang biasanya terjadi pada pagi hari. Inspirasi ronkhi kasar dan whezzing. Sesak nafas Bronkhitis (tahap lanjut) Penampilan sianosis Pembengkakan umum atau blue bloaters (disebabkan oleh edema asistemik yang terjadi sebagai akibat dari kor pulmunal).
Emphysema Penampilan fisik kurus dengan dada barrel chest (diameter thoraks anterior posterior meningkat sebagai akibat hiperinflasi paru-paru). Fase ekspirasi memanjang.
Emphysema (tahap lanjut) Hipoksemia dan hiperkapnia. Penampilan sebagai pink puffers Jari-jari tabuh.
KOMPLIKASI Infeksi yang berulang Pneumothoraks spontan Eritrositosis karena keadaan hipoksia kronik Gagal nafas Kor pulmonal .
PEMERIKSAAN PENUNJANG 1.Pemeriksan radiologis
2.Pemeriksaan fungsi paru
3.Analisis Gas Darah
4.Pemeriksaan EKG
PENATA LAKSANAAN Hindari zat iritan bronchusHentikan rokok Antibiotik Bronchodilator Terapi oksigen Pengkajian Inspeksi: - Paru hiperinflasi, ekspansi dada berkurang, kesukaran inspirasi, dada berbentuk barrel chest, dada anterior menonjol, punggung berbentuk kifosis dorsal. Palpasi : - Ruang antar iga melebar, taktik vocal fremitus menurun, Perkusi : - Terdengar hipersonor, peningkatan diameter dada anterior posterior. Auskultasi : - Suara napas berkurang, ronkhi bisa terdengar apabila ada dahak
Diagnosis Keperawatan 1). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen. 2). Gangguan pertukaran gas berrhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi. 3). Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ventilasi alveoli 4). Kerusakan pertukaran gas b.d. gangguan suplai oksigen (Marilynn E. Doenges 1999 : 158). 5). Pola pernapasan tidak efektif b.d. napas pendek, lendir, bronkokonstruksi dan iritan jalan nafas (Suzanne C. Smeltze dkk, 2001 : 601) 6). Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. bronkokonstriksi, peningkatan sekresi, penurunan mekanisme venntilasi dan oksigensi.
Intervensi Keperawatan 1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen. Tujuan : -pasien bernafas dengan efektif -mengatasi masalah intoleransi aktivitas pada pasien. Kriteria hasil : -pasien bisa mengidentifikasikan factor-faktor yang Menurunkan toleran aktivitas. - pasien memperlihatkan kemajuan khususnya dalam hal mobilitas - pasien memperlihatkan turunnya tanda-tanda Intervensi :
- kaji respon individu terhadap aktivitas - Ukur tanda vital saat istirahat dan segera setelah aktivitas serta frekuensi, irama dan kualitas - Hentikan aktifitas bila respon klien : nyeri dada, dyspnea, vertigo/konvusi, frekuensi nadi, pernapasan, tekanan darah sistolik menurun - meningkatkan aktifitas secara bertahap. - Ajarkan klien metode penghematan energi untuk aktifitas. 2. Gangguan pertukaran gas berrhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
Tujuan : - Pertukaran gas pasien kembali normal - Tidak terjadi perubahan fungsi pernapasan.
Kriteria hasil : - pasien bisa bernapas normal tanpa menggunakan otot tambahan pernapasan. - pasien tidak mengatakan nyeri saat bernapas.
Intervensi : - Lakukan latihan pernapasan dalam dan tahan sebentar untuk membiarkan diafragma mengembangkan secara optimal - Posisikan pasien dengan posisi semi fowler agar pasien bisa melakukan respirasi dengan sempurna. - Kaji adanya nyeri dan tanda vital berhubungan dengan latihan yang diberikan. - Ajari pasien tentang teknik penghematan energi. - Bantu pasien untuk mengidentifikasi tugas-tugas yang bisa diselesaikan.
3. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ventilasi alveoli
Tujuan : - Tidak terjadi perubahan dalam frekwensi pola pernapasan. - Tekanan nadi (frekwensi, irama, kwalitas) normal. Kriteria hasil : - Pasien memperlihatkan frekwensi pernapasan yang efektif dan mengalami perbaikan pertukaran gas pada paru. - Pasien menyatakan factor penyebab, jika mengetahui Intervensi : - Pastikan pasien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan. - Alihkan perhatian pasien dari pemikiran tentang keadaan ansietas (cemas) dengan meminta pasien mempertahankan kontak mata dengan perawat - Latih pasien napas perlahan-lahan, bernapas lebih efektif. - Jelaskan pada pasien bahwa dia dapat mengatasi hiperventilasi melalui control pernapasan secara sadar.
GAMBAR Pulmo_emfisema Pulmo_normal Emfisema Toraks berbentuk silindrik, diafragma letak rendah dan mendatar. Jantung ramping, sela iga melebar