Benign paroksysmal potitional vertigo(BPPV) Gangguan keseimbangan perifer Keluhan :vertigo datang tiba-tiba pada perubahan posisi kepala Vertigo dirasakan sangat berat berlangsung singkat(bbrapa detik) Keluhan dapat disertai mual+muntah Sering berulang dan dapat sembuh sendirinya VPJPenyakit degeneratif idiopatik yang sering ditemukan(usia muda & lanjut) Trauma kepala penyebab ke 2 terbanyak pada VPJ bilateral Penyebab lain :labirintis virus,neuritis vestibular,pasca stapedectomi,fistula perilimfa,peny.Menierre Diagnosis VPJ Tindakan provokasi&melihat nistagmus pada posisi tersebut Kebanyakan kasus disebabkan :kanalitiasis bukan kupolitiasis Perbedaan tipe VPJ dengan mengamati timbulnya nistagmuslakukan perasar provokasiinfrared video camera 3 perasat : Perasat Dix Halpike(plg sering digunakan) Perasat side lying(melihat VPJ pada kanal posterior&anterior) Perasat roll(melihat vertigo kanal horizontal) Diagnosis VPJ pada kanalis anterior&posteriormemmprovokasi& mengawati nistagmus yang abnormal dan respon vertigo dari kanalis semisirkularis Perasat Dix halpike sering digunakanposisi kepala sempurna untukCanalith Repositioning Treatment Pada saat provokasi dilakukan,pemeriksa observasi timbulnya nistagmus dengan kacamata Frenzel(Dipakai pasien dalam ruang gelap) Penggunaan VIMPenampakan simultan dari beberapa pemeriksaan Perekaman tidak dapat bersamaan dengan ENGProsesnya dapat terganggu dengan oleh pergerakan&artefak kedipan mata.Selain itu nistagmus punya komponen torsional yang prominen (tdak dapat terdeteksi ENG) Respon abnormal Orang normalnistagmus timbul saat gerakan provokasi ke belakang,waktu gerakan selesai dilakukan tidak tampak nistagmus lagi Pasien VPPJ,Timbulnya nistagmus lambat 40 detik,menghilang < 1 menit bila sebabnya kanalitiasis Pada kupolitiasis (> 1 menit)serangan vertigo berat +nistagmus Identifikasi jenis kanal yang terlibat Fase cepat ke atasberputar ke kanan menunjukkan VPPJ pada kanalis posterior kanan Fase cepat ke atasberputar ke kiri menunjukanm VPPJ pada kanalis posterior kiri Fase cepat ke bawahberputar ke kanan menunjukkan VPPJ pada kanalis anterior kanan Fase cepat ke bawahberputar ke kiri menunjukkan VPPJ pada kanalis anterior kiri Respon abnormal diprovokasi perasat Dix halpike/sidelying pada bidang kanal sesuai yang terlibat Bila respon nistagmus sangat kuat diikuti nistagmus sekunderarah fase cepat berlawanan dengan nistagmus pertama Nistagmus sekunder terjadi akibat proses adaptasi sistem vestibuler sentral Bila pasien kembali duduk stelah mengikuti pemeriksaan dengan hasil(+)pasien mendapat serangan dan nistagmus&vertigo kembali Respon tersenut menyerupai respon yang pertama namun lebih lemah dan nistagmus fase cepat timbul dengan arah berlainan gerakan kanalith ke kupula Kadang dengan perasat Halpike/Sidelyingnistagmus horizontal Terjadi akibat nistagmus spontan,nistagmus psisi atau VPJ pada kanalis horizontal Bila timbul nistagmus Horizontallakukan pemeriksaan Roll Test penatalaksanaan 3 macam perasat dilakukan untuk menaggulangi VPJ CRT(canalith repositioning treatment) Perasat Liberatory Latihan Brandt-Daroff CRT segera dilakukan setelah perasat Dix Halpike menimbulkan respon abnormalidentifikasi kanalitiasis pada kanal anterior dan posterior telinga bawah Pasien tidak kembali ke posisi dudukkepala pasien dirotasikanmendorong kanalith keluar dari kanalis semisirkularisutrikulus(t4 dimana kanalith tidak menimbulkan gejala) Perasaat liberatorymemindahkan otolit dari kanal semisirkularis Latihan Brand Daroffmodifikasi menangani pasien dengan VPPJ pada kanalis horizontal karena kupolitiasis Pasien diminta melakukan gerakan ke depan- belakang secra cepat pada bidang kanalis horizontal karena kupolitiasis Perasat dilakukan melepaskan otokonia dari kupula CRTTerapi kanal posterior dan anterior akibat canalitiasis Perasat Liberatorykupolitiasis&menggerakan otokonia Brandf Darroffpasien dengan gejala menetap
DD/ Vertigo Perifer Central Timbul Episodic Disertai gangguan pendengaran Sering timbul Nystagmus Berhubungan dengan posisi
Prolounge dan steady Jarang ada Nystagmus Tidak berhubungan dengan posisi Berhubungan dengan pemeriksaan neurologis Menieres disease Penyakit Meniere adalah suatu sindrom yang terdiri dari serangan vertigo, tinnitus, dan berkurangnya pendengaran secara progresif. Klasifikasi Penyakit Meniere vestibular Penyakit Meniere klasik Penyakit Meniere koklea Penyakit Meniere vestibular Penyakit Meniere vestibular ditandai dengan adanya vertigo episodic sehubungan dengan tekanan dalam telinga tanpa gejala koklear. Tanda dan gejala: Vertigo hanya bersifat episodic Penurunan respons vestibuler atau tak ada respons total pada telinga yang sakit Tak ada gejala koklear Tak ada kehilangan pendengaran objektif Kelak dapat mengalami gejala dan tanda koklear
Penyakit Meniere klasik Tanda dan gejala: Mengeluh vertigo Kehilangan pendengaran sensorineural berfluktuasi tinitus Penyakit Meniere koklea
Penyakit Meniere koklea Penyakit Meniere koklea dikenali dengan adanya kehilangan pendengaran sensorineural progresif sehubungan dengan tnitus dan tekanan dalam telinga tanpa temuan atau gejala vestibuler. Tanda dan gejala: Kehilangan pendengaran berfluktuasi Tekanan atau rasa penuh aural Tinnitus Kehilangan pendengaran terlihat pada hasil uji Tak ada vertigo Uji labirin vestibuler normal Kelak akan menderita gejala dan tanda vestibuler
Etiologi Penyebab penyakit Meniere tidak diketahui namun terdapat berbagai teori, termasuk pengaruh neurokimia dan hormonal abnormal pada aliran darah yang menuju ke labirin, gangguan elektrolit dalam cairan labirin, reaksi alergi, dan gangguan autoimun. Penyakit Meniere masa kini dianggap sebagai keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan cairan telinga dalam yang abnormal yang disebabkan oleh malapsorbsi dalam sakus endolimfatikus. Namun, ada bukti menunjukkan bahwa banyak orang yang menderita penyakit Meniere mengalami sumbatan pada duktus endolimfatikus. Apapun penyebabnya, selalu terjadi hidrops endolimfatikus, yang merupakan pelebaran ruang endolimfatikus. Baik peningkatan tekanan dalam sistem ataupun ruptur membran telinga dalam dapat terjadi dan menimbulkan gejala Meniere.
Manifestasi Klinis Gejalanya berupa serangan vertigo tak tertahankan episodic yang sering disertai mual dan/atau muntah, yang berlangsung selama 3-24 jam dan kemudian menghilang secara perlahan. Secara periodik, penderita merasakan telinganya penuh atau merasakan adanya tekanan di dalam telinga. Kehilangan pendengaan sensorineural progresif dan fluktuatif. Tinnitus bisa menetap atau hilang-timbul dan semakin memburuk sebelum, setelah maupun selama serangan vertigo. Pada kebanyakan penderita, penyakit ini hanya menyerang 1 telinga dan pada 10-15% penderita, penyakit ini menyerang kedua telinga.
Patofisiologi Ketidakseimbangan pada telinga dalam - tek. hidrostatik pd ujung arteri - tek. osmotikdlm kapiler - tek osmotik di ruang ekstrakapiler -Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat Pembengkakan rongga endolimfatikus Sistem vestibular terganggu Pemeriksaan Pemeriksaan fisik biasanya normal kecuali pada evaluasi nervus cranial ke VIII. Garputala (uji weber) akan menunjukkan lateralisasi ke sisi berlawanan dengan sisi yang mengalami kehilangan pendengaran (sisi yang terkena penyakit Meniere). Audiogram biasanya menunjukkan kehilangan pendengaran sensorineural pada telinga yang sakit. Kadang audiogram dehidrasi dilakukan di mana pasien diminta meminum zat penyebab dehidrasi, seperti gliserol atau urea, yang secara teoritis dapat menurunkan jumlah hidrops endolimfe. Elektrokokleografi menunjukkan abnormalitas pada 60% pasien yang menderita penyakit meniere. Elektronistagmogram bisa normal atau menunjukkan penurunan respons vestibuler. CT scan atau MRI kepala Elektroensefalografi Stimulasi kalorik
Penatalaksanaan pengobatan paling baik adalah sesuai dengan penyebabanya. Untuk penyakit meniere antara lain diberikan: - Obat-obatan vasodilator perifer (untuk mengurangi tekanan hidrops endolimfa) - Tekanan endolimfa di salurkan ke tempat lain dengan jalan operasi, yaitu membuat shunt - Obat-obat antiskemia, obat neurotonik (untuk menguatkan sarafnya) Komplikasi Penurunan kemampuan aktifitas Ketulian sbg akibat gangguan pd telinga Bbrp penderita yg mengalami gejala unilateral 50% dari kasus akan akan berkembang menjadi bilateral. Bbrp dr kejadian tsb akan berdampak pd tuli total Vestibular neuritis Gangguan pada sistem vestibular yang tidak berhubungan dengan penurunan pendengaran dan penyakit-penyakit lain pada sistem saraf pusat. Vestibular neuritis adalah gangguan yang disebabkan oleh infeksi virus pada nervus vestibularis. Biasa juga disebut sebagai Vestibular Neuronitis. Vestibular neuritis Merupakan penyakit yang self limiting, diduga disebabkan oleh infeksi virus; jika disertai gangguan pendengaran disebut labirintitis. Sekitar 50% pasien akan sembuh dalam dua bulan.Di awal sakit, pasien dianjurkan istirahat di tempat tidur,diberi obat supresan vestibuler dan anti emetik. Mobilisasi dinidianjurkan untuk merangsang mekanisme kompensasi sentral Vestibular neuritis Vestibular neuritis dapat terjadi pada semua kelompok usia terutama pada dekade ke 3 dan ke 4 tetapi jarang ditemukan kasus pada anak- anak. Etiologi Vestibular neuritis diduga disebabkan oleh infeksi virus pada nervus vestibularis yang berjalan dari telinga tengah ke batang otak. Belum diketahui virus apa tepatnya yang menyebabkan masalah ini dan kenyataannya banyak virus yang dapat menginfeksi nervus vestibularis. Beberapa pasien mempunyai riwayat infeksi saluran napas atas (common cold) atau flu yang mendahului onset terjadinya gejala-gejala vestibular neuritis, beberapa yang lain tidak mempunyai riwayat infeksi virus yang mendahului serangan vertigo.
MOTION SICKNESS Motion sickness or kinetosis, also known as Travel Sickness, is a condition in which a disagreement exists between visually perceived movement and the vestibular system's sense of movement. Dizziness, fatigue, and nausea are the most common symptoms of motion sickness. Motion sickness on the sea can result from being in the berth of a rolling boat without being able to see the horizon
MOTION SICKNESS The most common hypothesis for the cause of motion sickness is that it functions as a defense mechanism against neurotoxins Motion sickness can be divided into three categories: 1. Motion sickness caused by motion that is felt but not seen. 2. Motion sickness caused by motion that is seen but not felt. 3. Motion sickness caused when both systems detect motion but they do not correspond.
Motion is felt but not seen In these cases, motion is sensed by the vestibular system and hence the motion is felt, but no motion or little motion is detected by the visual system. 1. Car sickness Masalah dari otak untuk menerima input saraf. 2. Airsickness Tidak adanya keseimbangan antara saraf sentral dengan tubuh. 3. Sea-sickness karakteristik mual dan vertigo setelah beberapa jam berada di air. 4. Centrifuges 5. Dizziness due to spinning (mesin pemintal)
Motion that is seen but not felt In these cases, motion is detected by the visual system and hence the motion is seen, but no motion or little motion is sensed by the vestibular system. Motion that is seen and felt but do not correspond Coriolis effect When moving within a rotating reference frame such as in a centrifuge or environment where gravity is simulated with centrifugal force, the coriolis effect causes a sense of motion in the vestibular system that does not match the motion that is seen.
GANGGUAN PENDENGARAN Definisi Gangguan pendengaran berupa berkurangnya pendengaran dikarenakan kelainan pada telinga tengah, nervus vestibulochochlear (N. VIII) atau pada proses sentral di otak Ketulian adalah salah satu gejala dari suatu penyakit telinga. Disebut tuli saraf (sensorineural), bila proses kelainannya di telinga dalam atau di sarafnya, dan pada umumnya ireversibel KEHILANGAN PENDENGARAN Kehilangan konduktif biasanya terjadi akibat kelainan telinga luar, seperti infeksi serumen, atau kelainan telinga tengah, seperti otitis media atau otosklerosis. Kehilangan sensoris melibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Selain kehilangan konduktsi dan sensori neural, dapat juga terjadi kehilangan pendengaran campuran begitu juga kehilangan pendengaran fungsional. . Epidemiologi 876 anak yang diperiksa diperoleh tuli saraf berat unilateral / bilateral : < 1 tahun : 37 (4,2%) 1-3 tahun : 165 (18,8%) 3-5 tahun : 136 (15,5%) > 5 tahun : 103 (11,7%) (sumber departemen THT komunitas FKUI / RSCM 2004 - juli 2005) Prevalensi tuli saraf yang disebabkan oleh presbikusis bervariasi, diperkirakan terjadi pada 30-45% orang dengan usia di atas 65 tahun. Menurut WHO pada tahun 2005 akan terdapat 1,2 milyar orang akan berusia lebih dari 60 tahun, dari jumlah tersebut 60% di antaranya tinggal di negara berkembang. Menurut perkiraan WHO pada tahun 2020 populasi dunia berusia di atas 80 tahun juga akan meningkat sampai 200%. Pada survei kesehatan indera penglihatan- pendengaran tahun 1994-1996 di 7 provinsi dengan19375 responden didapatkan prevalense presbikusis sebesar 2,6% atau sekitar 6,7% dari seluruh pasien THT yang didiagnosa dengan presbikusis. Di Indonesia jumlah penduduk berusia lebih dari 60 tahun pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 19,9 juta atau 8,48% dari jumlah populasi. Pada tahun 2025 jumlah tersebut akan meningkat menjadi 4 kali lipat dari jumlah tahun 1990, dan merupakan jumlah tertinggi di dunia. Juga terjadi peningkatan usia harapan hidup dari usia 59,8 tahun pada tahun 1990 menjadi 71,7 pada tahun 2020. Patofisiologi Mekanisme terjadinya tuli perseptif tergantung pada penyebab penyakit yang menimbulkan : Presbikusis Pada kasus ini terjadi perubahan struktur koklea dan nervus akustik, berupa atrofi dan degenerasi sel-sel penunjang organ corti, disertai perubahan vaskular pada stria vaskularis, di mana jumlah dan ukuran sel-sel ganglion dan saraf berkurang Tuli akibat bising (noise induced) Tuli yang terjadi diakibatkan oleh bising dengan intensitas 85 dB atau lebih yang mengakibatkan kerusakan pada reseptor pendengaran corti di telinga dalam terutama yang berfrekuensi 3000-6000 Hz Tuli mendadak Penyebab paling sering dari tuli mendadak ini adalah iskemia koklea yang berakibat pada degenerasi yang luas pada sel-sel ganglion stria vasikularis dan ligamen spiral. Yang kemudian diikuti dengan pembentukan jaringan ikat dan penulangan. Pada kasus ini kerusakan sel rambut yang terjadi tidaklah luas dan membran basal jarang terkena Tuli akibat obat-obatan yang ototoksik Seperti aminoglikosida, obat ini menyebabkan tuli yang biasanya bersifat bilateral dan bernada tinggi dikarenakan hilangnya sel rambut pada putaran basal koklea. Sedangkan obat-obat diuretik menyebabkan tuli yang sebagian besar bersifat sementara dengan cara menyebabkan perubahan komposisi elektrolit cairan dalam endolimfe Penyakit meniere Tuli yang terjadi adalah tuli nada rendah, disebabkan karena adanya hidrops endolimfa pada koklea dan vestibulum. Hidrops ini dapat disebabkan karena : Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler, dan meningkatnya tekanan osmotik ekstrakapiler Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan cairan endolimfa Hal-hal tersebut menyebabkan pembengkakan pada skala media yang dapat berakibat pada rupturnya membran reisner dan terjadilah percampuran cairan endolimfe dan perilimfe Neuroma akustik Pada kasus ini terdapat tumor jinak yang membungkus saraf kedelapan yang berakibat pada tuli sensorineural yang unilateral, dengan gejala mula-mula ringan. Tumor ini menyebabkan gangguan pendengaran dengan cara menghancurkan saraf-saraf saluran telinga dalam Tes rinne Tes weber Tes schwabach Diagnosis Positif Tidak ada lateralisasi Sama dengan pemeriksa Normal Negatif Lateralisasi ke telinga yang sakit Memanjang Tuli konduktif Positif Lateralisasi ke telinga yang sehat Memendek Tuli saraf Cat : pada tuli konduktif < 30 dB rinne masih bisa positif Anamnesis Pasien dengan ketulian sensorineural sering mengalami kesulitan untuk memahami pembicaraan dengan wanita dan anak-anak, karena mereka berbicara dengan frekuensi yang lebih tinggi, atau mengalami masalah dengan kata-kata tertentu berkonsonan tinggi seperti F, S, atau TH. Pasien juga sulit mengikuti pembicaraan ketika dua orang atau lebih bicara pada saat yang sama atau sulit mendengar saat berada dalam lingkungan yang bising. Pada penurunan pendengaran bilateral dan sudah diderita lama, suara percakapan biasanya lebih keras dan memberi kesan seperti suasana yang tegang dibanding orang normal. Perbedaan ini lebih jelas bila dibandingkan dengan suara yang lembut dari penderita penurunan pendengaran jenis hantaran, khususnya otosklerosis. Pada tuli sensorineural tipe koklear mempunyai sifat rekrutmen yang berarti bahwa suara yang merangsang makin keras makin tidak dimengerti arti katanya. Sedangkan pada tipe retrokoklear, bila dirangsang terus menerus akan menjadi cepat lelah. Di dalam klinik dijumpai bila seseorang diajak bicara mula-mula mendengar dengan baik tetapi lama kelamaan pendengarannya akan menurun. Pada tinitus sensorineural, tinitus menjadi semakin berat dalam lingkungan yang sunyi dimana tidak ada bunyi lain yang mengganggu. Pasien sering kali mengeluhkan tinitus sangat mengganggu pada saat menjelang tidur atau bangun tidur. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan dengan otoskopi didapatkan kanal telinga luar maupun selaput gendang telinga normal Tes fungsi pendengaran : Tes bisik Tidak dapat mendengar percakapan bisik pada jarak 5 meter Sukar mendengar kata-kata yang mengundang nada tinggi (huruf konsonan) Tes garpu tala Rinne (+), hantaran udara lebih baik dari pada hantaran tulang Tes weber ada lateralisasi ke arah telinga sehat Tes schwabach ada pemendekan hantaran tulang Tes audiometri nada murni Ada penurunan nilai ambang hantaran udara dan hantaran tulang, biasanya akan lebih berat mengenai frekuensi tinggi Hantaran udara berimpit dengan hantaran tulang Kadang-kadang disertai adanya suatu dip pada frekuensi tinggi (4000 Hz untuk trauma akustik, obat ototoksik, dsb) Tes audiometri nada tutur Nilai diskriminasi tutur (NDT) tidak dapat mencapai 100% meskipun intensitas suara diperkeras Dapat terjadi fenomena rekrutmen Untuk membedakan tuli koklea dan tuli retrokoklea diperlukan pemeriksaan audiologi khusus yang terdiri dari : Tes tone decay Tes short increment sensitivity index (SISI) Tes alternate binaural loudness balance (ABLB) Audiometri tutur Audiometri bekessy Dan audiometri objektif seperti Audiometri impedans Elektrokokleografi Brain evoked response audiometry (BERA) Pemeriksaan tuli anorganik (tes stenger, audiometri nada murni secara berulang, impedans) Pemeriksaan audiometri anak Penatalaksanaan dan Pencegahan Tindakan pertama yang dilakukan adalah mengendalikan etiologi penyebab yang telah diketahui, Jika pasien bekerja pada tempat kerja yang bising maka diperlukan peralatan pelindung dan harus membatasi paparan terhadap suara bising. Alat pelindung dapat berupa : Sumbat telinga Dimasukkan ke dalam liang telinga sampai menutup rapat sehingga suara tidak mencapai membran timpani Sumbat telinga bisa mengurangi bising s/d 30 dB lebih Tutup telinga Menutupi seluruh telinga eksternal dan dipergunakan untuk mengurangi bising s/d 40-50 dB frekuensi 100- 8000 Hz Helmet Menutupi seluruh kepala dan digunakan untuk mengurangi maksimum 35 dBA pada 250 Hz sampai 50 dB pada frekuensi tinggi Jika telah terjadi gangguan yang bersifat permanen maka dipertimbangkan untuk memakai alat bantu dengar yang diimplantasi Penanganan khusus pada anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran sejak lahir, karena gangguan pendengaran yang terjadi dapat menyebabkan gangguan bicara. Disini perlu dibedakan anak lahir tuli atau tuli sebelum dapat berbicara. Keduanya perlu belajar membaca suara (speech reading) dengan melihat gerakan bibir. Pada tuli sebelum dapat berbicara perlu belajar / latihan mendengar. Di sini dapat pula penderita diberi alat bantu dengar bagi penderita kekurangan pendengaran agar sisa- sisa pendengarannya dapat digunakan. Alat bantu dengar itu prinsipnya akan menaikkan intensitas (amplitudo) sehingga suara akan lebih keras sehingga pendidikannya tidak perlu berteriak. Pengelolaan pendidikan penderita tuli perlu ditangani oleh ahli audiologi, speech therapist, ahli psikologi dan pediatri. karena anak tuli sering wataknya berubah menjadi sering curiga, lekas marah (emosional). Sedang pada kongenital hearing loss sering juga ada kelainan organ lain. Jika tuli disebabkan oleh obat-obatan yang bersifat ototoksi maka pemakaian obat perlu dihentikan. Prognosis Gangguan pendengaran tipe sensori neural biasanya tidak dapat pulih seperti semula (irreversibel), tidak dapat dikoreksi dengan baik meskipun dengan cara apaun juga. Meskipun demikian dapat juga memakai alat bantu dengar untuk menaikkan intensitas suara. Pada anak yang menderita SNHL yang memperoleh penanganan yang baik, mereka akan mampu bersosialisasi dan bekerja dengan baik seperti orang pada umumnya. Berkurangnya Pendengaran dan Tuli Definisi Berkurangnya pendengaran : penurunan fungsi pendengaran pada salah satu ataupun kedua telinga Tuli : penurunan fungsi pendengaran yang sangat berat Etiologi Penurunan fungsi pendengaran bisa disebabkan oleh : Suatu masalah mekanis di dalam saluran telinga atau di dalam telinga tengah yang menghalangi penghantaran suara (penurunan fungsi pendengaran konduktif) Kerusakan pada telinga dalam, saraf pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak (penurunan fungsi pendengaran sensorineural) Penurunan fungsi pendengaran sensorineural dikelompokkan menjadi : Penurunan fungsi pendengaran sensorik (jika kelainannya terletak pada telinga dalam) Penurunan fungsi pendengaran neural (jika kelainannya terletak pada saraf pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak) Penurunan fungsi pendengaran sensorik bisa merupakan penyakit keturunan, tetapi mungkin juga disebabkan oleh : Trauma akustik (suara yang sangat keras) Infeksi virus pada telinga dalam Obat-obatan tertentu Penyakit meniere Penurunan fungsi pendengaran neural bisa disebabkan oleh : Tumor otak yang juga menyebabkan kerusakan pada saraf-saraf di sekitarnya dan batang otak Infeksi Berbagai penyakit otak dan saraf (misalnya stroke) Beberapa penyakit keturunan (misalnya penyakit refsum) Pada anak-anak, kerusakan saraf pendengaran bisa terjadi akibat : Gondongan Campak jerman (rubella) Meningitis Infeksi telinga dalam Kerusakan jalur saraf pendengaran di otak bisa terjadi akibat penyakit demielinasi (penyakit yang menyebabkan kerusakan pada selubung saraf) Gejala Kesulitan dalam mendengarkan percakapan, terutama jika di sekelilingnya berisik Terdengar gemuruh atau suara berdenging di telinga (tinnitus) Tidak dapat mendengarkan suara televisi atau radio dengan volume yang normal Kelelahan dan iritasi karena penderita berusaha keras untuk bisa mendengar Pusing atau gangguan keseimbangan KONDUKTIR HEARING LOSS Gangguan pendengaran konduktif terjadi jika suara-suara dari luar tidak dapat mencapai telinga bagian dalam. Hal ini biasanya karena penyumbatan yang dapat terjadi di luar atau tengah telinga karena infeksi telinga atau telinga lilin. Kadang-kadang gangguan pendengaran konduktif bisa terjadi akibat kelainan struktur telinga atau karena gendang telinga pecah.
PERAWATAN Membersihkan kotoran teling Mengobati bila terjadi infeksi dengan antibiotik Otosklerosis dapat diobati dengan stapedectomy
Gangguan pendengaran pada bayi dan anak kadang disertai keterbelakangan mental, gangguan emosional maupun afasia perkembangan Dibedakan : Tuli sebagian (heraing impaired) keadaan fungsi pendengaran berkurang namun masih dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi dengan atau tanpa bantuan alat dengar Tuli total (deaf) keadaan fungsi pendengaran yang sedemikian terganggunya tidak dapat berkomunikasi sekalipun mendapat perkerasan bunyi Dalam keadaan normal seorang bayi telah memiliki kesiapan berkomunikasi 18 bulan
Perkiraan adanya gangguan pendengaran pada bayi dan anak Usia Kemampuan bicara 12 bulan Belum dapat mengoceh (babling) atau meniru bunyi 18 bulan Tidak dapat menyebutkan 24 bulan Perbendaharaan kata kurang dari 10 kata 30 bulan Belum dapat merangkai 2 kata Etiologi Gangguan Pendengaran Pada Bayi dan Anak MASA PRENATAL Genetik herediter Non genetik gangguan/kelainan pada masa kehamilan, kelainan struktur anatomik dan kekurangan zat gizi (defisiensi yodium) Selama kehamilan, trimester pertama penting setiap gangguan/kelainan yang terjadi ketulian pada bayi Infeksi bakteri/virus pada ibu hamil : Cytomegalovirus, Herpes dan Sifilis (TORCHS) akibat buruk pada pendengaran Obat ototoksik mengganggu organogenesis dan merusak sel sel rambut koklea Etiologi Gangguan Pendengaran Pada Bayi dan Anak Seperti : salisilat, kina, neomisin, dihidro streptomisin, gentamisin, barbiturat, thalidomide Malformasi struktur anatomi telinga atresia liang telinga dan aplasia koklea ketulian
MASA PERINATAL Prematur, BBLR, hiperbilirubinemia, asfiksia (lahir tidak menangis) Ketulian akibat faktor prenatal dan perinatal tuli sensorineural bilateral dengan derajat ketulian berat atau sangat berat Etiologi Gangguan Pendengaran Pada Bayi dan Anak MASA POSTNATAL Adanya infeksi bakteri atau virus rubela, campak, parotis, infeksi otak (meningitis, ensefalitis), perdarahan pada telinga tengah, trauma temporal juga dapat menyebabkan tuli saraf/tuli konduktif Pemeriksaan Behavioral Observation Audiometry (BOA) dapat mengetahui seluruh sistim auditorik termasuk pusat kognitif yang lebih tinggi. Penting untuk mengetahui respons subyektif sistim auditorik pada bayi dan anak bermanfaat untuk penilaian habilitasi pendengaran Behavioral Reflex Audiometry Behavioral Response Audiomerty Tes distraksi Visual reinforcement audiometry (VRA) Play audiometry (usia 2-5 tahun)
Pemeriksaan Timpanometri Tipe A (normal) Tipe Ad (diskontinuitas tulang pendengaran) Tipe As (kekakuan rangkaian tulang pendengaran) Tipe B (cairan di dalam telinga tengah) Tipe C (gangguan fungsi tuba eustachius) Audiometri nada murni Dapat dilakukan pada anak usia 4 tahun yang koperatif Otoacoustic emission (oae) Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA) Pemeriksaan Lainnya BERA tone burst Menggunakan stimulus tone burst Keuntungan : memperoleh frekuensi yang spesifik BERA hantaran tulang Dilakukan bila terdapat pemanjangan masa laten pada pemeriksaan BERA click atau tone burst Automated Auditory Brainstem Response (AABR) Neuropati auditorik Deteksi Dini Gangguan Pendengaran pada Bayi Diprioritaskan pada bayi dan anak yang mempunyai resiko tinggi terhadap gangguan pendengaran Untuk bayi 0-28 hari Kondisi atau penyakit yang memerlukan perwatan NICU selama 48 jam / lebih 10 x lebih besar Keadaan atau stigmata yang berhubungan dengan sindroma tertentu hubungan dengan tuli sensorineural atau konduktif Riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran sesorineural yang menetap sejak masa anak anak Anomali kraniofasial termasuk kelainan morfologi pinna/liang telinga Infeksi intrauterin toksoplasma, rubella, virus cytomegalo, herpes, sifilis Deteksi Dini Gangguan Pendengaran pada Bayi Untuk bayi 29 hari-2tahun Kecurigaan orang tua.pengasuh tentang gangguan pendengaran, keterlambatan bicara, berbahasa, dan atau keterlambatan perkembangan Riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran yang menetap sejak masa anak anak Keadaan atau stigmata yang berhubungan dengan sindroma tertentu yang diketahui mempunyai hubungan dengan tuli sensorineural, konduktif atau gangguan fungsi tuba eustachius Infeksi post-natal gangguan pendengaran sensorineural termasuk meningitis bakterialis Infeksi intrauterin toksoplasma, rubella, virus cytomegalo, herpes, sifilis
Deteksi Dini Gangguan Pendengaran pada Bayi Adanya faktor resiko tertentu pada masa neonatus, terutama hiperbilirubinemia yang memerlukan transfusi tukar, hipertensi pulmonal yang membutuhkan ventilator serta kondisi lainnya yang merlukan extra-corporeal membrane oxygenation (ECMO) Sindroma tertentu yang berhubungan dengan gangguan pendengaran yang progresif seperti Usher syndrome, neurofibromatosis, osteoporosis Adanya kelainan neurodegeneratif : hunter syndrome, dan kelainan neuropati sensomotorik, misalnya Friederichs ataxia, Charrot-Marrie Tooth syndrome Trauma kapitis Otitis media yang berulang atau menetap disertai efusi telinga tengah minimal 3 bulan Deteksi Dini Gangguan Pendengaran pada Bayi 1 faktor resiko : 10,2 x lebih besar dibandingkan dengan bayi yang tidak mempunyai faktor resiko 3 faktor resiko : 63 x lebih besar dibandingkan dengan bayi yang tidak mempunyai faktor resiko Deteksi dini melalui program Newborn Hearing Screening (NHS) Universal Newborn Hearing Screening (UNHS) pada saat usia 2 hari Targeted Newborn Hearing Screening SUDDEN DEAFNESS Kalau <1 minggu reversibel, >1 minggu ireversibel Merupakan gangguan pendengaran tipe SNHL yang tiba-tiba Penyebab : idiopatic, virus, vascular occlusion, ruptur membran dari round window Kalau diagnosa dini dapat sembuh sempurna Biasanya akan sembuh tanpa pengobatan Kebanyakan menyerang unilateral Diagnosa harus ditegakkan secara tepat dan cepat Terapi pada umumnya empiris. Biasanya menggunakan antikoaulan selama 4 minggu atau prednison 3x1 selama 10hari lalu tappering off Terapi SNHL : Lebih sukar dari terapi conductive Pada umumnya penderita SNHL baru menvari pertolongan setelah kerusakan pendengaran sesudah permanen Untuk SNHL yang perlu adalah tindakan pencegahan : Kita harus lebih hati-hati kalau kita dapatkan penyakit yang dapat menyebabkan SNHL yaitu measles, scarlet fever, dipteri, meningitis Kita harus lebih mengawasi penderita yang mendapat terapi obat ototoxic Menghindari acustic trauma Kalau kita temukan SNHL yang permanen sebaiknya di follow up secara otologic dan audiometric dan penderita diberi pengertian penyakit dan dapat dicoba pemberian Hearing Aid