Anda di halaman 1dari 37

Manfaat mandi pada dermatitis atopik masih

menjadi kontroversi.
Mandi dapat membantu penetrasi terapi
topikal serta membantu mengangkat
jaringan-jaringan yang telah mati pada
eksema.
Mandi dapat berpotensi mengakibatkan kulit
menjadi kering dan menyebabkan gangguan
pada barier stratum korneum selama proses
evaporasi air, hal ini dapat diminimalisasi
melalui metode soak and seal.


Terbagi menjadi :
Kortikosteroid Topikal
Topical Calcineurin Inhibitors (TCIS)

Merupakan terapi predominan pada
dermatitis akut selama 4 dekade, bekerja
sebagai antiinflamasi, antiploriferasi,
imunosupresi, dan vasokonstriksi.
Menahan pelepasan sitokin dan bekerja pada
beberapa sel imun seperti limfosit T,
monosit, makrofag, dan sel-sel dendrit.

Sistem di Amerika mengklasifikasi
kortikosteroid topikal dari kelas I yang paling
poten hingga kelas VII yang paling lemah.
Preparat kelas I yang sangat poten seperti
clobetasol propionate 0,05% memiliki
kekuatan 1800 kali dibandingkan dengan
preparat kelas VII seperti hydrocortisone
ointment 1%.
Penggunaan kortikosteroid topikal memiliki
beberapa efek samping seperti atropi pada
kulit, striae, telangiectsias, hipopigmentasi,
rosacea, perioral dermatitis, jerawat,
katarak,dan galukoma.
Efek samping sistemik seperti supresi
hipotalamus-pituitari-adrenal axis, retardasi
pertumbuhan pada anak-anak, dan
berkurangnya densitas tulang juga pernah
dilaporkan.
Akan tetapi, perubahan fisiologis dan
komplikasi sistemik jarang terjadi apabila
penggunaan kortikosteroid topikal digunakan
semestinya.
Walaupun memiliki beberapa efek samping,
kortikosteroid topikal tetap menjadi lini
pertama pada terapi dermatitis atopik pada
anak-anak.
Terdapat dua jenis TCIs yang dapat diterima
dalam pengobatan , yaitu tacrolimus dan
pimecrolimus dan merupakan suatu alternatif
selain kortikosteroid topikal.
TCIs telah diterima oleh FDA sebagai lini
kedua bagi penggunaan jangka pendek dan
terapi kronik yang tidak berkelanjutan bagi
penderita dermatitis atopik sedang-berat usia
2 tahun dengan imunukompeten.
TCIs menghambat produksi dan pelepasan
sitokin proinflamasi setelah aktivasi dari
spesifik dan nonspesifik antigen sel T dan sel
mast.

Telah diadopsi penggunaan jangka pendek
dari kortikosteroid topikal potensi
menengah-tinggi ( digunakan 2x sehari
selama 7-10 hari vs penggunaan jangka
panjang dari kortikosteroid potensi rendah
Kemudian diikuti dengan pemeriksaan ulang
yang ketat


Setelah ruam dapat dikontrol, terapi diganti
dengan terapi yang tidak terlalu intens dan
fokus terhadap terapi rumatan dengan
pemberian pelembab (min. 2x sehari)
Jika kortikosteroid telah digunakan untuk
menangani ruam, kortikosteroid dapat
diturunkan menjadi agen kortikosteroid
potensi rendah dan dari terapi harian ke
intermitten ( 3 atau 2x seminggu)

Pasien dengan riwayat ruam yang berulang
seteelah penghentian atau tappering off
kortikosteroid topikal dapat diganti dengan
TCI monoterapi.
Dokter harus memonitor dan mengevaluasi
keberhasilan terapi secara berkala (misalnya
evaluasi setiap 2, 6, dan 12 minggu).
Evaluasi juga harus meliputi kepatuhan dan
cara penggunaan obat oleh pasien, efek
samping.
Fingertip unit (FTU) adalah jumlah
pengobatan topikal berdasarkan ujung jari
hingga ujung sendi telapak tangan dari jari
telunjuk.
FTU adalah petunjuk untuk memperkirakan
jumlah pengobatan topikal yang dibutuhkan
pada area tertentu.

Pruritus merupakan manifestasi klinis yang
esensial pada dermatitis atopik. Pruritus
dapat menyebabkan gangguan tidur pada
penderita.
Antihistamin sedatif sistemik seperti
hydroxyzine dan diphenhydramine dapat
berguna untuk mengurangi gangguan tidur
pada pasien apabila ruam kemerahan muncul.
Penderita dermatitis atopik dapat mengalami
eksaserbasi secara tiba-tiba akibat
pertumbuhan berlebihan dari S aureus yang
dapat mengakibatkan infeksi sekunder.
Honey-colored crusting, folikulitis, dan
pyoderma merupakan tanda dari over infeksi,
dan diberikan antibiotik oral atau topikal
jangka pendek untuk mencegah
perkembangan dan resistensi bakteri.
Kultur kulit perlu dipertimbangkan sebelum
pemberian terapi, karena methicilin-resistant
Staphylococcus aureus dapat menjadi
patogen penting pada sebagian pasien.
Bleach baths, berenang di kolam klorinasi
merupakan terapi antiinfeksi ajuvan yang
dapat mengurangi jumlah infeksi kulit lokal
dan mengurangi kebutuhan antibiotik
sistemik pada pasien dengan dermatitis
atopik dengan kolonisasi berat atau super-
infeksi kulit.
Pasien dengan dermatitis atopik biasanya
sering mengalami infeksi virus berulang,
mungkin disebabkan oleh defek lokal pada
fungsi sel T.
Molluscum contagiousum, merupakn infeksi
virus yang tersering, dan bermanifestasi
papul dome-shaped yang memiliki
krakteristik umbilikasi sentral.
Regio yang sering terserang antara lain
badan, axilla, antikubital, fosa koplitea, dan
area cruris.
Lesi tersebut dapat memicu pruritus seperti
dermatitis di sekitar papul moluskum.
Eksim herpetikum juga diketahui sebagai
erupsi Kaposis varicelliform, merupakan
resiko yang serius pada pasien dengan
dermatitis atopik dan dapat terjadi
misdiagnosis sebagai superinfeksi.
Sebelum dilakukan penatalaksanaan,
sebaiknya segera dilakukan kultur atau
fluoresen antibodi langsung, dan terapi
antiviral harus segera direncanakan.
Vaksin smallpox merupakan kontraindikasi
pada pasien yang telah terdiagnosis
dermatitis atopik.

Infeksi jamur yang disebabkan oleh
Trichophyton rubrum sering ditemukan pada
dermatitis atopik.
Terapi anti jamur dapat memperingan lesi
dermatitis atopik eksaserbasi yang
disebabkan Malassezia furfur.
Penderita dengan dermatitis atopik berat atau
resisten terhadap penatalaksanaan topikal
standar perlu menggunakan terapi perban
basah, yang telah terbukti aman sejak > 20
tahun yang lalu.
Perban basah dapat meningkatkan hidrasi
kulit dan mencegah terjadinya pengelupasan
pada barier.
Perban basah dapat juga mempermudah
penetrasi topikal kortikosteroid pada kulit
dan meningkatkan jumlah obat yang masuk
pada area terjadinya inflamasi.
Akan tetapi, perban basah dapat
menyebabkan maserasi
Terapi imunomodulator sistemik seperti
fototerapi, cyclosporine, azathioprin, dan
mycophenolate dapat menjadi terapi pilihan
pada dermatitis atopik yang tidak merespon
terhadap terapi topikal.
Karena pada dermatitis atopik terjadi
inflamasi dan disfungsi dari barier kulit,
penatalaksanaan terfokus pada perawatan
kulit yang komprehensif dan perbaikan
barier.
Rujuk ke dokter spesialis kulit anak pada
penderita dengan dermatitis atopik sedang
atau berat, pada kondisi yang tidak merepon
dengan terapi standar (topikal
kortikosteroid), pada pasien dengan ruam
kemerahan yang sering, pada pasien yang
dirawat di rumah sakit akibat dermatitis
atopik, dan pada pasien yang membutuhkan
terapi sitemik.

Rujuk ke spesialis imunolgi atau
gastroenterologi apabila sering terjadi infeksi
sistemik atau ketika eosinofilik
gastroenteritis/esofagitis menjadi masalah
pada anak-anak dengan gagal tumbuh.
Dermatitis atopik merupakan suatu penyakit
kulit kronis yang terjadi pada awal kehidupan
dan dapat mempengaruhi kesehatan dan
perkembangan anak.
Kortikosteroid topikal merupakan terapi
dasar, dan beberapa penelitian masih mencari
kemungkinan efek samping jangka panjang
penggunaan, khususnya pada anak-anak.
TCI telah terbukti efektif, dan menjadi
alternatif pada pasien yang sering mengalami
ruam kemerahan pada kulit dan
membutuhkan terapi pada area sensitif di
kulit.
Secara keseluruhan, penatalaksanaan
bergantung pada :
Edukasi mengenai dermatitis atopik kronik kepada
orang tua atau pengasuh anak.
Pada anak dengan dermatitis atopik, terjadi
gangguan pada barier epidermis, maka dari itu,
perawatan kulit harus lebih diperhatikan
Dermatitis atopik merupakan suatu penyakit
multifaktorial, maka dari itu, hindari faktor pemicu
secara hati-hati.
Dalam menangani dermatitis atopik dibutuhkan
suatu tim yang solid meliputi dokter umum, dokter
spesialis, perawat, psikolog, dan paramedis lainnya.

Anda mungkin juga menyukai