Anda di halaman 1dari 77

Gagal Ginjal Kronik

By

Roesmanita
Pengertian
ETIOLOGI
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
Stadium 1

• Penurunan cadangan ginjal.


• Selama stadium ini kreatinine serum
dan kadar BUN normal dan pasien
asimtomatik. Homeostasis terpelihara.
Tidak ada keluhan. Cadangan ginjal
residu 40 % dari normal.
Stadium 2
• Insufisiensi Ginjal

• Penurunan kemampuan memelihara homeotasis,


Azotemia ringan, anemi.
Tidak mampu memekatkan urine dan menyimpan
air, Fungsi ginjal residu 15-40 % dari normal, GFR
menurun menjadi 20 ml/menit. (normal : 100-120
ml/menit). Lebih dari 75 % jaringan yang
berfungsi telah rusak (GFR besarnya 25% dari
normal), kadar BUN meningkat, kreatinine serum
meningkat melebihi kadar normal. Dan gejala
yang timbul nokturia dan poliuria (akibat
kegagalan pemekatan urine)
Stadium 3
• Payah ginjal stadium akhir
• Kerusakan massa nefron sekitar 90%
(nilai GFR 10% dari normal).
BUN meningkat, klieren kreatinin 5- 10
ml/menit. Pasien oliguria. Gejala lebih
parah karena ginjal tak sanggup lagi
mempertahankan homeostasis cairan
dan elektrolit dalam tubuh.
Azotemia dan anemia lebih berat,
Nokturia, Gangguan cairan dan
elektrolit, kesulitan dalam beraktivitas.
Stadium 4

Tidak terjadi homeotasis, Keluhan


pada semua sistem, Fungsi ginjal
residu kurang dari 5 % dari normal.
Permasalahan fisiologis
yang disebabkan oleh CRF
• Ketidakseimbangan cairan
Mula-mula ginjal kehilangan
fungsinya sehingga tidak mampu
memekatkan urine
(hipothenuria) dan kehilangan
cairan yang berlebihan (poliuria).
Hipothenuria tidak disebabkan atau
berhubungan dengan penurunan
jumlah nefron, tetapi oleh peningkatan
beban zat tiap nefron.
Hal ini terjadi karena keutuhan nefron
yang membawa zat tersebut dan
kelebihan air untuk nefron-nefron
tersebut tidak dapat berfungsi lama.
Terjadi osmotik diuretik, menyebabkan
seseorang menjadi dehidrasi.
Jika jumlah nefron yang tidak berfungsi
meningkat maka ginjal tidak mampu
menyaring urine (isothenuria).
Pada tahap ini glomerulus menjadi kaku
dan plasma tidak dapat difilter dengan
mudah melalui tubulus. Maka akan
terjadi kelebihan cairan dengan retensi
air dan natrium.
• Ketidaseimbangan Natrium
Ketidaseimbangan natrium
merupakan masalah yang serium
dimana ginjal dapat mengeluarkan
sedikitnya 20-30 mEq natrium
setiap hari atau dapat meningkat
sampai 200 mEq perhari.
Variasi kehilangan natrium
berhubungan dengan “intact
nephron theory”. Dengan kata lain,
bila terjadi kerusakan nefron maka
tidak terjadi pertukaran natrium.
Nefron menerima kelebihan natrium
sehingga menyebabkan GFR menurun
dan dehidrasi. Kehilangan natrium
lebih meningkat pada gangguan
gastrointstinal, terutama muntah dan
diare. Keadaan ini memperburuk
hiponatremia dan dehidrasi.
Pada CRF yang berat keseimbangan
natrium dapat dipertahankan meskipun
terjadi kehilangan yang fleksibel nilai
natrium. Orang sehat dapat pula
meningkat di atas 500 mEq/hari.
Bila GFR menurun di bawah 25-30 ml/menit,
maka ekskresi natrium kurang lebih 25
mEq/hari, maksimal ekskresinya 150-200
mEq/hari. Pada keadaan ini natrium dalam
diet dibatasi 1-1,5 gram/hari.
• Ketidakseimbangan Kalium

Jika keseimbangan cairan dan asidosis


metabolik terkontrol maka
hiperkalemia jarang terjadi sebelum
stadium IV. Keseimbangan kalium
berhubungan dengan sekresi
aldosteron. Selama output urine
dipertahankan kadar kalium biasanya
terpelihara.
• Ketidaseimbangan asam basa
Asidosis metabolik terjadi karena
ginjal tidak mampu mengekskresikan
ion Hirdogen untuk menjaga pH darah
normal. Disfungsi renal tubuler
mengakibatkan ketidamampuan
pengeluaran ioh H. Dan pada
umumnya penurunan ekskresi H +
sebanding dengan penurunan GFR.
Asam yang secara terus-menerus dibentuk
oleh metabolisme dalam tubuh tidak
difiltrasi secara efektif melewati
Glomerolus, NH3 menurun dan sel tubuler
tidak berfungsi.
Kegagalan pembentukan bikarbonat
memperberat ketidakseimbangan.

Sebagian kelebihan hidrogen dibuffer oleh


mineral tulang. Akibatnya asidosis
metabolik memungkinkan terjadinya
osteodistrophy.
• Ketidakseimbangan Magnesium

Magnesium pada tahap awal CRF


adalah normal, tetapi menurun
secara progresif dalam ekskresi urine
menyebabkan akumulasi. Kombinasi
penurunan ekskresi dan intake yang
berlebihan mengakibatkan henti
napas dan jantung.
• Ketidakseimbangan Calsium dan
Fospor

Secara normal calsium dan pospor


dipertahankan oleh parathyroid
hormon yang menyebabkan ginjal
mereabsorbsi kalsium, mobilisasi
calsium dari tulang dan depresi
resorbsi tubuler dari pospor.
Bila fungsi ginjal menurun 20-25 % dari
normal, hiperpospatemia dan
hipocalsemia terjadi sehingga timbul
hiperparathyroidisme sekunder.

Metabolisme vitamin D terganggu. Dan


bila hiperparathyroidisme berlangsung
dalam waktu lama dapat
mengakibatkan osteorenal dystrophy.
• Anemia
Penurunan Hb disebabkan oleh:
Masa hidup sel darah merah pendek karena
perubahan plasma.
Peningkatan kehilangan sel darah merah
karena ulserasi gastrointestinal, dialisis, dan
pengambilan darah untuk pemeriksaan
laboratorium.
Defisiensi folat
Defisiensi iron/zat besi
Peningkatan hormon paratiroid merangsang
jaringan fibrosa atau osteitis fibrosis,
mengambil produksi sum-sum menurun.
• Ureum kreatinin
Urea yang merupakan hasil metabolik
protein meningkat (terakumulasi).
Kadar BUN bukan indikator yang tepat
dari penyakit ginjal sebab peningkatan
BUN dapat terjadi pada penurunan GFR
dan peningkatan intake protein. Tetapi
kreatinin serum adalah indikator yang
lebih baik pada gagal ginjal sebab
kreatinin diekskresikan sama dengan
jumlah yang diproduksi tubuh.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

• Pemeriksaan Laboratorium
Penilaian CRF dengan ganguan yang serius dapat
dilakukan dengan pemerikasaan laboratorium,
seperti : Kadar serum sodium/natrium dan
potassium/kalium, pH, kadar serum phospor,
kadar Hb, hematokrit, kadar urea nitrogen dalam
darah (BUN), serum dan konsentrasi kreatinin
urin, urinalisis.
Pada stadium yang cepat pada
insufisiesi ginjal, analisa urine dapat
menunjang dan sebagai indikator
untuk melihat kelainan fungsi ginjal.
Batas kreatinin urin rata-rata dari
urine tampung selama 24 jam.
Analisa urine rutin dapat dilakukan
pada stadium gagal ginjal yang mana
dijumpai produksi urin yang tidak
normal.
Dengan urin analisa juga dapat
menunjukkan kadar protein, glukosa,
RBCs/eritrosit, dan WBCs/leukosit
serta penurunan osmolaritas urin.
Pada gagal ginjal yang progresif
dapat terjadi output urin yang kurang
dan frekuensi urin menurun.
Monitor kadar BUN dan kadar creatinin
sangat penting bagi pasien dengan
gagal ginjal. Urea nitrogen adalah
produk akhir dari metabolisme protein
serta urea yang harus dikeluarkan
oleh ginjal. Normal kadar BUN dan
kreatinin sekitar 20 : 1. Bila ada
peningkatan BUN selalu diindikasikan
adanya dehidrasi dan kelebihan intake
protein.
• Pemeriksaan Radiologi
Berberapa pemeriksaan radiologi yang biasa
digunanakan utntuk mengetahui gangguan fungsi
ginjal antara lain:

• Flat-Plat radiografy/Radiographic keadaan ginjal,


uereter dan vesika urinaria untuk mengidentifikasi
bentuk, ukuran, posisi, dan kalsifikasi dari ginjal.
Pada gambaran ini akan terlihat bahwa ginjal
mengecil yang mungkin disebabkan karena adanya
proses infeksi.

• Computer Tomograohy (CT) Scan yang digunakan


untuk melihat secara jelas sturktur anatomi ginjal
yang penggunaanya dengan memakai kontras atau
tanpa kontras.
• Intervenous Pyelography (IVP) digunakan untuk
mengevaluasi keadaan fungsi ginjal dengan
memakai kontras. IVP biasa digunakan pada
kasus gangguan ginjal yang disebabkan oleh
trauma, pembedahan, anomali kongental,
kelainan prostat, calculi ginjal, abses / batu
ginjal, serta obstruksi saluran kencing.
• Aortorenal Angiography digunakan untum
mengetahui sistem aretri, vena, dan kepiler
pada ginjal dengan menggunakan kontras .
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada
kasus renal arteri stenosis, aneurisma ginjal,
arterovenous fistula, serta beberapa
gangguan bentuk vaskuler.

• Magnetic Resonance Imaging (MRI) digunakan


untuk mengevaluasi kasus yang disebabkan
oleh obstruksi uropathi, ARF, proses infeksi
pada ginjal serta post transplantasi ginjal.
• Biopsi Ginjal

Untuk mengdiagnosa kelainann ginjal


dengan mengambil jaringan ginjal
lalu dianalisa. Biasanya biopsi
dilakukan pada kasus
golomerulonepritis, neprotik sindom,
penyakit ginjal bawaan, ARF, dan
perencanaan transplantasi ginjal.
PENATALAKSANAAN
Pada umunya keadaan sudah sedemikian rupa
sehingga etiologi tidak dapat diobati lagi.

Usaha harus ditujukan untuk mengurangi gejala,


mencegah kerusakan/pemburukan faal ginjal yang
terdiri :

• Pengaturan minum
Pengaturan minum dasarnya adalah memberikan
cairan sedemikian rupa sehingga dicapai diurisis
maksimal. Bila cairan tidak dapat diberikan per oral
maka diberikan perparenteral. Pemberian yang
berlebihan dapat menimbulkan penumpukan di
dalam rongga badan dan dapat membahayakan
seperti hipervolemia yang sangat sulit diatasi.
• Pengendalian hipertensi

Tekanan darah sedapat mungkin harus


dikendalikan. Pendapat bahwa
penurunan tekanan darah selalu
memperburuk faal ginjal, tidak benar.
Dengan obat tertentu tekanan darah
dapat diturunkan tanpa mengurangi
faal ginjal, misalnya dengan beta
bloker, alpa metildopa, vasodilator.
Mengurangi intake garam dalam
rangka ini harus hati-hati karena
tidak semua renal failure disertai
retensi Natrium.
• Pengendalian K dalam darah

Mengendalikan K darah sangat


penting, karena peninggian K
dapat menimbulkan kematian
mendadak.
Yang pertama harus diingat ialah jangan
menimbulkan hiperkalemia karena
tindakan kita sendiri seperti obat-
obatan, diet buah,dan lain-lain.
Selain dengan pemeriksaan darah,
hiperkalemia juga dapat didiagnosa
dengan EEG, dan EKG.

Bila terjadi hiperkalemia maka


pengobatannya dengan mengurangi
intake K, pemberian Na Bikarbonat, dan
pemberian infus glukosa.
• Penanggulangan Anemia

Anemia merupakan masalah yang sulit


ditanggulangi pada CRF. Usaha
pertama harus ditujukan mengatasi
faktor defisiensi, kemudian mencari
apakah ada perdarahan yang mungkin
dapat diatasi.
Pengendalian gagal ginjal
pada keseluruhan akan
dapat meninggikan Hb.
Transfusi darah hanya
dapat diberikan bila ada
indikasi yang kuat,
misalnya ada insufisiensi
koroner.
• Penanggulangan asidosis

Pada umumnya asidosis baru


bergejala pada taraf lebih lanjut.
Sebelum memberi pengobatan yang
khusus faktor lain harus diatasi dulu,
khususnya dehidrasi. Pemberian
asam melalui makanan dan obat-
obatan harus dihindari.
Natrium bikarbonat dapat
diberikan per oral atau
parenteral. Pada permulaan 100
mEq natrium bikarbonat diberi
intravena perlahan-lahan. kalau
perlu diulang. Hemodialisis dan
dialisis peritoneal dapat juga
mengatasi asidosis.
• Pengobatan dan pencegahan
infeksi

Ginjal yang sakit lebih mudah


mengalami infeksi dari pada
biasanya. Pasien CRF dapat
ditumpangi pyelonefritis di atas
penyakit dasarnya. Adanya
pyelonepritis ini tentu
memperburuk lagi faal ginjal.
Obat-obat anti mikroba diberi bila ada
bakteriuria dengan perhatian khusus
karena banyak diantara obat-obat
yang toksik terhadap ginjal atau
keluar melalui ginjal.
Tindakan yang mempengaruhi saluran
kencing seperti kateterisasi sedapat
mungkin harus dihindarkan. Infeksi
ditempat lain secara tidak langsung
dapat pula menimbulkan
permasalahan yang sama dan
pengurangan faal ginjal.
• Pengurangan protein dalam
makanan

Protein dalam makanan harus


diatur. Pada dasarnya jumlah
protein dalam makanan dikurangi,
tetapi tindakan ini jauh lebih
menolong juga bila protein
tersebut dipilih.
Diet dengan rendah protein
yang mengandung asam
amino esensial, sangat
menolong bahkan dapat
dipergunakan pada pasien
CRF terminal untuk
mengurangi jumlah dialisis.
• Pengobatan neuropati

Neuropati timbul pada keadaan yang


lebih lanjut. Biasanya neuropati ini
sukar diatasi dan merupakan salah
satu indikasi untuk dialisis. Pada
pasien yang sudah dialisispun
neuropati masih dapat timbul.
• Dialisis

Dasar dialisis adalah adanya


darah yang mengalir dibatasi
selaput semi permiabel dengan
suatu cairan (cairan dialisis) yang
dibuat sedemikiam rupa sehingga
komposisi elektrolitnya sama
dengan darah normal.
Dengan demikian
diharapkan bahwa zat-zat
yang tidak diinginkan dari
dalam darah akan
berpindah ke cairan dialisis
dan kalau perlu air juga
dapat ditarik kecairan
dialisis.
• Transplantasi
Dengan pencangkokkan
ginjal yang sehat ke
pembuluh darah pasien
CRF maka seluruh faal
ginjal diganti oleh ginjal
yang baru.
Ginjal yang sesuai harus
memenuhi beberapa
persaratan, dan persyaratan
yang utama adalah bahwa
ginjal tersebut diambil dari
orang/mayat yang ditinjau dari
segi imunologik sama dengan
pasien. Pemilihan dari segi
imunologik ini terutama dengan
pemeriksaan HLA .
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN

Pada dasarnya pengkajian yang


dilakukan menganut konsep
perawatan secara holistic.
Pengkajian dilakukan secara
menyeluruh dan berkesinambungan.
Pada kasus ini akan dibahas khusus hal
– hal sebagai berikut :
 
• Ginjal (Renal)
Data – data yang ditemukan :
Oliguria (produksi urine kurang dari 400 cc/ 24jam), Anuria (Produksi
urine kurang dari 100 cc / 24 Jam), Infeksi (WBCs , Bacterimia),
Sediment urine mengandung : RBCs , granular, hialyn.

• Cardiovaskuler
Data – data yang ditemukan Edema, Hipertensi, Anemia
(Normochromik, Normositik), CHF (Gagal Jantung Kongestif),
Pericarditis, Dysrhytmias, Cardiomegali, Athreslerosis.

• Dermatologic :
Data – data yang ditemukan,Pruritis,

• Electrolit
Kemungkinan data yang ditemukan : Kalium , hydrogen, Natrium,
Phosfat, Magnesium : Meningkat sedangkan Bicarbonat dan calcium
menurun.
• Gastrointestinal
Data - data yang ditemukan :
Anorexia ( Nafsu makan berkurang / tidak ada), Mual, Muntah,
Stomatitis, Gingivitis, Stomatitis, Nafas bau ureum, Metalick
taste (Rasa pengecapan seperti logam), Hematemesisi dan
melena, Diare atau konstipasi, Osephagitis, Gastritis
 
• Metabolick
Data – data yang ditemukan :
Peningkatan BUN dan serum kreatinin, Peningkatan asam
urat, Intoleransi karbohidrat dan gangguan toleransi glukosa,
Gangguan pemecahan insulin, Hypertriglyceridemia, Acidosis,
Tetany

• Neurologic
Data – data yang ditemukan :
Perubahan dalam fungsi berpikir dan perilaku, Gangguan
tingkat kesadaran, Neuropathy perifer, Noctural leg cramping
(Kram kaki pada malam hari), Apathy, lethargi, fatique, sakit
kepala dan insomnia.
• Mata (Ocular
Data – data yang ditemukan :
Perubahan retina : Mata merah (hypertensi)

• Reproductive
Data – data yang ditemukan :
Infertility, Impotensi, Amenorhoe, Menurunnya libido,
Gynecomastia

• Respiratory
Data - data yang ditemukan :
Pernapasan kusmaul, Apneu, Edema pulmonal, Pneumonia, Effusi
pleura, Hiperventilasi

• Skeletal
Data – data yang ditemukan :
Fracture, Nyeri tulang, Peningkatan alkaline phospatase, Nyeri
sendi, Renal osthedistropy
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Gangguan perfusi jaringan renal sehubungan
dengan kerusakan nepron sehingga tidak
mampu mengeluarkan sisa metabolisme
Data Subyektif : None
Data Obyektif : Oliguria, Anuria, acidosis
dengan peningkatan serum hydrogen dan
kalium, penurunan pH dan bicarbonat, Anemia ,
Peningkatan : BUN, serum kreatinin, Penurunan
Calcium dan peningkatan phosfat serta
magnesium.
• Kelebihan volume cairan sehubungan
dengan ketidakmampuan ginjal
mengeskkresi air dan natrium
Data Subyektif : None
Data Obyektif : Hypertensi , Ascites,
oedema gangguan bunyi napas
(Cracles), tachicardi, penambahan BB,
orthopneu, Peningkatan tekanan vena
sentral dan PAWP, Distensi vena
jugular, Positif refleks hepatojugular
• Gangguan Nutrisi : Kurang dari
kebutuhan tubuh sehubungan dengan
pembatasan intake (Diit) dan effect
uremia yang mengakibatkan malnutrisi
protein – calori.

Data Subyektif : Pasien melaporkan :


Anorexsia, Nausea, lemah, lelah
Data Obyektif : Muntah, Diare,
hematemesis, Napas bau ureum,
stomatitis, gingivitis, kehilangan BB.
Potensial Infeksi sehubungan dengan
penekanan sistim imun akibat uremia.

Data Subyektif : None


Data Obyektif : Adanya tanda – yanda
infeksi, Demam, mengigil, peningkatan
WBC, Culture urine, darah dan sputum
positif adanya agent infeksi .
• Resiko tinggi terjadinya kerusakan
integritas kulit sehubungan dengan
efek uremia.

Data Subyektif : Pasien mengeluh


gatal – gatal.
Data Obyektif : Excrosiasi pada
kulit, petechie, purpura, kulit kering .
• Resiko Tinggi terjadinya gangguan persepsi /
sensori, gangguan proses pikir sehubungan
dengan abnormalitasnya zat – zat kimia
dalam tubuh yang dihubungakan dengan
uremia.
Data Subyektif : Pasien melaporkan kesulitan
untuk berkonsentrasi, sering lupa, gangguan tidur
dan emosi yang labil (mudah tersinggung)
Data Obyektif : Disorientasi terhadap waktu,
tempat dan orang, perubahan perilaku, apathy,
marah, gangguan pola tidur, perubahan tingkat
kesadaran.
• Ketidakmampuan merawat diri sendiri
sehubungan kelemahan fisik.
Data Subyektif : Pasien mengeluh
lemah, letih dan lesuh
Data Obyektif : Penampilan secara
umum menurun.

• Resiko tinggi dytsfungsi seksual


sehubungan dengan efek uremia
Data Subyektif : Pasien melaporkan
adanya penurunan libdo, impotensi dan
kesulitan untuk ereksi
Data Obyektif : Gangguan menstrusi,
gynecomastia
• Resiko gangguan gambaran diri
sehubungan dengan permanentnya
gangguan fungsi ginjal.

Data Subyektif : Ekspresi tidak


percaya, Cemas, mudah tersinggung
Data Obyektif : Perubahan
interaksi social, perlaku marah /
agresif
 
TUJUAN KEPERAWATAN

• Perfusi ginjal akan diperbaiki atau dipertahankan


dalam batas yang dapat ditoleransi
• Keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi.
• Kebuthan Nutrisi pasien akan terpenuhi.
• Pasien bebas dari infeksi
• Keutuhan kulit (Integritas kulit) pasien akan
dipertahankan
• Pasien mendemostrikan respon terhadap
rangsangan sensori / persepsi secara normal, tidak
mengalami gangguan gangguan proses berpikir.
• Kebutuhan self care terpenuhi.
• Gangguan seksual dapat diatasi .
• Pasien tidak mengalami gangguan gambaran diri /
dapat menerima keadaan dirinya.
• INTERVENSI / IMPLEMENTASI

• Diagnosa Keperawatan : Gangguan perfusi jaringan


renal sehubungan dengan kerusakan nepron
sehingga tidak mampu mengeluarkan sisa
metabolisme
– Kaji Perubahan EKG, Respirasi (Kecepatan dan
kedalamannya) serta tanda – tanda chvostek”s dan
Trousseau”s.
• Rasional : Tingginya gelombang T, Panjangnya
interval PR dan Lebarnya kompleks QRS
dihubungkan dengan serum Kalium ; Pernapasan
kusmaul dihubungkan dengan acidosis, kejang yang
mungkin terjadi dihubungkan dengan rendahnya
calsium.
– Monitor data-data laboratorium : Serum pH, Hidrogen,
Potasium, bicarbonat, calsium magnesium, Hb, HT, BUN
dan serum kreatinin.
Lanjut……..
• Rasional : Nilai laboratorium merupakan indikasi
kegagalan ginjal untuk mengeluarkan sisa
metabolit dan kemunduran fungsi sekretori ginjal.
– Jangan berikan obat – obat Nephrothoxic.
• Rasional : Obat – obat nephrotoxic akan
memperburuk keadaan ginjal
– Berikan pengobatan sesuai pesanan / permintaan
dokter dan kaji respon terhadap pengobatan.
• Rasional : Dosis obat mungkin berkurang dan
intervalnya menjadi lebih lama. Monitor respon
terhadap pengobatan untuk menentukan
efektivitas obat yang diberikan dan kemungkinan
timbulnya efek samping obat.
• Kelebihan volume cairan sehubungan dengan ketidakmampuan ginjal mengeskkresi
air dan natrium
Intervensi :
• Timbang berat badan pasien setiap hari, Ukur intake dan output tiap 24 jam, Ukur
tekanan darah (posisi duduk dan berdiri), kaji nadi dan pernapasan (Termasuk bunyi
napas) tiap 6-8 jam, Kaji status mental, Monitor oedema, distensi vena jugularis,
refleks hepato jugular, Ukur CVP dan PAWP.
• Rasional : Untuk mengidentifikasi status gangguan cairan dan elektrolit.
• Monitor data laboratorium : Serum Natrium, Kalium, Clorida dan bicarbonat.
• Rasional : Untuk mengidentifikasikan acumulasinya elektrolit.
• Monitor ECG
• Rasional : Peningkatan atau penurunan Kalium dihubungkan dengan disthrithmia.
Hipokalemia bisa terjadi akibat pemberian diuretic.
• Berikan cairan sesuai indikasi
• Rasional : Untuk mencegah kemungkinan terjadinya dehidrasi sel.
• Berikan Diuretic sesuai pesanan dan monitor terhadap responnya.
• Rasional : Untuk menentukkan efek dari pengobatan dan observasi tehadap efek
samping yang mungkin timbul seperti : Hipokalemia dll.
• Gangguan Nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan
dengan pembatasan intake (Diit) dan effect uremia yang
mengakibatkan malnutrisi protein – calori.

– Kaji terhadap adanya Mual, muntah dan anorexia.


• Rasional : Keadaan – keadaan seperti ini akan meningkat kehilangan
kebutuhan nutrisi.
– Monitor intake makanan dan perubahan berat badan ; Monitor data
laboratorium : Serum protein, Lemak, Kalium dan natrium.
• Rasional : Untuk menentukkan diet yang tepat bagi pasien.
– Berikan makanan sesuai diet yang dianjurkan dan modifikasi sesuai
kesukaan Klien.
• Rasional : Meningkatkan kebuthan Nutrisi klien sesuai diet .
– Bantu atau anjurkan pasien untuk melakukan oral hygiene sebelum
makan.
• Rasional : Menghilangkan rasa tidak enak dalam mulut sebelum
makan.
– Berikan antiemetik dan monitor responya.
• Rasional : Untuk mengevaluasi kemungkinan efek sampingnya.
– Kolaborasi denga ahli diet untuk pemberian diit yang tepat bagi pasien.
• Rasional : Kerjasama dengan profesi lain akan meningkatan hasil
kerja yang baik. Pasien dengan GGK butuh diit yang tepat untuk
perbaikan keadaan dan fungsi ginjalnya.
• Potensial Infeksi sehubungan dengan penekanan sistim
imun akibat uremia.

– Kaji terhadap adanya tanda- tanda infeksi.


• Rasional : Untuk mendeteksi lebih awal adanya infeksi.
– Monitor temperatur tiap 4 – 6 jam : Monitor data laboratorium :
WBC : Darah, Urine, culture sputum. Monitor serum Kalium.
• Rasional : Uremia mungkin terselubung dan biasanya
diikuti dengan peningkatan temperatur dicurigai adanya
infeksi. Status hipermetabolisme seperti adanya infeksi
dapat menyebabkan peningkatan serum kalsium.
– Pertahankan tekhnik antiseptik selama perawatan dan patulah
selalu universal precaution.
• Rasional : Mencegah terjadinya infeksi.
– Pertahankan kebersihan diri, status nutrisi yang adekuat dan
istirahat yang cukup.
• Kebiasaan hidup yang sehat membantu mencegah infeksi.
• Resiko tinggi terjadinya kerusakan integritas kulit sehubungan
dengan efek uremia.

– Kaji terhadap kekeringan kulit, Pruritis, Excoriations dan infeksi.


• Rasional : Perubahan mungkin disebabkan oleh penurunan
aktivitas kelenjar keringat atau pengumpulan kalsius dan phospat
pada lapiran cutaneus.
– Kaji terhadap adanya petechie dan purpura.
• Rasional : Perdarahan yang abnormal sering dihubungkan dengan
penurunan jumlah dan fungsi platelet akibat uremia.
– Monitor Lipatan kulit dan area yang oedema.
• Rasional : Area- area ini sangat mudah terjadinya injuri.
– Lakukan perawat kulit secara benar.
• Rasional : Untuk mencegah injuri dan infeksi
– Berikan pengobatan antipruritis sesuai pesanan.
• Rasional : Amengurangi pruritis.
– Gunting kuku dan pertahankan kuku terpotong pendek dan bersih.
• Rasional : Untuk mencegah injuri akibat garukan dan infeksi.
• Resiko Tinggi terjadinya gangguan persepsi /
sensori, gangguan proses pikir sehubungan
dengan abnormalitasnya zat – zat kimia dalam
tubuh yang dihubungakan dengan uremia.

– Kaji status neurologic : Orientasi terhadap waktu,


tempat dan orang : Pola tidur ; Tingkat kesadaran
dan ktivitas motorik (kejang)
• Rasional : Perubahan yang terjadi
merefleksikan adanya ganggua pada fungsi
saraf sentral dan autonom.

– Kaji tipe kepribadian


• Rasional : Untuk mengidentifikasikan
perubahan yang dihubungkan dengan uremia.
– Orientaskan pasien terhadap kenyataan saat ini.
• Rasional : Menurunkan kemungkinan terjadinya
disorientasi dan menginformasikan kepada klien
keadaan / issue saat ini.
– Pertahankan tindakan kenyamanan : Tutup rel
tempat tidur, tempat tidur tidak boleh terlalu tiggi,
jaukan barang – barang tajam, letakan bel dekat
pasien.
• Rasional :Memberikan kenyamanan lingkungan
dan mencegah injuri.
– Sempatkan waktu anda untuk bersama – sama klien,
tanyakan klien dengan kalimat terbuka.
• Rasional : Mencegah kehikangan memori pada
pasien
– Berikan latihan relaksasi sebelum tidur dan brikan
periode stirahat.
• Rasional : Meningkatkan kenyamanan tidur
karena uremia dapat mengganggu pola tidur.
• Kurang mampu merawat diri sehubungan
dengan kelemahan fisik.

– Kaji kelemahan dan kelelahan, dan berikan


penjelasan tentang kebutuhan perawatan diri.
• Rasional : untuk menentukan kebutuhan yang
akan dilakukan.
– Jika pasien tidak mampu sama sekali Bantu lakukan
perawatan dipasien dengan melibatkan kelurag.
• Rasional: Memandirikan kelurga dalam
merawat pasien.
– Lakukan latihan nafas dalam batuk dan ambulasi di
tempat tidur.
• Rasional: Untuk mencegah efek dari bedrest
seperti pneumonia.
• Resiko terjadinya diskusi seksual

– Kaji keadaan pasien secara umum.


• Rasional: untuk mengidentifikasikan masalah yang
ada.
– Minta pasien untuk mengungkapkan perasaannya
secara terbuka.
• Rasional : Informasi dari pasien sangat penting
untuk pelaksanaan askep
– Bantu pasien untuk memecahkan masalah .
• Rasional: Meningkatkan penerimaan pasien.
– Jelaskan pasien tentang permasalahan yang terjadi.
• Rasional : Membantu meningkatkan pengetahuan
dan mengundang partisipasi klien.
– Rujuk pasien kekonseling bila dibutuhkan
• Rasional : Membantu untuk memecahkan
permasalahan yang ada
• Gangguan gambaran diri

– Gaji dan jelaskan kepada pasien tentang


keadaan ginjalnya serta alternatif tindakan
lainnya seperti dialysis atau transplantasi
Rasional: Interfensi awal bisa mencegah
disstres pada pasien.

– Libatkan support sistim dalam perawatan


pasien.
Rasional: Kehadiran support sistim
meningkatkan harga diripasien.
• Pendidikan pasien
• Jelaskan tentang GGK
• Jelaskan pengobatan dan efeksampingnya yang
mungkin timbul
• Jelaskan tentang diit.
• Ajarkan pasien cara – cara pengukuran tekanan
darah, intake dan out put, monitor brat badan
serta cara mencatatnya.
• Jelaskan tentang pentingnya mencegah infeksi.
• Jelaskan tentang pentingnya memeriksaklan diri
kedokter.
• Jelaskan tentang dialysis dan transplantasi.
• DAFTAR KEPUSTAKAAN

• Brundage Dorothy (1991), “ Renal Disorders “


Mosby Year Bok, Inc.
• Purnawan Junadi,(1982), “ Kapita Selekta
Kedokteran “ , Edisi ke 2. Media Aeskulapius,
FKUI 1982.
• Soeparman (1990), “ Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II,
Balai Penerbit FKUI 1990.
• Sylvia Anderson Price (1990) “ Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit”. Alih
Bahasa Adji Dharma, Edisi II.
• Marllyn E. Doengoes (1987), “ Nursing Care Plan “
, Fa. Davis Company, Philadelpia.
• D.D.Ignatavicius dan M.V.Bayne (1991),” Medical
Surgical Nursing “ , A Nursing Process Approach,
W. B. Saunders Company, Philadelpia

Anda mungkin juga menyukai