Kolestasis merupakan sindroma klinis yang terjadi akibat
terganggunya aliran empedu ke usus. Kolestasis biasanya sering terjadi pada bayi dalam 3 bulan pertama, namun dapat terjadi juga pada anak. Kolestasis dapat disebabkan oleh berbagai etiologi, baik ekstrahepatal maupun intrahepatal Baik di Indonesia maupun di luar negeri, kolestasis merupakan kasus yang jarang terjadi. Menurut pantauan dari bagian hepatologi anak FKUI, kejadian kolestasis di RSCM dalam kurun waktu 2 (2002-2003) tahun terdapat 162 kasus. Walaupun kasus kolestasis sangat jarang terjadi, namun ketika ditemukan kasus ini, maka harus segera di tangani karena dampak dari kolestasis sangat berat apabila terjadi pada neonatus dan anak. Tujuan Tujuan penulisan referat yang berjudul Kolestasis adalah untuk memberikan informasi ilmiah pada para pembaca mengenai, definisi, etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, penegakan diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis dari Kolestasis.
Manfaat Diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran mengenai materi Kolestasis bagi para mahasiswa di kepaniteraan klinik RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
a. Fisiologi Pembentukan Bilirubin
Definisi Kolestasis adalah suatu sindrom yang berkaitan dengan kegagalan cairan empedu mencapai duodenum.
Etiologi Etiologi Kolestasis Intrahepatik Lesi yang ditemukan atau diperkirakan pada tingkat sel parenkim Sirosis : Kolestatik hepatitis virus, hepatitis alkohol, ikterus non hemolitik kronik (Sindrom Dubin-Johnson dan Sindrom Rotor).
Lesi di distal sel parenkim (kanalikuli, kolangiole, saluran-saluran empedu intrahepatik) : Obat-obatan seperti klorpromazin dan steroid, kolestasis rekuren jinak (genetik atau idiopatik), kolitis ulseratif, kolangiosarkoma daripada saluran hepatik, infestasi parasit seperti Clonochis sinensis.
Etiologi Kolestasis Ekstrahepatik Obstruksi saluran empedu ekstrahepatik misalnya atresia bilier, batu, karsinoma, striktura saluran empedu.
Terdapat 2 gangguan transport empedu pada kolestasis : Fase 1 adalah gangguan pada pembentukan bilirubin oleh sel hepar, yang dapat terjadi karena berbagai sebab, misalnya karena adanya kelainan bentuk (distorsi, sirosis), berkurangnya jumlah sel hepar (deparenchymatised liver), gangguan fungsi sel hepar.
Fase 2 adalah gangguan transport yang terjadi pada perjalanan dari bilirubin mulai dari hepar ke kandung empedu sampai ke usus. Bayi pada minggu pertama sering menunjukkan gejala kolestasis berupa tinja alkalis/hipokolis, karena proses kolestasis yang terjadi fisiologis akibat masih kurang matangnya fungsi hepar.
Manifestasi klinis Terganggunya aliran empedu yang masuk ke dalam usus : Tinja alkalis/hipokolis Urobilinogen/Sterkobilinogen dalam tinja menurun Urobilin dalam air seni negatif Malabsorbsi lemak Steatore Hipoprotombinemia
Akumulasi empedu dalam darah : Ikterus Gatal-gatal Hiperkolesterolemia
Kerusakan sel hepar sebagai akibat menumpuknya komponen empedu Anatomis : Akumulasi pigmen Reaksi keradangan dan nekrosis Fungsional Gangguan ekskresi (alkali fosfat dan gama glutamil transpeptidase meningkat) Transminase serum meningkat Gangguan ekskresi sulfobromoftalein Asam empedu dalam serum meningkat
Manifestasi Klinis Manifestasi klinis kolestasis pada anak dan neonatus sedikit berbeda : Pada anak biasanya manifestasi klinis yang muncul adalah ikterik, urin berwarna lebih gelap, dan tinja berwarna lebih pucat atau berwarna seperti dempul, hepatomegali dan nyeri akibat peregangangan kapsula hepatik. Pada neonatus manifestasi klinis yang biasanya muncul adalah ikterus fisiologis yang melanjut, terkadang muncul pada umur 5-8 minggu. Pemeriksaan Penunjang : a. Laboratorium : Bilirubin serum dan urin, SGPT, SGOT, Alkali fosfatase, GGT, albumin b. Pencitraan : USG, Skintigrafi c. Biopsi Hati Anamnesis PF Px Penunjang (bilirubin, sgpt, sgot, albumin) jika terbukti ada kelainan cari etiologi ekstra/intra hepatal pemeriksaan tambahan TORCH,bakteri, toksin,USG, Biopsi hepar. a. Memperbaiki aliran empedu pengobatan etiologi b. Menstimulasi aliran empedu Fenobarbital 3-10 mg/kgBB/hari As. Ursodeoksilat 10-20 mg/kgBB/hari Kolesteramin 0,25-0,5 g/kgBB/hari Rifampisin
c. Nutrisi : Formula MCT (Medium Chain Triglyceride) Kebutuhan kalori 125% bayi normal sesuai dengan berat badan ideal untuk bayi dengan kolestasis. Kebutuhan protein : 2-3gr/kgBB/hari. vit larut lemak ADEK Terapi komplikasi yang sudah terjadi misalnya hiperlipidemia/xantelasma dengan kolestipol, pada gagal hati dan pruritus yang tidak teratasi adalah transplantasi hati. Tindakan pembedahan, dilakukan untuk perbaikan saluran empedu yang ada.
Hiperlipidemia/xantelasma Gagal hati
Prognosis dari kolestasis umumnya prognosis adalah baik 60% pasien dengan kolestasis sporadik neonatal sembuh. Namun, jika kolestasis bersifat familial umunya berprognosis buruk. Prediktor untuk prognosis buruk adalah kuning hebat yang berlangsung lebih dari 6 bulan, tinja dempul, riwayat penyakit dalam keluarga, hepatomegali persisten, dan terdapatnya inflamasi hebat pada hasil biopsi.
1. Kolestasis merupakan sindrom klinis yang disebabkan karena kegagalan empedu mencapai duodenum. 2. Etiologi dari kolestasis dibagi menjadi dua yaitu etiologi intrahepatik dan ekstrahepatik, intrahepatik berkaitan dengan parenkim hepar, misalnya terjadi sirosis, hepatitis, hepatitis alkoholik, dll. Sedangkan etiologi ekstrahepatik berkaitan dengan adanya obstruksi di bilier, misalnya atresia biliaris, batu, karsinoma, striktura saluran empedu. 3. Patogenesis kolestasis, bisa disebabkan karena terjadinya gangguan pembentukan bilirubin di hepar, ataupun karena proses perjalanan empedu dari kandung empedu ke usus yang terhambat. 4. Manifestasi klinis dari kolestasis yang sering muncul, jaundice, urin berwarna gelap, feses berwarna dempul. 5. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan, pemeriksaan darah rutin, bilirubin serum dan urin, fungsi hati, USG atau skintygrafi, serta biopsi hati. 6. Penatalaksanaan kolestasis prinsipnya adalah menangani penyebab, menstimulasi aliran empedu, pemberian nutrisi yang sesuai kondisi kolestasis, serta pembedahan untuk memperbaiki saluran empedu.
1.Juffrie, M; Soenarto, Sri Supar Y; Oswari, H,dkk. 2010. Gastroenterologi- Hepatologi Jilid 1. Kolestasis Intrahepatik Pada Bayi dan Anak 365- 383. IDAI 2. Santos J, Choquette M, Bezzera, JA. 2010. Cholestatic Liver Disease in Children. Children Journal Current Gastroenterology Reports. 44:695 701 3. Robert, M; Kliegmann, Ann; M. Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 2. Jakarta: EGC 4. Tamhne S, Charlton C, Oneill D. 2012. Diagnosis of neonatal cholestasis; outcome in a regional centre. British Society of Paediatric Gastroenterology, Hepatology and Nutrition/Neonatal Nutrition Network. 97:A58 5. Paulev, P.E., Zubieta-Calleja. 2004. New Human Physiology 2 nd Edition. Chapter 23 Hepatic and Pancreatic Function and Disorders. University of Copenhagen. Diunduh pada tanggal 5 September 2013 dari http://www.zuniv.net/physiology/book/index.htm