( G 501 08 004) PEMBI MBI NG: DR. SENI WATI , SP. KK
KANDIDIASIS INTERTRIGINOSA
BAB 1 PENDAHULUAN Cutaneus kandidiasis adalah suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi jamur dari genus Candida Predileksi Candida albicans pada daerah lembab, misalnya pada daerah lipatan kulit. Karena organisme ini menyukai daerah yang hangat dan lembab (1)
Pada tahun 1853, pertama kali Robin menggambarkan kandidiasis sistemik. Sebaliknya kandidiasis kutaneus dan kandidiasis mokokutaneus kronik dideskripsikan pada tahun 1907 dan 1909. Genus Candida dilaporkan pada tahun 1923 dan sesudah itu Martin mengklasifikasikan beberapa spesies jamur ke dalam genus. Di era antibiotik pada tahun 1940-an, candidiasis pertama kali dilaporkan sebagai infeksi opportunistik. (2)
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Kandidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau sub akut disebabkan oleh spesies Candida, dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki atau paru-paru. Candidiasis intertriginosa terjadi di lipatan ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glans penis dan umbilikus. (3)
B. Etiologi Yang tersering sebagai penyebabnya ialah Candida albicans C. Epidemiologi frekuensi: di mulut 18 %, vagina 15 %, dan mungkin dalam feses 19 %. D. Patogenesis Candida albicans hidup sebagai flora normal di mulut, traktus vagina, dan usus. Infeksi candida dapat menyebabkan kelainan pada kulit tergantung pada predisposisinya : (5)
Bayi, wanita hamil, dan usia lanjut Hambatan pada permukaan epitel; karena gigi palsu, pakaian Gangguan fungsi imun Kemoterapi Penyakit endokrin; diabetes mellitus Karsinoma Miscellaneous; kerusakan pada lipatan kuku E. Manifestasi Klinis bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah dan eritematosa.
Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel- vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang erosif dengan pinggiran kasar dan berkembang seperti lesi primer.
Di tengah lesi yang lebar sering terjadi erosi, sedangkan ditepinya terjadi pengelupasan kulit tanpa peninggian lesi. (3,4)
F. Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarakan pada ujud kelainan kulit dan lokalisasinya 1. KOH 2. Kultur 3. Pemeriksaan mikrosokopik G. Penatalaksanaan Topikal Larutan ungu gentian 0,5 % untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit, dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari.
Nistatin dapat diberikan berupa krim, salep, emulsi.
Maupun golongan azol antara lain Mikonazol 2% berupa krim atau bedak, Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim, Tiokonazol, bufonazol, isokonazol. Siklopiroksolamin 1% berupa krim. (1)
Sistemik Nistatin untuk menghilangkan infeksi lokal dalam saluran cerna. Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidiasis sistemik. Untuk kandidiasis vaginalis ketokonazol 2x200 mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150 mg dosis tunggal. Itrakonazol diberikan bila dipakai untuk kandidiasis vulvovaginalis dosis untuk orang dewasa 2x100 mg sehari, selama 3 hari. (1)
H. Komplikasi Adapun komplikasi kutaneus kandidiasis yang bisa terjadi, antara lain : Rekurens atau infeksi berulang kandida pada kulit Infeksi pada kuku yang mungkin berubah menjadi bentuk yang aneh dan mungkin menginfeksi daerah di sekitar kuku Disseminated candidiasis yang mungkin terjadi pada tubuh yang immunocompromised. (6)
I. Pencegahan Menjaga kulit selalu bersih dan kering. Bedak yang kering mungkin membantu pencegahan infeksi jamur pada orang yang mudah terkena. Penurunan berat badan dan kontrol gula yang baik pada penderita diabetes mungkin membantu pencegahan infeksi tersebut. (11)
J. Prognosis Prognosis kutaneus kandidiasis umumnya baik, bergantung pada berat ringanya faktor predisposisi. Infeksi berulang merupakan hal yang umum terjadi. (1. 11)
DAFTAR PUSTAKA
1. Kuswadji. Kandidosis. In : Djuanda, Adhi, eds. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 4. Indonesia. 2005. p.106-9 2. Alison, eds. Yeast Infections: Candidiasis, Pityriasis (Tinea) Versicolor. In : Freedberg, Irwin M, eds. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. United State of America. McGraw Hill; 2003. p. 212-286 3. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S,editors. . Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed ke5. Jakarta. FKUI. 2007. 4. Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta. Hipokrates. 2000. 5. Anaissie, Elias J. Clinical Mycology. United State of America. Churchill Livingstone. 2003. p.461-2 6. Scheinfeld, Noah S. Candidiasis Cutaneous. [online]. 2008 [cited 2013 Juli 18] : Available from : http://www.emedicine.com 7. Kamiya, Atsushi, eds. Epidemiological study of Candida species in cutaneous candidiasis based on PCR using a primer mix specific for the DNA topoisomerase II gene. In : Journal of Dermatological Science. 2005 January. [cited 2013 July 18] : volume 37/1. 21-28. Available from : URL:http://www.sciencedirect.com 8. Habif, Thomas P, eds. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and Therapy 4th edition. Pennsylvania. Mosby, inc. 2004. p. 440-450 9. Ellis, David. Candidiasis. 2006 July. [cited 2013 July 25] : Available from : URL:http://www.mycologyonline.com 10. Tatsumi, Yoshiyuki, eds. In Vitro Antifungal Activity of KP-103, a Novel Triazole Derivative, and Its Therapeutic Efficacy against Experimental Plantar Tinea Pedis and Cutaneous Candidiasis in Guinea Pigs. In : Antimicrobial Agents and Chemotherapy. [serial online]. 2001 May. [cited 2013 Augustus 1] : volume 45/5. 1493-1499. Available from : URL:http://www.aac.com 11. Smith, D. Scott. Cutaneous Candidiasis. [online]. 2006 [cited 2013 Juni 18] : Available from : URL:http://www.medlineplus.com