Efusi pleura sering dijumpai, gejala sesak nafas timbul akibat
hambatan pengembangan paru oleh tekanan cairan efusi sehingga asupan oksigen tubuh berkurang, hal ini dapat mengganggu kualitas hidup pasien bahkan dapat mengancam nyawa maka dari itu perlu pengetahuan tentang penanganan efusi pleura baik penanganan cairan efusi maupun penyakit yang menyebabkannya.
TUJUAN membahas penyakit penyakit yang dapat menyebabkan efusi pleura, gejala dan pemeriksaan yang dapat dilakukan dalam menentukan diagnosa efusi pleura serta tindakan bedah dalam mengatasi efusi pleura. Sehingga diharapkan referat ini dapat membantu peserta KKS khususnya penulis dalam memahami kasus efusi pleura.
* DEFINISI EFUSI PLEURA Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan pleura. Efusi pleura bukanlah diagnosis dari suatu penyakit melainkan hanya merupakan gejala atau komplikasi dari suatu penyakit.
ANATOMI DAN FISIOLOGI PLEURA Pleura terletak di bagian terluar dari paru-paru dan mengelilingi paru. Tersusun oleh sel mesotel. Limfosit, jaringan kolagen dan serat elastik. Ada 2 macam pleura yaitu pleura parietalis dan pleura viseralis. Diantara pleura terdapat ruangan yang disebut spatium pleura Jumlah normal cairan pleura adalah 10-20 cc. 3
Cairan pleura dalam keadaan normal akan bergerak dari kapiler di dalam pleura parietalis ke ruang pleura kemudian diserap kembali melalui pleura viseralis. Cairan pleura berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis bergerak selama pernapasan dan untuk mencegah pemisahan toraks dan paru
Perdarahan : - Pleura viseral: kapiler dari A. Pulmonalis dan A.brakhialis - Pleura Parietalis : kapiler dari arteri interkostalis dan A. Mamaria interna. Persarafan : - Pleura parietal: peka terhadap rasa sakit dan suhu. dari nervus intercostalis dinding dada
PATOFISIOLOGI EFUSI PLEURA
ETIOLOGI EFUSI PLEURA Infeksi 1. Pleuritis karena Virus dan mikoplasma Ex: Echo virus, Coxsackie virus, Chlamidia, Rickettsia, & mikoplasma 2. Pleuritis karena bakteri Piogenik Ex: Aerob : Streptococcus pneumonia, Streptococcus mileri, Saphylococcus aureus. Anaerob : Bacteroides spp, Peptostreptococcus, 3. Pleuritis Tuberkulosa komplikasi tuberkulosis paru, melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening.
Cairan efusi biasanya serous, kadang- kadang bisa juga hemoragis. 4. Pleuritis karena Fungi Ex: aktinomikosis, aspergillus, kriptokokus, histoplasmosis, 5. Pleuritis karena parasit Ex: amoeba. datang dari parenkim hati menembus diafragma terus ke parenkim paru dan rongga pleura. cairannya berwarna khas merah coklat
NON INFEKSI Efusi pleura karena gangguan sirkulasi 1. Gangguan Kardiovaskuler Ex: Payah jantung , perikarditis konstriktiva 2. Emboli Pulmonal terjadi iskemia maupun kerusakan parenkim paru dan memberikan peradangan dengan efusi yang berdarah (warna merah 3. Hipoalbuminemia Ex: sindrom nefrotik, malabsorbsi atau keadaan lain dengan asites serta anasarka. Efusi yang terjadi biasanya bilateral dan cairan bersifat transudat
Efusi pleura karena neoplasma Keluhan yang paling banyak ditemukan adalah sesak nafas dan nyeri dada. Gejala lain adalah adanya cairan yang selalu berakumulasi kembali dengan cepat walaupun dilakukan torakosentesis berkali-kali
Efusi pleura karena kelainan Intra-abdominal 1. Reaksi infeksi dan peradangan di bawah diafragma Ex: Pancreatitis, pseudokista pankreas. karena berpindahnya cairan yang kaya dengan enzim pancreas ke rongga pleura melalui saluran getah bening. Efusi bersifat eksudat serosa, tetapi kadang-kadang juga dapat hemoragik. 2. Sirosis Hati Kebanyakan efusi pleura timbul bersamaan dengan asites karena terdapat hubungnan fungsional antara rongga pleura dan rongga abdomen melalui saluran getah bening atau celah jaringan otot diafragma
Efusi pleura karena sebab lain 1.Trauma 2. Uremia 3. Miksedema 4. Limfedema 5. Reaksi hipersensitif terhadap obat 6. Efusi pleura idiopatik
DIAGNOSIS EFUSI PLEURA Anamnesis 1. Keluhan Utama Biasanya pada klien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritis yang bersifat tajam dan terlokalisasi terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif. 2. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien dengan efusi pleura biasanya akan diawali dengan keluhan seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritis, rasa berat pada dada, dan berat badan menurun. Perlu ditanyakan sejak kapan keluhan itu muncul. 3. Riwayat Penyakit Dahulu Apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TB paru, pneumonia, gagal jantung, trauma, asites, dan sebagainya. 4. Riwayat Penyakit Keluarga apakah ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang mungkin dapat menyebabkan efusi pleura seperti: kanker paru, asma, TB paru, dll Pemeriksaan Fisik 1. Inspeksi Peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan disertai penggunaan otot bantu pernafasan. Gerakan pernafasan asimetris. Sela iga melebar. 2. Palpasi Pendorongan mediastinum kearah hemithoraks kontralateral, diketahui dari posisi trakea dan iktus kordis. Fremitus taktil menurun. gerakan dada tertinggal pada dada yang sakit. 4. Perkusi Suara redup - pekak pada dada yang sakit, tergantung jmlh cairan 5. Auskultasi Suara nafas menurun hingga menghilang pada sisi yang sakit. Pada posisi duduk, cairan makin keatas semakin tipis Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Radiologis Foto rontgen toraks rutin tegak, cairan pleura tampak berupa perselubungan homogen menutupi struktur paru bawah yang biasanya relatif radio opak dengan permukaan atas cekung, berjalan dari lateral atas kearah medial bawah. Karena cairan mengisi ruang hemitoraks sehingga jaringan paru akan terdorong ke arah sentral (hilus), dan kadang-kadang mendorong mediastinum kearah kontralateral.
2. Torakosentesis Adalah Aspirasi cairan pleura, berguna sebagai sarana untuk diagnostik maupun terapeutik. pasien dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru sela iga 5 atau 6 garis aksilaris posterior dengan memakai jarum abbocath nomor 14 atau 16. Untuk menegakkan diagnosis cairan pleura dilakukan pemeriksaan : a. Warna Cairan cairan pleura normal berwarna agak kekuning-kuningan (serous- santokrom).
1) Chylothorax, 2) Traumatic effusion, 3) Lymphoma, 4) Positive Rivalta test, 5) FIP, 6) Pulmonary carcinoma, 7) Pulmonary carcinoma, 8) Traumatic effusion b. Biokimia c. Sitologi d. Bakteriologi
Biopsi Pleura Pemeriksaan histopatologi satu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat menunjukkan 50%-75% diagnosis kasus kasus pleuritis tuberkulosis dan tumor pleura
Diagnosa Banding Efusi Pleura *Konsolidasi paru karena pneumonia *Neoplasma dengan kolaps paru *Empiema dan abses paru *Fibrosis paru *Pneumothoraks
Penatalaksanaan Efusi Pleura Terapi efusi ditujukan pada penyebabnya. Aspirasi tidak bermanfaat jika penyebabnya tidak ditiadakan. Kadang perlu dipertimbangkan melakukan pleurodesis yang antara lain dilakukan dengan pemberian talkum, tetrasiklin, bleomisin, atau sediaan sklerotik lain. 2
1 Thoracic Drainage pengeluaran cairan dari rongga torak, dalam hal ini adalah cairan efusi pleura. Thoracic drainage terdiri dari tindakan pemasangan chest tube dan WSD (Water Seal Drainage).
* Indikasi pemasangan chest tube adalah Hemotoraks, efusi pleura, Pneumotoraks ( > 25 % ), Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk, Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator. * kontraindikasi pemasangan adalah Infeksi pada tempat pemasangan, Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol. * Cara pemasangan thoracic drainage (tanpa thorachic trokar) adalah : 1. Tentukan tempat pemasangan, pada ICS 5-6 sejajar linea axillaris anterior pada sisi yang sakit 2. Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah ditentukan. 3. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai muskulus interkostalis. 4. Masukkan Kelly klemp melalui pleura parietalis kemudian dilebarkan. Masukkan jari melalui lubang tersebut untuk memastikan sudah sampai rongga pleura / menyentuh paru. 5. Masukkan selang ( chest tube ) melalui lubang yang telah dibuat dengan menggunakan Kelly forceps dengan arah craniolateral 6. Selang ( Chest tube ) yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan ke dinding dada 7. Selang ( chest tube ) disambung ke WSD yang telah disiapkan. 8. Foto X- rays dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan. 11
* Ada beberapa macam WSD, antara lain: 1. WSD dengan satu botol Merupakan sistem drainage yang sangat sederhana Botol berfungsi selain sebagai water seal juga berfungsi sebagai botol penampung. Drainage berdasarkan adanya grafitasi. Umumnya digunakan pada pneumotoraks 11
* 2. WSD dengan dua botol Botol pertama sebagai penampung (drainase). Botol kedua sebagai water seal Keuntungannya adalah water seal tetap pada satu level. Dapat dihubungkan sengan suction control. 11
* 3. WSD dengan 3 botol Botol pertama sebagai penampung (drainase). Botol kedua sebagai water seal Botol ke tiga sebagai suction kontrol, tekanan dikontrol dengan manometer Komplikasi tindakan thoracic drainage antara lain: Komplikasi primer : Perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks, atrial aritmia Komplikasi sekunder : Infeksi, empiema 2 Pleurodesis Pleurodesis adalah penyatuan pleura viseralis dengan pleura parietalis, Zat-zat yang dipakai untuk pleurodesis adalah Tetrasiklin (terbanyak dipakai), bleomisin, korinebakterium parvum, tio-tepa, 5 fluorourasil
tujuan dilakukannya pleurodesis adalah untuk mencegah berulangnya efusi berulang (terutama bila terjadi dengan cepat), menghindari torakosintesis berikutnya dan menghindari insersi chest tube berulang, serta menghindari menghindari morbiditas yang berkaitan dengan efusi pleura atau pneumothoraks berulang (trapped lung, atelektasis, pneumonia, insufisiensi respirasi, tension pneumothorax. Prosedur pleurodesis adalah, pipa selang dimasukkan pada ruang antar iga dan cairan efusi dialirkan ke luar secara perlahan lahan. Setelah tidak ada lagi cairan keluar, masukkan 500 mg tetrasiklin yang dilarutkan dalam 20cc garam fisiologis ke dalam rongga pleura, selanjutnya diikuti dengan 20cc garam fisiologis. Kunci selang selama 6 jam dan selama itu pasien diubah ubah posisinya, sehingga tetrasiklin dapat didistribusikan ke saluran rongga pleura. Selang antar iga kemudian dibuka dan cairan dalam rongga pleura kembali dialirkan keluar sampai tidak ada lagi yang tersisa. Selang kemudian dicabut * DAFTAR PUSTAKA
* Sylvia Anderson Price, Lorraine Wilson. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC, 2005. Hal 736-852 * Sjamsuhidayat-de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta : EGC, 2010. Hal 498-513. * Muttaqin,Arif. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : Gramedia. Hal 126-134. * Alsagaff H.,Mukty H.A., Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru, Surabaya : Airlangga Press, 2002. halaman 144-145 * Pierce Grace, Neil Borley. Et Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.2006. Hal 25-27 * Darmanto, Djojodibroto. Respirologi. Jakarta : EGC. 2007. Hal 173-185 * Brunner & Sudart. Buku Ajar Keperawatan medikal bedah Edisi 8. Jakarta : EGC. 2008. Hal 90 -98. * Hadi Halim. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi 4. Jakarta : FKUI. 2007. Hal 1056 - 1061 * Mark H. Swartz. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta : EGC. 1995. Hal. 154 178. * Sjahriar Rasad. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta : FKUI. 2011. Hal 116 130. * http://thoraksbedah.blogspot.com/2008/08/pemasangan-wsd-water-sealed-drainage.html. * Zulkifli amin, ina ariani. Indikasi dan prosedur pleurodesis. Jakarta: Majalah Kedokteran Indonesia, volume : 57. 2007.