Anda di halaman 1dari 48

Asuhan Keperawatan pada

Klien dengan
ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut)
DEFINISI
Pnemonia adalah penyakit infeksi akut paru yang
disebabkan terutama oleh bakteri, merupakan penyakit
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang paling
sering menyebabkan kematian pada bayi dan anak
balita. Bakteri penyebab pnemonia adalah
Streptococcus pneumoniae (pneumokokus), Hemophilus
influenzae tipe b (Hib) dan Staphylococcus aureus (S
aureus). Diperkirakan 75% pneumonia pada anak balita
di negara berkembang termasuk Indonesia disebabkan
oleh pneumokokus dan Hib (Misnadiarly, 2008).
Anatomi Fisiologi Sistem
Pernapasan Atas
HIDUNG
FARING
LARING
Anatomi dan Fisiologi
Pernapasan


Saluran Napas Atas
Hidung

Hidung adalah tempat
dimulainya proses
pernafasan. Di hidung
terdapat rambut halus dan
selaput lendir yang
berfungsi untuk
menyaring udara yang
masuk agar udara menjadi
bersih
Faring

Nasofaring dilapisi
oleh epitel respirasi
pada bagian yang
berbatasan dengan
palatum mole,
sedangkan orofaring
dilapisi epitel tipe
skuamosa / pipih.

Laring

Laring merupakan bagian
yang menghubungkan
faring dengan trakea
Epiglotis merupakan
juluran dari tepi laring
Terdapat pita suara
Pada lamina propria
laring terdapat tulang
rawan hialin dan elastin
yang berfungsi sebagai
katup untuk mencegah
masuknya makanan dan
sebagai alat penghasil
suara pada fungsi fonasi
Definisi ISPA
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit
saluran pernafasan akut yang meliputi saluran
pernafasan bagian atas seperti rhinitis, faringitis, dan
otitis serta saluran pernafasan bagian bawah seperti
laringitis, bronchitis, bronkiolitis dan pneumonia, yang
dapat berlangsung selama 14 hari. Batas waktu 14 hari
diambil untuk menentukan batas akut dari penyakit
tersebut. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari
hidung sampai alveoli beserta organ seperti sinus, ruang
telinga tengah dan pleura (Depkes RI, 2008).

Klasifikasi ISPA
a. Bukan pneumonia
Mencakup pasien balita dengan batuk yang tidak
menunjukkan gejala peningkatan frekuensi napas dan
tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian
bawah kearah dalam. Contohnya adalah common cold,
faringitis, tonsilitis dan otitis.
b. Pneumonia
Didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran
bernapas, diagnosa ini berdasarkan umur. Batas
frekuensi nafas cepat pada anak berusia dua bulan
sampai < 1 tahun adalah 50 kali per menit dan untuk
anak usia 1 sampai < 5 tahun adalah 40 kali per menit.

Klasifikasi ISPA
c. Pneumonia berat
Didasarkan pada adanya batuk dan atau kerusakan
bernapas di sertai sesak napas atau tarikan dinding
dada bagian bawah kearah dalam(chest indrawing),
pada anak berusia dua bulan sampai < 5 tahun. Untuk
anak berusia < 2 bulan, diagnosa pneumonia berat
ditandai dengan adanya napas cepat yaitu frekuensi
pernapasan yaitu 60 kali per menit atau lebih, atau
adanya tarikan yang kuat pada dinding dada bagian
bawah kearah dalam (severe chest indrawing).
Etiologi ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok
penyakit yang komplek dan heterogen, yang disebabkan
oleh berbagai etiologi. Kebanyakan infeksi saluran
pernafasan akut disebabkan oleh virus dan
mikroplasma. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis
bakteri, virus,dan jamur. Bakteri penyebab ISPA
misalnya: Streptokokus Hemolitikus, Stafilokokus,
Pneumokokus, Hemofilus Influenza, Bordetella Pertusis,
dan Korinebakterium Diffteria (Achmadi dkk., 2004).

Patofisiologi/WOC

Manifestasi Klinis
A. Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika
ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1) Batuk.
2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu
mengeluarkan suara (misal pada waktu berbicara atau
menangis).
3) Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari
hidung.
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau
jika dahi anak diraba.

Manifestasi Klinis
B. Gejala dari ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika
dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih
gejala-gejala sebagai berikut:
Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang
berumur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali
per menit pada anak yang berumur satu tahun atau
lebih. Cara menghitung pernafasan ialah dengan
menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit.
Cara Penularan ISPA
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara
yang telah tercemar, bibit penyakit masuk ke dalam
tubuh melalui pernapasan, oleh karena itu maka
penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease.
Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara
penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita
maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar
penularan melalui udara dapat pula menular melalui
kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang
sebagian besar penularannya adalah karena menghisap
udara yang mengandung unsur penyebab atau
mikroorganisme penyebab.
Faktor Yang Mempengaruhi
Penyakit ISPA
Agent
Manusia
Umur
Jenis Kelamin
Status Gizi
Berat Badan Lahir
Status ASI Eksklusif
Status Imunisasi
Lingkungan
Kelembaban Ruangan
Suhu Ruangan
Ventilasi
Kepadatan Hunian Rumah
Penggunaan Anti Nyamuk
Bahan Bakar Untuk
Memasak
Keberadaan Perokok
Status Ekonomi dan
Pendidikan

Pemeriksaan
Diagnostik
Sebelum dilakukan penatalaksanaan ISPA
terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan test
diagnostik sebagai berikut:
Pemeriksaan darah lengkap yaitu Hb,
Leukosit, Hematokrit, dan trombosit.
Ro foto: thorax
Penatalaksanaan
1. Untuk penatalaksanaan ISPA yang tergolong ringan atau
non pneumonia adalah jika anak penderita ISPA ringan
maka perawat cukup dilakukan dirumah tidak perlu
dibawa ke dokter atau puskesmas. Di rumah dapat
diberkan obat penurun panas yang dijual di toko atau
apotek, akan tetapi jika dalam dua hari gejala belum
hilang anak harus segera di bawa ke dokter atau
puskesmas terdekat.

Penatalaksanaan
2. Untuk pelaksanaan ISPA yang tergolong sedang atau
pneumonia maka harus segera diperiksakan ke
pelayanan kesehatan dan mendapat terapi obat.
Antibiotika atau Anti mikroba untuk membunuh virus dan
bakteri yang ada dan mendapatkan terapi oksigen 2
sampai 4 liter per hari. Pemberian antibiotik dapat
mempercepat penyembuhan penyakit ini dibandingkan
hanya pemberian obat-obatan symtomatik. Namun, pada
penyakit ISPA yang sudah berlanjut dengan gejaala
dahak dan ingus yang sudah menjadi hijau, pemberian
antibiotik merupakan keharusan karena dengan gejala
tersebut membuktikan sudah ada bakteri yang terlibat.
Penatalaksanaan
3. Untuk penatalaksanaan ISPA yang tergolong berat atau
pneumonia berat harus segera dirawat di rumah sakit
karena perlu mendapatkan perawatan khusus seperti
oksigen dan infus. Pada pasien anak ia harus tinggal di
lingkungan yang selalu hangat, nafsu makan yang
memburuk mungkin dapat diatasi dengan makanan
kesukaannya, selain itu harus memperbaiki gizi yang
baik seperti makanan yang mengandung kalori (nasi,
jagung, sagu) dan makanan yang mengandung protein
(telur, tempe, tahu).
Komplikasi
Apabila infeksi menjalar ke saluran
pernapasan bawah atau bronkus dapat
menimbulkan bronchitis, penyebaran lebih
lanjut ke jaringan paru dapat
menyebabkan pneumonia, infeksi dapat
juga menyebar ke telinga bagian tengah
yang menyebabkan otitis media dan
sinusitis.

Prognosis
Pada dasarnya, prognosis ISPA adalah baik apabila
tidak terjadi komplikasi yang berat. Hal ini juga didukung
oleh sifat penyakit ini sendiri, yaitu self limiting disease
sehingga tidak memerlukan tindakan pengobatan yang
rumit.
Penyakit yang tanpa komplikasi berlangsung 1-7 hari.
Kematian terbanyak oleh karena infeksi bakteri
sekunder. Bila panas menetap lebih dari 4 hari dan
leukosit > 10.000/ul, biasanya didapatkan infeksi bakteri
sekunder.

ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Identitas Pasien
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Riwayat penyakit
sekarang
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit
keluarga
Riwayat sosial

Pemeriksaan
Persistem
B1 (Breath)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
B2 (Blood)
B3 (Brain)
B4 (Bladder)
B5 (Bowel)
B6 (Bone)

PENGKAJIAN
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang
didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan
jenis kuman.
Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju
endap darah meningkat disertai dengan adanya
leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia.
Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan akumulasi sekret.
Nyeri telan berhubungan dengan inflamasi pada
membrane mukosa faring dan tonsil.
Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan
hilangnya nafsu makan akibat nyeri.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
adanya organisme infektif.

No Symptom Etiologi Problem
1 DS:
Klien mengeluh sesak nafas dan batuk
berdahak
DO:
Auskultasi paru terdengar suara ronki
Frekuensi napas klien meningkat (RR > 20
x/menit)
Klien terlihat susah untuk bernafas / sesak
nafas
Sekret yang di keluarkan klien kental
Posisi tidur klien semi fowler
Produksi sekret yang
berlebihan oleh sel goblet

Sekret mengental

Imobilisasi sekret pada jalan
nafas

Akumulasi sekret pada jalan
nafas

Penyumbatan jalan nafas
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan
akumulasi sekret
2 DS:
Klien Mengeluh sulit untuk menelan dan
nyeri saat menelan pada tenggorokannya
DO:
Klien terlihat merasa sakit dan meringis saat
menelan makanan dan minuman
Klien susah untuk makan

Inflamasi faring dan tonsil

membran mukosa Faring
dan tonsil memerah dan
membengkak

nyeri apabila terkena
sentuhan

nyeri saat menelan makanan
dan minuman

nyeri akut

Nyeri telan berhubungan
denganinflamasi pada
membran mukosa faring dan
tonsil.
No Symptom Etiologi Problem
3 DS:
Klien mengeluh sulit untuk menelan dan
sakit di tenggorokan kalau menelan
Klien mengatakan tidak mau makan
DO:
Klien terlihat lemas dan lemah
Berat badan klien turun 3 kg sejak dirawat di
rumah sakit
Klien terlihat tidak nafsu makan
Klien selalu menolak makanan yang diberikan
orang tuanya
Lemak pada subcutan tipis
Klien hanya menghabiskan tidak lebih dari
setengah porsi diet bubur kasar dari rumah
sakit
Membran mukosa Faring dan
tonsil memerah dan
membengkak

nyeri apabila terkena sentuhan

nyeri saat menelan makanan dan
minuman

nafsu makan menurun

Nutrisi tidak terpenuhi

Ketidakseimbangan nutrisi
berhubungan dengan
hilangnya nafsu makan
akibat nyeri
4
DS:
Klien mengatakan badannya panas,
pusing,lemas, dan sering batuk
DO:
Suhu badan klien 37C pada termometer
Sputum berwarna putih kekuningan dan
kental
Saat batuk, klien tidak menutup mulutnya
Adanya organisme infektif

inflamasi dan infeksi pada tubuh
pasien

Hipertermia akibat infeksi dan
inflamasi
Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan adanya
organisme infektif
INTERVENSI
KEPERAWATAN
No
1
Diagnosa Keperawatan Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
tidak efektif berhubungan dengan
akumulasi sekret.
Tujuan Bersihan jalan nafas efektif.
Kriteria Hasil Jalan nafas paten dengan bunyi nafas
bersih, tidak ada dyspnea, dan sianosis.
No
1
2
3
4









Mandiri
Intervensi Rasional
Kaji frekuensi atau kedalaman
pernafasan dan gerakan dada

Melihat ketidaksimetrisan gerakan dada yang
sering terjadi adanya cairan paru.

Auskultasi area paru,mengalami
penurunan atau tidak ada aliran udara
dan bunyi nafas adventisius mis.
crackles dan mengi.
Melihat penurunan aliran udara terjadi pada area
konsolidasi dengan cairan. Mendengar crackles, ronchi
dan mengi saat inspirasi dan atau ekspirasi pada respon
terhadap pengumpulan cairan, secret kental dan spasme
jalan napas.
Bantu pasien latian nafas dalam.
Tunjukan atau bantu pasien mempelajari
melakukan batuk, misalnya menekan
dada dan batuk efektif sementara posisi
duduk tinggi.

Nafas dalam memudakan ekspansi maksimum
paru-paru atau jalan nafas lebih kecil. Batuk
membantu pembersiaan jalan nafas alami,
membuat silia untuk mempertahankan jalan nafas
paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan
dada dan posisi
duduk memungkinan upaya nafas lebih dalam
dan lebih kuat.

Berikan cairan disesuaikan dengan
berat badan klien. Tawarkan air hangat,
nebulaizer dan batuk efektif.

Memudahkan pengenceran dan pembuangan
secret.











Kolaborasi
Intervensi Rasional No
1 Bantu mengawasi efek
pengobatan nebulizer
dan fisioterapi lain, mis.
Spirometer insentif,
IPPB, tiupan botol,
perkusi, postural
drainage. Lakukan
tindakan diantara waktu
makan dan batasi cairan
bila mungkin.
Berikan obat sesuai
indikasi mukolitik,
ekspektoran,
bronchodilator,
analgesic
Alat yang membantu untuk
menurunkan spasme bronkus
dengan mobilisasi sekret.
Analgesik diberikan untuk
memperbaiki batuk dengan
menurunkan ketidaknyamanan
tetapi harus digunakan secara
hati-hati, karena dapat
menurunkan upaya batuk atau
menekan pernafasan. (NIC
dalam Judith M. Wilkinson dan
Nancy R. Ahern, 2011)
No
2
Diagnosa Keperawatan Nyeri telan berhubungan dengan
inflamasi pada membran mukosa
faring dan tonsil.
Tujuan Memperlihatkan pengendalian nyeri,
yang dibuktikan oleh indikator.
Kriteria Hasil Nyeri berkurang skala 1-2 (NOC dalam
Judith M. Wilkinson dan Nancy R.
Ahern, 2011)










Observasi
Intervensi Rasional No
1 Teliti keluhan nyeri, catat
intensitasnya (dengan
skala 0-10), faktor yang
memperburuk atau
meredakan nyeri, lokasi,
lama, dan
karakteristiknya.
Identifikasi karakteristik nyeri
dan faktor yang berhubungan
merupakan suatu hal yang
amat penting untuk memilih
intervensi yang cocok dan
untuk mengevaluasi
keefektifan dari terapi yang
diberikan.









Mandiri
Intervensi Rasional No
1
2
Anjurkan klien untuk
menghindari alergen
atau iritan terhadap
debu, bahan kimia, asap
rokok, dan
mengistirahatkan atau
meminimalkan bicara
bila suara serak.

Mengurangi adanya
mikroorganisme yang masuk
ke dalam tubuh.
Anjurkan untuk melakukan
kumur air hangat.


Meningkatkan sirkulasi pada
daerah tenggorokan serta
mengurangi nyeri tenggorokan.










Kolaborasi
Intervensi Rasional No
1 Berikan obat sesuai
indikasi mis.
kortikosteroid dan
analgesik.
Untuk mencegah reaksi alergi
atau menghambat pengeluaran
histamin dalam inflamasi
pernafasan. Dan analgesik
untuk mengurangi nyeri
No
3
Diagnosa Keperawatan Ketidakseimbangan nutrisi
berhubungan dengan hilangnya
nafsu makan akibat nyeri.
Tujuan Nutrisi kembali seimbang.
Kriteria Hasil A. Antropometri: berat badan, tinggi
badan, lingkar lengan.
Berat badan tidak turun (stabil).
B. Biokimia:
- Hb normal ukuran pada anak laki-laki
13,5-18 g/dl dan perempuan 12-16 g/dl
- Albumin normal anak 3,5-5,0 g/dl.
C. Clinis:
- Tidak tampak kurus
- Rambut tebal dan hitam
-Terdapat lipatan lemak subkutan
D. Diet:
-Makan habis satu porsi
-Pola makan 3 kali/hari (NOC dalam
Judith M. Wilkinson dan Nancy R.
Ahern, 2011)










Mandiri
Intervensi Rasional No
1
2
3
4
Kaji kebiasaan diet,
input-output dan timbang
BB setiap hari.

Menentukan untuk
pemenuhan kebutuhan kalori,
menyusun tujuan BB dan
evaluasi keadekuatan rencana
nutrisi.

Berikan porsi makan kecil
tapi sering dalam keadaan
hangat.

Merangsang nafsu makan
dengan dirangsang pada situasi
rileks, bersih, dan
menyenangkan.

Tingkatkan tirah baring.

Untuk mengurangi kebutuhan
metabolik

Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk memberikan diet
sesuai kebutuhan klien.

Menggunakanmetode makan
dan kebutuhan kalori di
dasarkan pada situasi atau
kebutuhan individu untuk
memberikan nutrisi maksimal.











Mandiri
Intervensi Rasional No
5
6
7
Berikan heath education
pada ibu tentang Nutrisi
: makanan yang bergizi
yaitu 4 sehat 5
sempurna, hindarkan
anak dari snack dan es,
beri minum air putih
yang banyak.

Ibu dapat memberikan
perawatan maksimal kepada
anaknya. Makanan bergizi dan
air putih yang banyak dapat
membantu mengencerkan
lendir dan dahak.

Menjauhkan dari bayi lain. Meminimalkan terjadinya
penularan penyakit.

Menjauhkan bayi dari
keluarga yang sakit.
Menghindari terjadinya
pemaparan ulang yang
menyebabkan bayi tidak segera
sembuh.
No
4
Diagnosa Keperawatan Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan adanya organisme infektif
Tujuan Meminimalisir penularan infeksi lewat
udara.
Kriteria Hasil Anggota keluarga tidak ada yang tertular
ISPA.










Mandiri
Intervensi Rasional
1
2
Batasi pengunjung
sesuai indikasi.

Menurunkan potensi terpajan
pada penyakit infeksius.
Jaga keseimbangan
antara istirahat dan
aktifitas.

Menurunkan konsumsi atau
kebutuhan keseimbangan
oksigen dan memperbaiki
pertahanan klien terhadap
infeksi, meningkatkan
penyembuhan.











Mandiri
Intervensi Rasional
3
4
Tutup mulut dan hidung
jika hendak bersin.

Mencegah penyebaran
patogen melalui cairan.
Tingkatkan daya tahan
tubuh, terutama anak
dibawah usis 2 tahun,
lansia, dan penderita
penyakit kronis. Konsumsi
vitamin C, A dan mineral
seng atau antioksidan jika
kondisi tubuh menurun
atau asupan makanan
berkurang.
Malnutrisi dapat mempengaruhi
kesehatan umum dan
menurunkan tahanan terhada
infeksi.











Kolaborasi
Intervensi Rasional No
1 Pemberian obat sesuai
hasil kultur.
Dapat diberikan untuk
organisme usus yang
teridentifikasi dengan kultur
dan sensitifitas atau diberikan
secara profilaktik.
Kesimpulan
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi
saluran pernafasan akut yang menyerang tenggorokan,
hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14
hari dan penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai
pada anak-anak dengan gejala batuk, pilek, panas atau
ketiga gejala tersebut muncul secara bersamaan.
Penyebab ISPA yaitu virus, bakteri, alergen spesifik,
perubahan cuaca dan lingkungan, aktifitas, dan asupan
gizi yang kurang. Komplikasi ISPA adalah asma, demam
kejang, tuli, syok. Pencegahan ISPA dapat dilakukan
dengan penbaikan gizi dan peningkatan gizi pada balita
penyusunan atau pengaturan menu, cara pengolahan
makanan, variasi menu, perbaikan dan.sanitasi
lingkungan, pemeliharaan kesehatan perorangan.


Saran
Untuk mengurangi angka kejadian ISPA pada balita, dalam hal
menyarankan agar semua pihak baik keluarga maupun instansi
kesehatan lebih memperhatikan pola hidup sehat dan tidak
membuang batuk sembarangan dan mengolah makanan sebaik
mungkin. Sedangkan untuk perawat diharapkan mampu untuk
melakukan asuhan keperawatan terhadap penderita ISPA pada
anak. Perawat juga harus mampu berperan sebagai edukator.
Menurut DEPKES RI (2006) berdasarkan golongan dan jenis tanda
dan gejala dari ISPA sebagai berikut:
1. Untuk penatalaksanaan ISPA yang tergolong ringan atau non
pneumonia adalah jika anak penderita ISPA ringan maka perawat
cukup dilakukan dirumah tidak perlu dibawa ke dokter atau
puskesmas. Di rumah dapat diberkan obat penurun panas yang
dijual di toko atau apotek, akan tetapi jika dalam dua hari gejala
belum hilang anak harus segera di bawa ke dokter atau puskesmas
terdekat.

Cont . . .
2. Untuk pelaksanaan ISPA yang tergolong sedang atau pneumonia
maka harus segera diperiksakan ke pelayanan kesehatan dan
mendapat terapi obat. Antibiotika atau Anti mikroba untuk
membunuh virus dan bakteri yang ada dan mendapatkan terapi
oksigen 2 sampai 4 liter per hari. Pemberian antibiotik dapat
mempercepat penyembuhan penyakit ini dibandingkan hanya
pemberian obat-obatan symtomatik. Namun, pada penyakit ISPA
yang sudah berlanjut dengan gejaala dahak dan ingus yang sudah
menjadi hijau, pemberian antibiotik merupakan keharusan karena
dengan gejala tersebut membuktikan sudah ada bakteri yang
terlibat.
3. Untuk penatalaksanaan ISPA yang tergolong berat atau
pneumonia berat harus segera dirawat di rumah sakit karena perlu
mendapatkan perawatan khusus seperti oksigen dan infus. Pada
pasien anak ia harus tinggal di lingkungan yang selalu hangat, nafsu
makan yang memburuk mungkin dapat diatasi dengan makanan
kesukaannya, selain itu harus memperbaiki gizi yang baik seperti
makanan yang mengandung kalori (nasi, jagung, sagu) dan
makanan yang mengandung protein (telur, tempe, tahu).

Daftar pustaka
Doenges, Marlyn E . 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3. Jakarta: EGC
Habeahan, E.M., 2009. Hubungan Peran Orang Tua dalam Pencegahan Infeksi Saluran
pernapasan Akut (ISPA) dengan Kekambuhan Ifeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Martubung. Universitas Sumatera Utara
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia: pada Anak Balita,
Orang Dewasa, Usia Lanjut. Ed.1. Jakarta: Pustaka Obor Populer
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Medika: Jakarta
WHO. 2009. Indikator Perbaikan Kesehatan Lingkungan Anak. Alih bahasa: Apriningsih. Editor
edisi bahasa Indonesia: Erita Agustin Harditanti. Jakarta : EGC
Rasmaliah. 2004. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Penanggulangannya. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Widoyono.2005.Penyakit Tropis Epidemiologi Penularan dan Pemberantasannya.Erlanggga:
Jakarta.
Wilkinson, J.M., & Ahern N.R. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosa NANDA
Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC. Ed 9. Jakarta: EGC.
Wong, Donna L. 2004. Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai