Anda di halaman 1dari 15

FILSAFAT PENDIDIKAN

Disusun oleh:

MEGAWATI
PARAMITA ISABELLA
SIGIT SUDARTO
FILSAFAT POSITIVISME
PENDAHULUAN
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang
menyatakan bahwa ilmu alam merupakan satu-
satunya sumber pengetahuan yang benar dan
menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik,
tidak mengenal adanya spekulasi, dimana semua
didasarkan pada data empiris.
Istilah positivisme ini digunakan pertama kali oleh
Saint Simon (1760-1825), kemudian diadopsi dan
dikembangkan lebih lanjut oleh Auguste Comte
(1789-1857).
Untuk memahami bagaimana positivisme
berpengaruh pada perilaku manusia dalam
menghadapi perkembangan zaman, maka akan
dibahas mengenai positivisme sebagai aliran filsafat,
tahapan-tahapan perkembangan masyarakat menuju
tahap positif, dan bagaimana filsafat positivisme ini
berpengaruh pada dunia pendidikan.
Positivisme berasal dari kata positive. Dalam
bahasa filsafat, positif bermakna sebagai
suatu peristiwa yang benar-benar terjadi, yang
dapat dialami sebagai suatu realita.
Secara kebahasaan "positif" diturunkan dari
bahasa Latin: ponere-posui-positus yang
berarti meletakkan.
PENGERTIAN POSITIVISME
Jadi, Positivisme secara terminologis berarti merupakan
suatu paham yang dalam pencapaian kebenaran-nya
bersumber dan berpangkal pada kejadian yang benar-
benar terjadi dimana kebenaran tersebut bergantung
secara objektif pada hukum yang telah diletakkan.

Paham ini memandang bahwa paradigma positivisme
adalah satu-satunya paradigma yang diterapkan untuk
menyatakan kesahihan ilmu pengetahuan. Maka dari itu
segala sesuatu yang dinyatakan oleh para ilmuwan,
dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan jika
mengikuti paradigma tersebut. Suatu pernyataan dapat
dikatakan ilmu pengetahuan apabila kebenarannya
dapat dibuktikan secara empiris.
POSITIVISME SEBAGAI ALIRAN FILSAFAT
Tujuan utama yang ingin dicapai oleh positivisme
adalah membebaskan ilmu dari kekangan filsafat
(metafisika).
Menurut positivisme, tugas filsafat bukanlah
menafsirkan segala sesuatu yang ada di alam.
Tugas filsafat adalah memberi penjelasan logis
terhadap pemikiran. Oleh karena itu filsafat
bukanlah teori. Filsafat adalah aktifitas. Filsafat
tidak menghasil proposisi-proposisi filosofis, tapi
yang dihasilkan oleh filsafat adalah penjelasan
terhadap proposisi-proposisi.

Menurut Auguste Comte, perkembangan masyarakat yang
bersifat evolusioner melalui 3 tahapan, yaitu:
1. tahap teologis,
2. tahap metafisis, dan
3. tahap ilmiah/positif.

Dalam perspektif positivisme struktur sosial sangat
mencerminkan epistemologi yang dominan, dan kaum positivis
percaya bahwa begitu intelektual dan pengetahuan kita tumbuh
maka masyarakat secara otomatis akan ikut bertumbuh pula.
TAHAPAN-TAHAPAN PADA POSITIVISME
Kemajuan manusia menurut paham positivisme
disebabkan oleh kepercayaan manusia terhadap
akal budi dengan kemampuan berpikirnya
secara real dan faktual serta meninggalkan
dogma-dogma teologi agama yang bersifat
abstrak bahkan fiktif yang kebenarannya tidak
dapat diuji oleh bukti-bukti empiris.
(1) Kajian Ontologis
Untuk mengkaji positivisme dari aspek ontologis maka harus
diprioritaskan pada obyek dan ruang lingkup positivisme itu
sendiri, dan menghasilkan asumsi-asumsi sebagai berikut:
(a) Segala sesuatu adalah nyata
(b) Benda yang ada disekitar manusia adalah objek
(c) Segala sesuatu memiliki pola yang bersifat universal

KAJIAN FILSAFAT POSITIVISME
(2) Kajian Epistemologis
(a) Dalam pendekatan positivisme, individu adalah
seseorang yang bebas nilai.
(b) Ilmu pengetahuan adalah cara terbaik yang dimiliki
manusia untuk memperoleh pengatahuan.
(c) Dalam penelitian kuantitatif obyek yang akan diteliti
harus bisa dikatakan dengan jumlah dan angka, serta
berbentuk nyata dan hasilnya bersifat universal.
(d) Pola pendekatan kuantitatif bersifat baku, linier, dan
bertahap.
(e) Proses penelitian kuantitatif bersifat deduktif.

(3) Kajian Aksiologis
Dalam kajian aksiologis terhadap positivisme, pendekatan
positivisme selalu mencari penjelasan mengapa sebuah
fenomena atau gejala terjadi didalam pola-pola yang sudah
ada. Apabila pola dari kejadian yang sudah ada itu bisa
dijelaskan, maka pola tersebut semakin meyakinkan dan
tak terbantahkan. Sebaliknya bila pola yang sudah ada tidak
dapat digunakan untuk menjelaskan gejala yang sudah ada,
maka dicari pola baru yang lebih universal, sehingga bisa
dipakai untuk menjelaskan gejala tersebut.

Cabang ilmu yang pada awalnya murni logika,
misalnya ekonomi dan ilmu sosial, telah ikut
mengadopsi visi positivisme, dimana tidak akan
pernah dapat dibuktikan kebenaran suatu
fenomena apabila tidak melalui prosedur
eksperimen yang empiris.
Positivisme sebagai suatu paradigma ilmu
sosial yang dominan menjadi dasar bagi model
pendidikan Liberal.
KAJIAN FILSAFAT POSITIVISME
Memecahkan berbagai masalah yang ada dalam pendidikan
dengan usaha reformasi kosmetik
Pengaruh liberal ini kelihatan dalam pendidikan yang
mengutamakan prestasi melalui proses persaingan antar
murid. Perengkingan untuk menentukan murid terbaik,
adalah implikasi dari paham pendidikan ini.
Pengaruh pendidikan liberal juga dapat dilihat dalam
berbagai pendekatan andragogy seperti dalam training
management, kewiraswastaan, dan manajemen lainnya.
Penyelenggaraan pendidikan dalam perspektif positivistik
merupakan proses mekanisasi pendidikan untuk
memproduksi keluaran pendidikan yang harus sesuai
dengan pasar kerja

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai