Morbili/Campak ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu : stadium kataral, stadium erupsi dan stadium konvelensi. (Rusepno, 2002:624)
September 27, 2014 2 ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili paramyxovirus yaitu genus virus morbili. September 27, 2014 3 MANIFESTASI KLINIK
Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivis). Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak seperti bersisik. (Supartini,2002:179).
Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi melalui droplet melalui udara, terjadi antara 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Di tempat awal infeksi, penggadaan virus sangat minimal dan jarang dapat ditemukan virusnya. Virus masuk kedalam limfatik lokal, bebas maupun berhubungan dengan sel mononuklear mencapai kelenjar getah bening lokal. Di tempat ini virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dari tempat ini mulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limpa.
September 27, 2014 5 Pemeriksaan Penunjang
1. Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan leukopeni
2. Dalam spuntum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant cells yang khas
3. Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutination inhibition test dan complemen fixation test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu kemudian. (Rampengan, 1997 : 94)
4. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test dan complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1 3 hari setelah timbulnya ras dan mencapai puncaknya pada 2 4 minggu kemudian September 27, 2014 6 Komplikasi
1. Pneumonia Perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder. Bakteri yang menimbulkan pneumoni pada mobili adalah streptokok, pneumokok, stafilokok, hemofilus influensae dan kadang-kadang dapat disebabkan oleh pseudomonas dan klebsiela.
2. Gastroenteritis Komplikasi yang cukup banyak ditemukan dengan insiden berkisar 19,1 30,4%
3. Ensefalitis Akibat invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi virus yang laten, atau ensefalomielitis tipe alergi.
4. Otitis media
5. Mastoiditis September 27, 2014 7 ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata Terdiri dari biodata pasien dan biodata penanggung jawab.
2. Proses keperawatan a. Keluhan utama Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam terus-menerus berlangsung 2 4 hari. (Pusponegoro, 2004 : 96) b. Riwayat keperawatan sekarang Anamnesa adanya demam terus-menerus berlangsung 2 4 hari, batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah, silau bila kena cahaya (fotofobia), diare, ruam kulit. (Pusponegoro, 2004 : 96)
September 27, 2014 8 c. Riwayat keperawatan dahulu Anamnesa pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di Rumah Sakit atau pernah mengalami operasi (Potter, 2005 : 185).
d. Riwayat Keluarga Dapatkan data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan darah, apakah klien beresiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial. (Potter, 2005 : 185) 3. Pemeriksaan Fisik a. Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia b. Kepala : sakit kepala c. Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung ( pada stad eripsi ).
6. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan proses penyakit morbili.
7. Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial dan peningkatan produksi sputum.
September 27, 2014 10 INTERVENSI 1
1) Monitor perubahan suhu tubuh, denyutan nadi. 2) Memberikan kompres dingin / hangat. 3) Berikan pakaian tipis dalam memudahkan proses penguapan 4) Libatkan keluarga dalam perawatan serta ajari cara menurunkan suhu dan mengevaluasi perubahan suhu tubuh. 5) Kolaborasi medis untuk pemberian terapi antipiretik.
September 27, 2014 11 INTERVENSI 2
1) Berikan sari buah yang banyak mengandung air. 2) Berikan susu atau makanan dalam keadaan hangat. 3) Berikan nutrisi bentuk lunak untuk membantu nafsu makan. 4) Berikan diet TKTP atau nutrisi yang adekuat. 5) Monitor perubahan berat badan, adanya bising usus, dan status gizi.
September 27, 2014 12 Intervensi 3 :
1) Observasi penyebab kekurangan cairan : muntah, diare, kesulitan menelan, kekurangan darah aktif, diuretic, depresi, kelelahan 2) Observasi TNSR. 3) Observasi tanda tanda dehidrasi. 4) Observasi keadaan turgor kulit, kelembaban, membran mukosa. 5) Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan bila kekurangan cairan terjadi secara mendadak, ukur produksi urine setiap jam, berat jenis dan observasi warna urine. 6) Catat dan ukur jumlah dan jenis cairan masuk dan keluar perparetal. Perhatikan : cairan yang masuk, kecepatan tetesan untuk mencegah edema paru, dispneu, bila pasien terpasang infus. 7) Timbang BB setiap hari.
September 27, 2014 13 Intervensi 4:
1) Pantau adanya pucat dan sianosis. Pantau efek obat pada status respirasi. Tentukan lokasi dan luasnya krepitasi di tulang dada. 2) Kaji kebutuhan insersi jalan napas. 3) Observasi dan dokumentasikan ekspansi dada bilateral pada pasien dengan ventilator. 4) Pemantauan Pernapasan : Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan suaha respirasi; perhatikan pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot-otot bantu, serta retraksi otot suprakla vikular dan interkostal; pantau respirasi yang berbunyi, seperti mendengar.
September 27, 2014 14 Intervensi 5: 1) Jaga agar kuku tetap pendek dan bersih. 2) Pakailah sarung tangan atau restrein siku. 3) Berikan pakaian tipis, longgar, dan tidak mengiritasi. 4) Tutup area yang sakit (lengan panjang, celana panjang, pakaian satu lapis). 5) Berikan sedkit lotion yang melembutkan pada luka terbuka. 6) Hindari pemajanan panas atau sinar matahari
September 27, 2014 15 Intervensi 6: 1) Observasi keadaan kulit selama masa perawatan. 2) Kaji pola nutrisi dan cairan anak. 3) Beri pakaian yang tipis dan menyerap keringat. 4) Ganti pakaian dan alat tenun bila basah. 5) Jaga kulit agar tetap bersih dan kering. 6) Beri terapi sesuai program medik.
September 27, 2014 16 Intervensi 7: 1) Observasi pola napas anak, suara napas dan usaha anak untuk bernapas. Catat dan laporkan gejala takipnea, napas cuping hidung. 3) Observasi warna kulit dan selaput lendir. 4) Observasi sputum : warna, bau, sifat. 5) Ajarkan napas mulut, teknik relaksasi dan latihan napas. 6) Isap lendir bila perlu. 7) Beri posisi semi fowler.
September 27, 2014 17 Evaluasi 1. Suhu tubuh 36,6 37,4 0 C. 2. Bibir lembab. 3. Nadi normal. 4. Kulit tidak terasa panas. 5. Tidak ada gangguan neurologis ( kejang ) 6. BB meningkat 7. Mual berkurang / hilang 8. Tidak ada muntah 9. Pasien menghabiskan makan 1 porsi 10. Nafsu makan meningkat 11. Pasien menyebutkan manfaat nutrisi 12. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi. 13. Turgor baik