Arti judul kuliah PRODUKSI : Membuat produk dengan metode tertentu METABOLIT SEKUNDER: Produk sekunder yang dibiosintesis oleh tumbuhan tertentu KULTUR JARINGAN TANAMAN: Teknologi penumbuhan sel, kumpulan sel, jaringan, atau organ pada/dalam media tertentu secara aseptis. LINGKUP KJT PROPAGASI KULTUR JARINGAN TANAMAN PRODUKSI BIOKEMIKAL DE NOVO SINTESIS PERBAIKAN GENETIK HIBRIDISASI SOMATIK BIOKONVERSI KRIOPRESERVASI TANAMAN BEBAS PATOGEN SINTESIS DARI PRAZAT Menurut Dodds dan Roberts (1982) salah satu syarat keberhasilan pada kultur jaringan: Pemilihan media, baik komposisi maupun jumlahnya. Apabila media yang dipakai sesuai, jaringan yang ditanam akan berkembang dan membentuk kalus.
Kalus adalah massa sel yang tidak terdiferensiasi, terdiri dari sel-sel parenkim yang muncul dari sel-sel jaringan induk yang sedang membelah, dan biasanya terjadi di tempat irisan untuk menutup luka dalam media Penggunaan teknik KJT kemungkinan dapat diperoleh: Metabolit sekunder yang identik atau berbeda dengan metabolit sekunder tanaman asal kadang-kadang tidak mampu menghasilkan senyawa spesifik dari tanaman asalnya Kadar yang dihasilkan dapat sama, lebih besar ataupun lebih kecil dari kadar tanaman asalnya
Beberapa senyawa yang sudah berhasil diproduksi dengan KJT Sikonin Antrakinon Diosgenin Asam rosmarinat Reserpina Atropina Capsaisin Artemisinin Lithospermum erythrorrhizon
Morinda citrifolia Dioscorea deltoidea Coleus blumei Catharanthus roseus Coptis japonicum Capsicum frutescens Artemisia annua Alam dkk. (1995) tidak menemukan adanya kuasinoid bruseolid (ZAT PAHIT) dalam kultur suspensi sel Brucea javanica (L.) Merr., tetapi justru menemukan alkaloid indol tipe kantina 6-on, dimana senyawa ini tidak didapatkan dalam tanaman asal. Demikian halnya morfin, tidak diperoleh dalam kultur jaringan Papaver somniferum (Kamo dkk. dalam Staba, 1982), solasodin dalam kultur jaringan Solanum mammosum (Isnaeni dkk., 1986). SINTESIS DE NOVO PADA KJT Hormon tumbuh
N H COOH Indole-3-Acetic Acid (IAA) O COOH Cl Cl 2,4-Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) COOH -Naphtaleneacetic acid (NAA) N N N H N NH 2 Adenin Kinetin sintesis N N N H N HN O Dalam upaya produksi metabolit sekunder lebih disukai apabila digunakan kultur suspensi sel, yaitu mendispersikan sejumlah kalus yang meremah (friable) ke dalam media cair. Sel-sel dalam media cair tersebut, selanjutnya melakukan kontak dan berinteraksi dengan bahan kimia yang terdapat dalam media. Selain itu Kultur tunas (Shoot Culture) dan Kultur akar (Root culture) dpt digunakan untuk produksi ms tertentu ALUR KERJA PEMBUATAN KULTUR SUSPENSI SEL EKSPLAN KULTUR KALUS SUBKULTUR KALUS SUBKULTUR KALUS KULTUR SUSPENSI SEL SUBKULTUR SUSPENSI SEL PENGERINGAN PEMANENAN BIOMASSA ISOLASI ANALISIS KUALITATIF & KUANTITATIF Eksplan 1 minggu 2 minggu Sterilkan : Clorox/Bayclean (NaOCl 5,25%) Ethanol 70% HgCl2 Ruang Inkubasi Kultur Lampu TL 40 W (25 3)C PEMBUATAN KULTUR KALUS BUAH sterilisasi Bayclin 30 % Bilas H 2 Osteril 5' 15' 3' MS-A 2,4-D 1 mg/l Kin 0,1mg/l MS-B MS-D MS-E MS-F 2,4-D 1 mg/l Kin 1mg/l Kin 0,1mg/l Kin 0,5 mg/l Kin 1mg/l NAA 1 mg/l NAA 1 mg/l NAA 1 mg/l Pertambahan bobot tertinggi MS-C 2,4-D 2 mg/l inkubasi 8 minggu BIJI STERIL Tr-0 Tr-10 Tr-20 Tr-40 Tr-80 A1N2 A2N2 A3N1 A4 A1N3 N4 Praperlakuan subkultur tiap 10 hari 2,4-D 0,2 mg/l Media suspensi MS-C 2,4-D 2 mg/l KULTUR SUSPENSI SEL dicampur homogen 25 ml biomasa sel 25 ml biomasa sel inokulum Media cair perlakuan PEMBUATAN KULTUR SUSPENSI SEL INISIASI KULTUR SUSPENSI SEL Bahan awal adalah kalus yang meremah (friable). Media yang digunakan adalah media cair (tanpa agar). Wadah berupa labu erlenmeyer . Labu erlenmeyer yang digunakan hanya diisi media seperlima kapasitas. Zat pengatur tumbuh (mis, 2,4-D) ditambahkan sebanyak sepersepuluh kadar dalam media padat. Eksplan hingga suspensi sel KONDISI KULTUR SUSPENSI SEL Digojog berputar pada penggojog- berpusing (gyrotory shaker), disebut aerasi. Kecepatan berpusing 80-100 rpm, dengan simpangan 3 cm. Suhu ruang inkubasi (25 3)C. Pencahayaan dengan lampu TL-day light 40 w atau gelap. Subkultur dilakukan setiap sekitar 7 hari, setelah diketahui kurva pertumbuhannya. Pengukuran tinggi enapan dengan alat tertentu. ROTARY SHAKER ALAT PENGUKUR TINGGI ENAPAN SUSPENSI SEL (GAMBAR SKEMATIS) SUBKULTUR SUSPENSI SEL Suspensi sel dienapkan, bila tidak terjadi kontaminasi cairan di atas enapan jernih. Secara aseptis media lama dituang, kemudian diganti dengan media segar sebanyak 2 kali volum media yang dituang, dipindah dalam wadah dengan kapasitas 2xlipat. Wadah media ditutup kembali dan diinkubasikan pada penggojog-berpusing. Subkultur diulang sampai diperoleh biomassa yang dikehendaki. PEMBUATAN KURVA PERTUMBUHAN Diukur tinggi enapan pada saat inisiasi kultur suspensi sel Diukur tinggi enapan setelah setiap 3-5 hari. Disarankan agar kultur suspensi sel sudah dalam wadah dengan kapasitas 250-300 ml. Pengukuran endapan dengan alat, dihitung sampai mm saja. Buat poligon antara waktu versus tinggi enapan. GAMBAR KURVA PERTUMBUHAN Biomasa (g bbk) stationary phase
lag phase death phase
log phase
Waktu (hari) PENDEKATAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUK Optimisasi kondisi kultur Seleksi galur sel unggul Penambahan prekursor (prazat) Elisitasi Penerapan sel amobil Sekresi produk Mutagenesis Kultur organ dan kultur akar berambut
OPTIMISASI KONDISI KULTUR 1. MEDIUM a. manipulasi nutrien (makro dan/ mikro) b. manipulasi zat pengatur pertumbuhan c. manipulasi zat organik tambahan 2. SUHU, pH, CAHAYA, OKSIGEN 3.KULTUR DNG KERAPATAN SEL TINGGI 4. PENJERAPAN PRODUK (misalnya dengan XAD-7)
SELEKSI GALUR SEL YANG PRODUKTIVITAS TINGGI DENGAN PENERAPAN KLONING SEL DENGAN AGAR PLATING
SELEKSI DAPAT DILAKSANAKAN SECARA MANUAL ATAU INSTRUMENTAL a. Manual: melihat warna dan bentuk agregat atau koloni sel untuk penghasil m.s. bewarna. b. Dengan alat yang peka, misalnya dengan metode RIA dan ELISA. PENAMBAHANAN PRAZAT dan BIOTRANSFORMASI Berdasarkan biosintesis ms dapat diumpankan prazat untuk menjadi produk yang lebih cepat dengan kultur suspensi sel. Mengubah senyawa awal menjadi senyawa baru yang lebih bermanfaat dengan pertolongan suspensi sel. Mengubah senyawa tertentu menjadi senyawa lain untuk menggantikan reaksi dengan kultur suspensi sel.
PERLAKUAN DENGAN ELISITOR (ELISITASI) Elisitor adalah senyawa asing yang bila dikenakan pada sel tumbahan maka sel tersebut akan menghasilkan fitoaleksin. Senyawa tersebut dapat berasal dari dinding sel kapang. Pembuatan elisitor dapat dengan autoclaving kapang atau homogenat kapang. CONTOH ELISITASI DALAM KULTUR SUSPENSI SEL Peningkatan produksi diosgenin dengan ekstrak khamir (yeast extract) dalam kss Dioscorea deltoidea. Peningkatan produksi alkaloid dengan homogenat kapang Botyris sp. dalam kss Papaver somniferum. Peningkatan kadar asam rosmarinat dengan ekstrak khamir dalam kss Lithospermum erythrorhizon. PENJERAPAN SEL AMOBIL Bahan awal adalah kultur suspensi sel yang seragam. Sel-sel dibuat amobil dengan teknik penjerapan. Dalam bentuk matriks, sel-sel akan mengalami hambatan untuk reorganisasi dan diferensiasi. Dalam keadaan dijerap sel mengalami hambatan dalam transfer massa. Amobilisasi sel dapat digunakan sebagai alternatif dalam mengatasi problem dalam produksi ms dalam sekala besar dengan tenik kss. SEKRESI PRODUK Kebanyakan ms dihasilkan dalam kss diakumulasi intraselular. Hal ini menghambat produksi ms selanjutnya. Perlu dicari upaya untuk mengsekresi produk ke medium. Caranya: Menambahkan DMSO atau Triton X-100 Elektroporasi Ultrasonifikasi Mengungkapkan mekanisme akumulasi produk dalam sel.
MUTAGENESIS Seleksi mutan dilakukan dengan pengumpanan dengan senyawa yang bukan metabolit (antimetabolit). Sel yang tahan (tetap hidup) terhadap antimetabolit dipilih dan dianggap sebagai mutan. Mutan digunakan sebagai sel awal yang diharapkan dapat memproduksi ms tinggi. KULTUR ORGAN DAN KULTUR AKAR BERAMBUT (HAIRY ROOT CULTURES) KULTUR ORGAN: AKAR DAN TUNAS (SHOOT) KULTUR AKAR BERAMBUT: - dengan menggunakan Agrobacterium rhizogenes - diharapkan akan memproduksi ms tinggi - ingat tentang Dinamika Sel Totipoten