GAS DARAH ARTERI
LABORATORY TEST
CHEST X-RAY
Spirometry: Normal and COPD
0
5
1
4
2
3
L
i
t
e
r
1
6 5 4
3 2
FVC
FVC
FEV
1
FEV
1
Normal
COPD
3.900
5.200
2.350
4.150 80 %
60 %
Normal
COPD
FVC FEV
1
FVC FEV
1
/
Seconds
Normally, the left side of the
heart produces a higher level of
blood pressure in order to pump
blood to the body; the right side
pumps blood through the lungs
under much lower pressure. Any
condition that leads to prolonged
high blood pressure in the arteries
or veins of the lungs (called
pulmonary hypertension) will be
poorly tolerated by the right
ventricle of the heart. When this
right ventricle fails or is unable to
properly pump against these
abnormally high pressures, this is
called cor pulmonale.
Prognosis ?
Indikator: umur dan keparahan
Jika ada hipoksia dan cor pulmonale
prognosis jelek
Dyspnea, obstruksi berat saluran nafas, FEV1 <
0.75 L (20%) angka kematian meningkat,
50% pasien berisiko meninggal dalam waktu 5
tahun
Tujuan Terapi
Memperbaiki keadaan obstruksi saluran nafas
Mencegah dan mengatasi eksaserbasi akut
Menurunkan progresivitas penyakit
Meningkatkan keadaan fisik dan psikis
Menurunkan jumlah hari tidak masuk kerja
Menurunkan lama tinggal di RS
Menurunkan angka kematian
NON FARMAKOLOGI
Menghentikan kebiasaan merokok
Rehabilitasi paru-paru secara komprehensif
dengan OR dan latihan pernafasan
Perbaikan nutrisi
Tidak ada obat yang dapat menunda
memburuknya fungsi paru jika pasien tetap
merokok
Kortikosteroid benefit is very limited, laporan tentang
efektivitasnya masih bervariasi, kecuali jika pasien juga
memiliki riwayat asma
Oksigen untuk pasien hipoksemia, cor pulmonale.
Digunakan jika baseline PaO2 turun sampai < 55 mmHg
Antibiotik digunakan bila ada tanda infeksi, bukan
untuk maintenance therapy
Vaksinasi direkomendasikan untuk high-risk patients:
vaksin pneumococcus (tiap 5-10 th) dan vaksin influenza
(tiap tahun)
1-proteinase inhibitor utk pasien yang defisiensi 1-
antitripsin digunakan per minggu, masih mahal
contoh: Prolastin
Tahap terapi pada PPOK yang stabil
Tahap 1 : Ipratropium bromida (MDI) atau nebulizer, 2-
6 puff 4 x sehari, tunjukkan cara penggunaan yang
tepat, advis pasien ttg pentingnya penggunaan teratur
dan efek samping yg mungkin timbul (mulut kering &
rasa pahit), jika hasil trial : perbaikan FEV1 < 20%
step 2
Tahap 2 : Tambahkan -agonis MDI atau nebulizer,
tunjukkan cara penggunaan yang tepat, advis pasien
ttg pentingnya penggunaan teratur dan efek samping
yg mungkin timbul (takikardi, tremor) jika tidak ada
perkembangan: hentikan -agonis, jika ada perbaikan
tapi kecil step 3
Tahap 3: Tambah teofilin,mulai dari 400 mg/hari dlm
bentuk sustained released, sesuaikan dosis setiap
interval 3 hari untuk menjaga serum level antara 10-15
g/ml, pantau ESO takikardi, tremor, nervous, efek GI;
jika tidak ada perbaikan hentikan teofilin dan go
to step 4
Tahap 4: Coba dengan kortikosteroid : prednison 30-40
mg/hari selama 2-4 minggu, cek dengan spirometer
(perbaikan 20%), titrasi dosis ke dosis efektif terkecil
(< 10 g sehari), pertimbangkan penggunaan
kortikosteroid inhalasi jika pasien tidak berespon
baik kembali ke steroid oral
Terapi antibiotika
Berdasarkan evidence terbaru yang tersedia, antibiotika
harus diberikan pada pasien-pasien PPOK yang :
Pasien dengan eksaserbasi akut dengan 3 tanda utama
yaitu : increased dyspnea, increased sputum volume,
increased sputum purulence (Evidence B), atau
Pasien dengan eksaserbasi akut dengan 2 tanda utama,
jika peningkatan purulensi sputum merupakan salah
satunya (Evidence C)
Pasien dengan eksaserbasi parah yang membutuhkan
ventilasi mekanik, baik invasif maupun non-infvasif
(Evidence B)
Key points
PPOK adalah penyakit yang sebenarnya
secara potensial dapat dicegah stop
smoking
Sekali PPOK terjadi penderita akan
memerlukan terapi yang kompleks yang
efikasinya masih diperdebatkan para ahli
Penyakit ini bersifat progresif dan
ireversibel berbiaya besar baik baik
personal maupun masyarakat
Difference between bronchitis and
emphysema
Productive cough
bronchitis
Classic sign
emphysema
Late in common with
infection
Dyspnea Late in course Common
Wheezing Intermittent Mild
H/O smoking Common Common
Barrel chest Occasionally classic
Prolonged expiration Always present Always present
Cyanosis Common Uncommon
Chronic hypoventilation Common Late in course
Ploycythemia Common Late in course
Bronchitis v. Emphysema
Easy to decompensate
Usually relatively easy
to treat
Can cause emphysema
Rarely are these
patients ever having
normal blood gases
Usually more difficult to
decompensate
Difficult to treat
Can be caused by
bronchitis
Early, blood gases are
normal
Patofisiologi pneumotoraks
Akibat peningkatan tekanan
Intrabronkial ( batuk/ bersin )
Tekanan diteruskan s/d alveoli
( locus minoris / Bullae - fibrotik pada alveoli )
Alveoli robek sehingga
merobek pleura di sekitarnya
Udara masuk intrapleura
Pneumotoraks
Berdasarkan penyebab terjadinya
PNEUMOTORAKS ARTIFISIAL
Bedakan Tu-pleura dan Tu-paru ( dx )
Proteksi Radioterapi Ca mamae ( tx )
Haemoptisis Profuse ( tx )
. PNEUMOTORAKS TRAUMATIK
Akibat trauma pada dada
. PNEUMOTORAKS SPONTAN
Iatrogenik causa ??
Penyakit kronis TB, COPD, Asma
Berdasarkan jenis fistel
PNEUMOTORAKS TERBUKA
P. Intrapleura = P. dunia luar ( two way )
Tekanan ekspirasi + 2 = + 2
Tekanan inspirasi 2 = - 2
PNEUMOTORAKS TERTUTUP
P. Intrapleura P. dunia luar (no way )
P awal + resorbsi paru P jadi
paru belum ngembang sempurna.
Tekanan ekspirasi 4 =- 4
Tekanan inspirasi 12 = - 1
BERDASARKAN DERAJAT KOLAPS
Pneumotoraks Totalis
Pneumotoraks Partialis
% Kolaps = ( A X B ) ( a X b ) X 100 %
( A X B )
Pneumotoraks parsial
Pneumotoraks total
Gejala Klinik
Sesak mendadak & memberat
- Sesak tak di pengaruhi Posisi
- Batuk
- Dada terasa nyeri / kram / kemeng
- Nampak sakit berat, keluar keringat dingin
s/d syok
- Napas tersengal sengal s/d sianosis
Penatalaksanaan Pneumotoraks
Antibiotika ~~ penyebab
Anti Tuberkulosa ( OAT )
Anti Tusif ( codein )
Bronkhodilator
Pencahar / Laxan
Bed Rest / hindari kegiatan yang akibatkan
peningkatan tekanan intra pleura ( teriak, bersin
keras, mengejan dan batuk keras )
Komplikasi Pneumotoraks
* Terjadi Infeksi
Efusi Pleura ( Fluidopneumotoraks )
Empyema ( Pyopneumotoraks )
Terjadi Trauma Hematotoraks
Udara dari cav. Pleura meluas
Pneumomediastium Emfisema Cutis
* Udara menekan ke organ sekitar
Tamponade Jantung
Gagal napas
Efusi Pleura
Efusi Pleura
Adanya Cairan Pleura yang Volume nya
lebih dari Normal ( Vol. normal: 1 20 cc )
Fisiologi cavum Pleura
Fisiologi Efusi Pleura
Volume cairan pleura selalu konstan,
akibat dari:
# P. hidrostatik : 9 mmHg produksi oleh
pleura parietalis
# P. koloid osmotik : 10 mmHg absorbsi
oleh pleura viseralis
Penyebab akumulasi cairan Pleura
Tekanan koloid osmotik ( Hypolbuminemia )
Permeabilitas kapiler ( Radang, Neoplasma )
Tekanan hirostatik ( Gagal jantung )
Tekanan negatip intrapleura ( Atelektasis )
Pemeriksaan Fisik Efisi Pleura
- Inspeksi nampak sakit, gerak dada sisi sakit
tertinggal,nampak lebih cembung
- Palpasi gerak dada sisi sakit tertinggal,
Fremitus raba sisi sakit turun
- Perkusi suara ketok sisi sakit redup
pd.bag.bawah garis Ellis Damoiseau
- Auskultasi suara napas sisi sakit turun
/hilang
Sitologi cairan Pleura
- Lekosit > 25.000 / mm3 Empyema
- Netrophil > Pneumonia, TBC, Pancreatitis
- Limphosit > TBC, limphoma, keganasan
- Eosinophil > Emboli , Parasit, Jamur
- Eritrosit 5 10 ribu/mm3 Pneumoni,
Keganasan
- Eritrosit 100 ribu / mm3 Keganasan,
Trauma,
Infark Paru
- Sel ganas ditemukan pada 50 60 %
Keganasan
Gambaran Radiologi Efusi Pleura
< 300 CC : Secara fisik tak ada perubahan.
Foto PA: sinus masih nampak lancip.
Foto Lat: sinus nampak mulai tumpul
> 500 cc : Gerak dada/ fremitus suara/fremitus
raba menurun,suara ketok redup
> 1000 cc: dada cembung, egofoni positip
> 2000 cc: mediastinum terdorong
Foto Thorax
Foto Thoraks:
Perselubungan Pada hemitoraks
Dextra dengan sinus frenicus costalis
kanan tumpul
Penatalaksanaan Efusi Pleura
- Evakuasi cairan pleura / torakosentesis
volume pengambilan maksimal 1000 cc
setiap kali pengambilan
- Pemasangan WSD
# Efusi Pleura massive
# Efusi Pleura haemorhagic
# Hematotoraks, Empyema
# Chylotoraks, Chiliform
FARMAKOLOGI
Antikolinergik inhalasi first line therapy, dosis harus cukup
tinggi : 2 puff 4 6x/day; jika sulit, gunakan nebulizer 0.5
mg setiap 4-6 jam prn, exp: ipratropium or oxytropium
bromide
Simpatomimetik second line therapy : terbutalin,
salbutamol
Kombinasi antikolinergik dan simpatomimetik untuk
meningkatkan efektifitas
Metil ksantin banyak ADR, dipakai jika yang lain tidak
mempan
Mukolitik membantu pengenceran dahak, namun tidak
memperbaiki aliran udara masih kontroversi, apakah
bermanfaat secara klinis atau tidak