Pengembangan obat anti-virus baik sebagai profilaksis
ataupun terapi belum mencapai hasil seperti apa yang
diinginkan oleh umat manusia. Berbeda dengan antimikroba lainnya, antiviral yang dapat menghambat atau membunuh virus juga akan dapat merusak sel heposes dimana virus itu berada. Ini karena replikasi virus RNA maupun DNA berlangsung di dalam sel hospes dan membutuhkan enzim dan bahan lain dari hospes. Tantangan bagi penelitian ialah bagaimana menemukan suatu obat yang dapat menghambat secara spesifik salah satu proses replikasi virus seperti pelekatan, uncoating dan replikasi. Analisis biokimiawi dari proses sintesis virus telah membuka tabir bagi terapi yang efektif untuk beberapa infeksi seperti : virus herpes, beberapa virus saluran napas human imunodeficiency virus (HIV).
Sejumlah obat anti virus yang dikembangkan di dekade 50 dan 60 sat ini memiliki pemanfaatan terbatas. Obat ini adalah idoksuridin, vidarabin dan sitarabin. Obat ini tidak selektif dalam menghambat replikasi virus sehingga banyak fungsi sel hopes juga dihambat. Sejak tahun 1957, telah diketahui bahwa interferon dapat menghambat repliksai virus. Secara alamiah interferon dihasilkan oleh sel manusia dan mamalia yang terinfeksi virus atau distimulasi oleh zat alamiah atau sintetik lainnya. Berkat kemajuan teknologi rekayasa rekombinan DNA maka sekarang interferon mulai mendapat perhatian untuk pemanfaatan didalam klinik. Obat ini larut dalam air dan merupakan amintrisiklin. Amantadin diduga bekerja menghambat fase ujung dari proses perakitan virus influenza A, tetapi mekanisme secara rinci tidak diketahui. Proses pelekatan virus kepada sel hospes penetasi aktivitas RNA-dependent RNA polimerase, semuanya tidak dihambat oleh amantadin. Absorpsi obat ini dari saluran cerna berlangsung secara baik. Pada manusia amantadin tidak dimetabolisme dan dieksresi melalui urin dalamm bentuktak diubat. Waktu paruh eliminasi sekitar 16 jam dan bertambah lama pada usia lanjut dan pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Efek samping amantadin berupa gangguan SSP seperti bingung, gelisah, halusinasi, kejang dan bhkan koma. Rimantidin merupakan derivat baru dari amantadin yang mengalami biotransformasi ekstensif, sehingga eksresi melalui ginjal dalam bentuk tak diubah hanya kurang dari 15%. Efek samping terhadap SSP lebih ringan dari amantadin.
Mekanisme kerja. Asiklovir diambil secara selektif oleh sel yang terinfeksi oleh virus herpes. Untuk mengaktifkan asiklovir, obat ini harus diubah dulu kebentuk monofosfat oleh timidin kinase milik virus tersebut. Afinitas asiklovir terhadap timidin kinase asal virus herpes ini 200x lebih besar dari yang asal sel manusia atau mamalia. Setelah terbentuk asiklovir-monofosfat (asiklo-GMP), fosforilasi berikutnya dilakukan dengan enzim dari sel hospes menjadi asiklo-GDP dan terakhir asiklo-GTP. Bentuk akhir inilah yang secara selektif menghambat DNA-polimerase virus dengan berkompetisi terhadap desoksiguanosin- trifosfat. Selain itu asiklo-GTP juga diinkorporasi ke dalam DNA virus yang sedang memanjang yang mengakibatkan terminasi biosintesis rantai DNA-virus.resistensi alamia terhadap beberapa strain dari virus herpes simpleks dan verisela-zoster jarang, tetapi dapat timbul bila stain itu merupakan muatan defisiensien timidin kinase. Efeksamping. Mual, muntah, pusing, tetapi efek samping ini jarang sampai memerlukan penghentian pengobatan. Indikasi. Efektif terhadap infeksi virus herpes simpleks (HSV) TIPE 1 dan 2, termasuk herpes mukokutaneus jenis kronis dan rekuren pada pasien yang terganggu fungsi imunologiknya (immunocompromised), juga didindikasikan untuk HSV ensefalitis, neonatus dan CZV (virus varicella-zoster).
Ganciklovir analog nukleosida asiklik dari guanin ini disintetis pada waktu mencari obat antivirus yang efektif terhadap CMV. Farmakokinetik. Bioavailabilitas oral sangat rendah sehingga gansiklovir diberikan melalui infus intravena. Obat ini tersebar luas keberbagai jaringan termasuk otak. Kadar di plasma mencapai diatas kadar hambat minimum (KHM) untuk isolat CMV yakni 0.02-3.0 ug/ml. Waktu paruh berkisar anatara 3-4 jam tetapi menjadi sekitar 30 jam pada penderita gagal ginjal yang hebat. Penelitian pada hewan memperlihatkan bahwa gansiklovir di eksresi melalui ginjal dalam tubuh bentuk utuh.
Efek samping supresi sumsum tulang. Dapat terjadi neutropenia dengan < 1000 sel/mm 3
pada 40 % pasien yang diberikan obat ini. Indikasi. Karena toksisitas yang tinggi gansiklovir hanya diindikasikan untuk kasus infeksi oleh CMV yang mengancam jiwa atau penglihatan pasien.
Suatu analog dari nukleosida purin yang invitro menghambat berbagai macam virus RNA dan DNA. Mekanisme kerja. Ribavirin difosforilasi didalam sel oleh enzim sel hospes menjadi bentuk triposfat. Ribavirin menghambat virus saluran napsa eperti virus influenza Adan B. Farmakokinetik. Bioavailabilitas oral sekitar 45% kadar puncak di plasma dicapai 1-2 jam kemudian. Kadar plasma yang tinggi harus mencapai dengan pemberianintravena. Ribavirin diakumulasi di eritrosit dengan waktu paruh disini sekitar 40 hari. Ribavirin dapat diberikan secara aerosol.
Efek samping.dapat terjadi anemia karena hemolysis ekstravaskuler dan supresi sumsum tulang. Ribavin bersifat teratogenik dan mutagenik pada hewan percobaan yang kecil. Pemberian jangka lama menimbulkan gangguan gejala susunan saraf pusat dan saluran cerna. Indikasi. Untuk infeksi dengan deman-lassa yang mengancam jiwa, diberikan sistemik dan sangat efektif. Untuk terapi penderita pneumonia karena RSV (respiratory syncytical virus) diberikan sebagai aerosol ke dalam oxygen-hood. Untuk terapi oral, ribavirin tidak efektif pada penderita infeksi virus pernafasan.
Mekanisme kerja. Bentuk trifosfat zidovudin diperoleh dengan bantuan enzim sel hospes bentuk ini sangat aktif sebagai inhibitor kompetitif reverse transcriptase dan HIV dan retrovirus lainya. Farmakokinetik. zidovudin diserap lebih dari 50% pada pemberian oral. Kadar puncak dicapai dalam 30 90 menit. Waktu paruh eliminasi sekitar 1 jam. Zidopvudin dimetabolisir dengan cepat ke matabolit 5-glukoronide yang tidak memiliki aktivitas antivirus. Ekresi melalui ginjal. Efek samping. granulositopenia dan anemia dapat terjadi sampai pada 45% jumlah penderita yang diobati dan biasanya timbul setelah 2-6 minggu pengobatan Indikasi. untuk pengobatan infeksi HIV pada pasien dengan gejala infeksi HIV yang pernah mengalami pneumonia akibat Pneumocystis carinii, atau penderita HIV dengan jumlah absolut limfosit tipe CD4 kurang dari 200/mm 3 . Interaksi obat. semua obat yang mengganggu sumsum tulang atau fungsi ginjal akan dapat meningkatkan toksisitas zidovudin, contoh : dapson,interferon,zat kemoterapi kanker lainya.
Merupakan analog timidin. Mengalami fosoforilisasi didalam sel dan bentuk trifosfat akan masuk ke DNA sel mamalia maupun DNA virus. Jadi obat ini hanya efektif terhadap virus DNA, terutama virus herpes dan pox. Indikasi.obat ini sekarang hanya untuk terapi keratitis karena herpes simplex, dan diberikan secara topikal. Efek samping. iritasi, nyeri dan rasa gatal lokal,fotofopbia dan udem kelopak mata.
Interferon (IFN) sebenarnya adalah cytokine kelompok glikoprotein yang dihasilkan oleh sel mamalia bila sel tersebut terpapar oleh virus, double stranted RNAs dan banyak zat lain lagi seperti eksotoksin bakteri dan polianion. Interferon dapat dibagi dalam tiga tipe yang dinamakan alfa() beta() dan gamma(). Sekarang ini interferon berbagai tipe dihasilkan melalui proses rekayasa rekombinan DNA. Mekanisme kerja. Efek antivirus kemungkinan sekali akibat interferon mengikat pada reseptor khusus dipermukaan sel yang kemudian reaksinya menghambat atau mengganggu proses uncoating, RNA transcription, protein synthesis, dan assembly virus.
Farmakokinetik. Interferon tidak dapat diserap secara oral setelah pemberian IM atau SK dari -IFN, kadar puncak dicapai pada 4 8 jam. Dicairan tubuh interferon cepat sekali di inaktivitas, mungkin sekali karena IFN dikatabolisir oleh hati. Efek samping.Pemberian interferon dilaporkan menimbulkan demam, malaise dan rasa lelah. Pemberian jangka lama dapat menimbulkan rambut rontok. Leukopenia yang berkaitan dengan dosis dilaporkan timbul dengan interferon jenis rekombinan maupun yang alamiah. Indikasi. Interferon saat ini telah disetujui untuk digunakan untuk hairy-cell leukimia, AIDS-related kaposis sarcoma dan condylomata acuminata. Interferon-a tidak efektif untuk infeksi CMV. Interferon bermanfaat optimal bila dikombinasikan dengan terapi lain seperti anti virus atau anti kanker lainya.
Penderita dengan antibodi seropositif terhadap HIV dan hitung limfosit CD 4 kurang dari 200 sel/mm 3 diterapi jangka panjang dengan zidovudin 200 mg/oral tiap 4 jam. Sebenarnya obat zidovudin ini hanya memperpanjang masa hidup pasien sampai 50% mortalitas dari kurang 12 bulan menjadi kira-kira 24 bulan.
Infeksi HSV tipe 1 asiklovir memberikan hasil yang baik untuk infeksi oral-labial. Pada ensefalitis, pemberian asiklovir IV maupun vidarabin IV dapat meningkatkan survial rate. Dalam hal ini asiklovir lebih unggul dari vidarabian. Infeksi HSV tipe 2 : tipe ini biasanya menimbulkan herpes genitalis. Bentuk primer dari herpes genitalis dapat diobati dengan asiklovir yang menghasilkan penyembuhan dan hilangnya rasa nyeri lebih cepat. Pemberian topikal asiklovir sama sekali tidak efektif sedangkan oral memberikan efek yang sedang.
Bentuk lazim pada anak-anak biasanya ringan dan tidak membutuhkan obat anti virus. Ada kalanya penyakitnya memberat, terutama pada pasien yang disertai defisiensi imunologis. Untuk herpes zoster pada satu dermatom, pemberian antivirus tidak dianjurkan. Tidak ada efek terhadap neuralgia pasca herpes. Pemberian asiklovir atau vidarabin hanya pada pasien yang disertai defisiensi imunologis Retinitis karena CMV pada pasien AIDS diberi glansiklovir tetapi obat ini menimbulkan banyak efek samping.
Infeksi EBV sebenarnya bersifat self-limited sehingga yidak perlu terapi antivirus. Secara in vitro, asiklovir, vidarabin dan gansiklovir memiliki aktivitas menghambat EBV. Hepatitis Hanya infeksi kronis aktif hepatitis C telah disetujui FDA amerika serikat untuk diterapi dengan interferon-. Untuk infeksi hepatitis B, masih dalam penelitian.