Akuisisi Seismik Darat Akuisisi data merupakan tahap awal dalam metode seismik. Akuisisi data seismik adalah proses pengambilan data hasil rekaman seismik dilapangan. Tujuan utama akuisisi data seismik adalah memperoleh data pengukuran travel time yang diperoleh dari sumber energy ke penerima (geophone). Alur Proses Akuisisi Seismik Darat
Survey Awal Pengukuran Titik Control Pengukuran Lintasan Seismik Design Survey Drilling & Preloading Recording Shooting Survey Awal
Proses survey awal dilakukan dalam penentuan titik akuisisi seismik dalam proses survey awal ini akan didapatkan: Lokasi survey Kondisi daerah survey Akses lokasi Perencanaan pekerjaan Pembuatan peta kerja
Design Survey Dalam pembuatan design design survey dibutuhkan beberapa parameter yang menjadi acuan diantaranya:
Trace Interval : Jarak antara tiap trace/receiver Shot Point Interval: Jarak antara satu SP dengan SP yang lainnya Posisi Shot Point: Koordinat posisi shot point Far Offset: Jarak antara sumber seismik dengan trace terjauh Near Offset: Jarak antara sumber seismik dengan trace terdekat Jumlah Shot Point: Banyaknya SP yang digunakan dalam satu lintasan Jumlah Trace: Banyaknya trace yang digunakan dalam satu SP Record Length: Lamanya perekaman gelombang seismik Fold Coverage: Jumlah atau seringnya suatu titik di subsurfece terekam oleh geophone di permukaan Jumlah tembakan: Jumlah tembakan persalvo Panjang lintasan: panjang lintasan pada akuisisi
96 97 192 Skema akuisisi seismic 2D darat Parameter akuisisi seismic 2D darat Source Configuration Record Length Number of Channel Interval Shot Interval Receiver Sampling Rate Recording Filter Low filter High Filter Near offset Far offset CDP Spacing CDP Fold Dynamite Split spread 6 s 192 105 m 35 m 4ms ----------------------------------------- 10 Hz 12 db/oct 62.5 Hz 72 db/oct 17.5 m 3325 m 17.5 m 32 (max) Pengukuran Titik Kontrol Dalam tahapan ini dilakukan penentuan koordinat koordinat shoot point dan receiver point yang dikorelasikan dengan design survey, koordinat gps dan peta bakosurtanal sehingga memudahkan pengeplotan sesuai design Pengukuran Lintasan Seismik
Pengukuran Lintasan Seismik & Pemasangan patok SP dan TR Pengukuran lintasan seismik yang meliputi pengukuran titik tembak (SP) dan titik rekam (TR) dilakukan dengan menggunakan peralatan total station.
Pembuatan Titian dan Rintisan Titian dibuat untuk mempermudah dan memperlancar kerja ketika survey menemukan lokasi yang tidak bisa dilewati sepeti: irigasi, parit, sungai atau rawa Sehingga mengefektifkan waktu dan kerja crew baik drilling maupun recording.
Drilling & Preloading Dalam proses drilling dan preloading dilakukan pengeboran dan penanaman dinamite pada shot point sebagai source dalam proses akuisisi. Kedalaman lubang biasanya 30m dengan diameter 11cm Shooting Tahap akhir dari akuisisi seismik adalah proses shooting dan recording dimana pada proses ini dilakukan peledakan dan penembakan source yang akan diterima oleh receiver dan dilakukan proses perekaman ke dalam pita magnetik (tape record)
Kriteria sumber gelombang seismik yang ideal: Energi yang diemisikan cukup besar. Durasinya cukup kecil. Dapat diulang (tidak sekali pakai) Tidak menghasilkan noise.
Besar energi berbanding lurus dengan panjang wavelet, sehingga memperkecil resolusi.
Borehole Dynamite Dinamit merupakan campuran bahan kimia yang dapat terbakar dengan sangat cepat dan menghasilkan tekanan dan temperatur yang sangat tinggi.
Dalam proses seismik, peledakan dinamit dilakukan di sumur bor yang telah dibor sebelumnya, diletakkan pada kedalaman 6-30 m.
Ledakan dipicu oleh blasting cap yang berupa dinamit dengan ukuran ledakan yang minimal, namun mampu memicu ledakan yang lebih besar.
Recording Equipment Geophone Geophone + kabel trace Geophone: Alat penerima getaran dari gelombang sumber yang berupa sinyal analog dan ditransmisikan oleh kabel trace menuju ke station unit Ki-ka : Power Station Unit, Station Unit (sesistonik) Digital Seistronix Seistronix merupakan suatu station unit penerimaan sinyal dari geophone dalam bentuk analog dan dirubah menjadi digital
Recording
Subsurface reflector Earths surface S R A/D Converter Amplifier Filter Trace display Recording Tape storage Quality Control (QC) Tahap Field QC data seismik merupakan kegiatan untuk mengkontrol kualitas dari perekaman data seismic yang berupa raw data.
Kualifikasi kualitas raw data adalah berupa: Good : Frekuensi sinyal dan energy tinggi, kandungan bising (noise) yang sangat sedikit / Tidak ada. Fair : Frekuensi sinyal dan energi tidak begitu tinggi, terdapat kandungan bising yang tidak terlalu banyak. Poor : Frekuensi sinyal dan energi rendah, kandungan bising dominan
Good raw data Fair raw data Poor raw data Pengolahan Data Seismik Pengolahan data seismik dititik beratkan pada koreksi koreksi terhadap sesuatu yang dapat mengganggu data. Tujuan utama dari pengolahan data seismik adalah untuk memerperoleh gambaran lapisan lapisan bawah bumi dari data akuisisi yang dimiliki. Selain itu beberapa tujuan penting lainnya dalam pengolahan data seismik, yaitu: Untuk meningkatkan signal to noise ratio (s/n) Untuk mempertajam resolusi dengan mengadatasi dari bentuk gelombang sinyal Mengisolasi sinyal sinyal yang tidak diinginkan (sinyal refleksi dari multiple dan gelombang permukaan (S wave)) Untuk memperoleh gambaran realistik dengan koreksi geometri Untuk memperoleh informasi informasi mengenai bawah permukaan (nilai kecepatan, koefisien reflektivitas, dll) Tahapan Pengolahan Data Seismik
Secara garis besar urutan pengolahan data seismik dibagi menjadi 3, yaitu: Pre-processing adalah tahapan awal pengolahan data seismic yang bertujuan untuk merekondisi sinyal seismic yang terekam. Terdiri dari Demultiplex, True Amplitude Recovery (TAR), Editing, Dekonvolusi, Filtering, Koreksi Statik. Processing atau Analyzing adalah tahapan lanjut dalam pengolahan data seismic yang bertujuan untuk menganalisis kecepatan gelombang seismik yang melewati suatu reflector. Gelombang seismic yang terekam dianalisis kecepatannya dengan cara memunculkan spectrum amplitude hasil NMO dan Stacking. Kecepatan yang tepat akan menghasilkan penampang seismic yang tepat. Post-processing adalah tahapan akhir dalam pengolahan data seismic yang terdiri dari koreksi residual static dan migrasi.
Beberapa tahapan dalam processing data, diantaranya: Raw data input Pendefinisian geometri Editing Filter Koreksi Statik True Amplitude Recovery (TAR) Dekonvolusi Analisis Kecepatan Koreksi Nmo dan staking Residual static Koreksi DMO Migrasi
Flow Chart Raw data input adalah process input data mentah dari hasil akuisisi seismik yang tersimpan didalam pita magnetik dengan format SEG(society of Exploration Geophysics). Rekaman gelombang seismic yang terekam dalam field tape terdiri dari header dan amplitude.
Dalam raw data terekam informasi header yang berupa gelombang yang merambat ke dalam bumi dan diterima oleh receiver, yaitu gelombang langsung (direct wave), gelombang bias (refraction wave), gelombang pantul (reflection wave) dan ground roll serta parameter yang digunakan dalam akuisisi
Pola gelombang seismik yang terekam pada raw data Pendefinisian geometri adalah proses memasukkan parameter lapangan kedalam dataset yang dimiliki. Hasil keluaran dari field geometry berupa stacking chart atau stacking diagram dengan geometri penembakan saat akuisisi data.
Editing adalah proses menghilangkan semua rekaman yang buruk, sedangkan mute adalah proses untuk menghilangkan sebagian rekaman yang diperkirakan sebagai sinyal gangguan seperti ground roll, first break dan yang lainnya yg dapat mengganggu data.
Beberapa jenis noise yang biasanya diedit: Trace mati, karena geophonenya sengaja tidak dipasang Trace yang mengandung noise elektrostatik, biasanya frekuensi tinggi Trace yang merekam getaran langkah orang yang berjalan di atas geophone pada saat perekaman berlangsung Daerah first arrival Noise dalam trace yang mengelompok (surgical muting)
True Amplitude Recovery (TAR) adalah koreksi terhadap amlitudo gelombang seismic yang menjadikan permukaan pemantul seolah memiliki energy yang sama. Energy yang dikeluarkan oleh sumber berbanding terbalik dengan kuadrat jarak.
Pada koreksi TAR ini terdiri dari: Gain Removal Koreksi Spherical Divergence (Divergensi Bola) Koreksi Attenuasi
Dekonvolusi dilakukan untuk meningkatkan resolusi vertikal (temporal) dan meminimalisir efek multiple. Fenomena perambatan gelombang seismic yang diakai dalam seismic eksplorasi dapat didekati dengan model konvolusi. Dekonvolusi dilakukann untuk menghilangkan atau mengurangi pengaruh ground roll, multiple reverberation, ghost serta memperbaiki bentuk wavelet yang kompleks akibat pengaruh noise.
Konvolusi merupakan operasi forward:
Dekonvolusi merupakan keterbalikan konvolusi: Koefisien Refleksi (t) = sumber (t) / Sinyal (t)
Sumber (t) * Koefisien Refleksi (t) = Sinyal (t) Koefisien Refleksi (t) = sumber (t) / Sinyal (t) Dekonvolusi pada dasarnya berfungsi membentuk sinyal. Beberapa tipe dekonvolusi diantaranya : Spiking deconvolution adalah menghasilkan ideal spike signal Predictive deconvolution adalah proses perbaikan bentuk wavelet akibat noise yang apabila di kill atau di mute akan menghilangkan sinyal yg diperlukan
Filter frekuensi bertujuan menghilangkan komponen frekuensi yang mengganggu pada data seismic dan meloloskan data yang diinginkan. Macam filter frekuensi ada tiga yaitu: Filter low pass : meredam noise yang lebih rendah dari frek natural Filter high pass : meredam noise yang lebih tinggi dari frek natural Filter band pass : meredam noise yang lebih rendahb dan lebih tinggi dan rendah dari frek natural Koreksi static termasuk juga koreksi ketinggian (elevasi). Efek topografi terhadap waktu rambat gelombang refleksi dapat dihilangkan dengan mengoreksi elevasinya. Koreksi ketinggian dilakukan karena posisi sumber sumber dan receiver atau geophone dipermukaan bumi memiliki ketinggian yang bervariasi. Oleh karena itu, koreksi dengan cara menghilangkan efek dekat permukaan yang bertujuan untuk menyamakan ketinggian. Untuk melakukan koreksi statik diperlukan informasi elevasi, shot depth dan uphole time.
Filter Frekuensi Koreksi statik Analisis kecepatan merupakan proses untuk menentukan kecepatan yang sesuai untuk memperoleh staking yang terbaik dengan kata lain proses untuk memperoleh kecepatan yang tepat. Prinsip dasar analisa kecepatan pada proses staking adalah mencari persamaan hiperbola yang tepat sehingga memberikan stack yang maksimum. Semakin jauh jarak offset suatu receiver maka semakin besar waktu yang diperlukan gelombang untuk merambat dari source untuk dapat ke receiver.
Analisis kecepatan merupakan kunci pada processing data seismic, analisis ini dapat dilakukan berulang kali sampai hasil stacking benar benar menunjukkan penampang bawah permukaan secara benar. Hasil dari analisis kecepatan berkelanjutan karena akan digunakan untuk proses stacking dan residual static Normal Moveout (NMO) adalah perbedaan antara TWT (Two Way Time) pada offset tertentu dengan TWT pada zero offset.
Koreksi NMO juga bisa disebut pemilihan model kecepatan (Vrms maupun Vstack) merupakan hal yang sangat penting
a. Sebelum koreksi NMO b. Model kecepatan yang tepat c. Model kecepatan yang rendah d. Model kecepatan yang tinggi Stacking adalah proses menjumlahkan trace- trace seismik dalam satu CDP setelah koreksi NMO (Normal Move Out). Stacking bertujuan mempertinggi signal to noise ratio (S/N).
Residual static atau koreksi static sisa adalah proses yang dilakukan setelah analisis kecepatan, yang hanya digunakan untuk menyempurnakan koreksi static yang awal sudah dilakukan.
Residual static ini dibutuhkan karena: Proses NMO pada CDP Gather tidak selalu cocok dengan lintasan hiperbolik Saat melakukan koreksi static, kesalahan perkiraan penentuan kecepatan dan kedalaman berada pada wethering zone Data uphole dan first break yang sangat buruk. Sehingga, setelah melalui tahapan proses ini diharapkan data data yang dihasilkan sudah terkoreksi secara benar dan menghasilkan penampang seismik yang benar benar mempresentasikan keadaan bawah permukaan bumi dengan tepat. DMO Correction. Prinsip DMO Correction yaitu berusaha menggeser titik titik pantul sedemikian rupa sehingga refleksi refleksi pada non-zero offset di transformasikan ke trace zero offset. Akibat dari transformasi ini maka terkadang DMO Correction dapat disebut sebagai proses migrasi secara parsial. Jadi, dengan koreksi DMO: Setiap trace di migrasi ke offset nol sehingga setiap pasangan common offset diubah menjadi pasangan offset nol yang sesuai. Dispersi titik pantul dihilangkan Kecepatan stacking menjadi tidak bergantung pada kemiringan lapisan Rasio S/N meningkat Pemilihan kecepatan stacking menjadi lebih baik
Migrasi adalah suatu proses untuk memetakan penampang menjadi penampang lain dimana even- even seismic semu pada reflector miring dikembalikan pada posisi dan waktu yang tepat. Hasil proses migrasi mampu menghilangkan efek efek sinyal terdifraksi sehingga mendapatkan gambaran bawah permukaan secara jelas.
Secara lengkap migrasi bertujuan sebagai berikut: Memperbaiki resolusi even dalam penampang seismic. Mengoreksi posisi reflector yang terdistorsi dengan menghilangkan difraksi hiperbola dan memfokuskan energinya pada puncak hiperbola tersebut. Mengekstraksi koefisien refleksi dari data seismic.
Interpretasi Data Tujuan dari interpretasi seismik secara umum menurut ANDERSON & ATINUKE (1999) adalah untuk mentransformasikan profil seismik refleksi stack menjadi suatu struktur kontinu dari model geologi secara lateral dari subsurface. Sedangkan, tujuan khususnya adalah sebagai berikut : Pemetaan struktur struktur geologi Analisis sekuen seimik Analisis fasies seismic. Tujuan interpretasi seismik khusus dalam eksplorasi minyak dan gas bumi adalah untuk menentukan tempat-tempat terakumulasinya (struktur cebakan- cebakan)minyak dan gas.
Minyak dan gas akan terakumulasi pada suatu tempat jika memenuhi tiga syarat, yaitu: Adanya Batuan sumber (source rock), adalah lapisan- lapisan batuan yang merupakan tempat terbentuknya minyak dan gas, Batuan Reservoir yaitu batuan yang permeabel tempat terakumulasinya minyak dan gas bumi setelah bermigrasi dari batuan sumber, Batuan Penutup, adalah batuan yang impermeabel sehingga minyak yang sudah terakumulasi dalam batuan reservoir akan tetap tertahan di dalamnya dan tidak bermigrasi ke tempat yang lain.