Anda di halaman 1dari 25

JOURNAL READING

Management of chronic anterior uveitis


relapses: efficacy of oral phospholipidic
curcumin treatment. Long-term follow-
up

Disusun Oleh :
Elsye Fitriasari (01.209.5894)

Pembimbing :
dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp.M
dr. Hari Trilunggono, Sp.M

IDENTITAS JURNAL
JUDUL
Management of chronic anterior uveitis relapses: efficacy of oral phospholipidic
curcumin treatment. Long-term follow-up
PENULIS
Pia Allegri
Antonio Mastromarino
Piergiorgio Neri
Uveitis Center, Ophthalmological Department of Lavagna Hospital, Genova,
Italy; 2Uveitis Unit, The Eye Clinic, Azienda Ospedaliero-Universitaria,
Ospedali Riuniti di Ancona, Ancona, Italy
LATAR BELAKANG
Kurkumin memiliki efek antioksidan,
kemopreventif, dan aktivitas
antiinflamasi pada peradangan akut dan
kronis baik dalam praktek klinis
(digunakan pada penyakit
neurodegenerative, metabolik, autoimun,
dan penyakit neoplastik) dan dalam
dunia eksperimental.
PENELITIAN SEBELUMNYA TENTANG CURCUMIN
Mohan et al menunjukkan bahwa kurkuminoid menargetkan
pertumbuhan fibroblast faktor-2 dan menghambat ekspresi
gelatinase B di proses angiogenik dengan menggunakan kultur
sel-sel kornea dari tikus transgenik. Dalam sebuah percobaan
pada mata kering ,
Chen et al meneliti efek anti-inflamasi kurkumin dalam
pretreatment dengan kultur sel epitel kornea yang mengalami
kondisi hiperosmotik.
Kumar et al melaporkan bahwa pemberian kurkumin pada tikus
dengan induksi kimia dibuat hiperglikemia dapat mengurangi
stres oksidatif yang merupakan penyebab utama dari
perkembangan katarak.
Yadav et al menunjukkan efek penghambatan kurkumin pada
proliferasi sel dan produksi sitokin, yang merupakan fenomena
utama yang terlibat dalam inflamasi.
Lal et al telah menunjukkan efektivitas kurkumin pada uveitis
anterior kronis
METODE
122 pasien (68 laki-laki dan 54 perempuan) dengan uveitis anterior rekuren (RAU)
pasien berkisar 21-68 tahun
informed consent

RAU dengan 1-4 kali kambuh dalam setahun
slit-lamp pemeriksaan
mengukur ketajaman visual
pengukuran tekanan intraokular
Pemeriksaan fundus dengan Volk + 90 lensa

rekuren autoimun (56 pasien), RAU karena herpes (28 pasien), dan berasal dari hal lain
atau tidak diketahui (22 pasien)

Semua pasien menerima produk oral Norflo 600 mg dengan dosis dua tablet / hari
selama periode tindak lanjut
Semua pasien menjalani pemeriksaan kemampuan pada hari ke 0, 7-15, 30, 90, 180,
dan 360.
membandingkan hasil sebelum dan setelah 1 tahun masa tindak lanjut pada pasien
yang mengalami 4, 3, 2, atau 1 kali kambuh per tahun
KRITERIA
KRITERIA INKLUSI
pasien dengan uveitis anterior rekuren (RAU)
RAU dengan 1-4 kali kambuh dalam setahun



ANALISIS STATISTIK

Frekuensi seluruh jumlah kekambuhan sebelum
dan setelah 1 tahun terapi Norflo dinilai dengan
Wilcoxon signed-rank test.

HASIL PENELITIAN
Norflo ditoleransi dengan baik dan
dapat mengurangi gejala
ketidaknyamanan mata serta tanda-
tanda setelah beberapa minggu
pengobatan pada lebih dari 80 %
pasien. P<0,001
Gejala dan tanda-tanda yang berhubungan dengan
kekambuhan setelah pengobatan Norflo, termasuk sakit
mata, mengaburkan penglihatan, pericorneal hiperemia
dan sel aqueous atau vitreous dan flare di 42% pasien
Pada gejala subyektif dan kuesioner kepatuhan, 86%
pasien melaporkan perbaikan sistemik subjektif yang
progresif pada evaluasi setelah 4-6 minggu pengobatan
dan kepatuhan penuh pada akhir periode tindak lanjut.
DISKUSI
Curcumin terbukti bermanfaat sebagai
antiinflamasi. Pengobatan inflamasi adalah
salah satu target pada penyakit mata dan hal ini
sudah pernah dilakukan pada hewan coba
namun belum ada validitas pembuktian pada
manusia karena belum diketahui kerugian dari
dari stabilitas dan ketersediaannya.
Penelitian curcumin dilakukan pada pasien
dengan RAU dengan melihat keadaan sebelum
dan sesudah perlakuan. RAU karena autoimun
paling sensitif terhadap curcumin dan RAU
karena herpes simplek paling banyak
mengalami perbaikan.


Curcumin berpotensi juga untuk penyakit retina
seperti edema makula, retinal neovasculer
proliferatif disease karena curcumin juga
menunjukan fungsi angiogenesis.
Kurkumin terhadap aktivitas anti-inflamasi baik
secara in vitro dan in vivo. Manfaat anti-
inflamasi dan efek antivascular growth factor
(VEGF) dimediasi oleh aktivasi PPAR-
(kurkumin merupakan agonis PPAR-). Sel imun
terutama berperan dalam peradangan mata
adalah glia dan mikroglia. Sel-sel ini, yang
berperan dalam inflamasi mata, dikendalikan
oleh PPAR-, yang bertindak sebagai sensor
metabolisme
KESIMPULAN
Penelitian ini menunjukkan hasil
yang positif yaitu norflo berfungsi
penting dalam terapi tambahan pada
RUA. Kurkumin terbukti Berguna dalam
pengobatan RUA.
CRITICAL APPRAISAL
JUDUL
Management of chronic anterior uveitis
relapses: efficacy of oral
phospholipidic curcumin treatment.
Long-term follow-up

Sudah Sesuai Dengan Isi Penelitian
Penulisan Judul 12 Kata
Mencantumkan Variable Bebas Dan Terikatnya Secara Jelas

ABSTRAK
Abstrak tidak ditulis dalam 1 paragraf
tetapi terstruktur

Komponen: Objective, Methods, Result,
Conclusion

Kurang dari 250 kata

KETERBATASAN
Tidak dilakukan dengan pembanding
plasebo
Standar yang kurang pada pengukuran
inflamasi pada COA
HASIL
Norflo ditoleransi dengan baik dan
dapat mengurangi gejala
ketidaknyamanan mata serta tanda-tanda
setelah beberapa minggu pengobatan
pada lebih dari 80 % pasien. P<0,001

ANALISA PICO
PATIENT (PASIEN)
Pasien dengan RUA
INTERVENTION (INTERVENSI)
Pemberian terapi fosfolipid curcumin
COMPARISON (PERBANDINGAN)
OUTCOME (HASIL)
Norflo ditoleransi dengan baik dan dapat mengurangi gejala
ketidaknyamanan mata serta tanda-tanda setelah
beberapa minggu pengobatan pada lebih dari 80 %
pasien. P<0,001


VALIDITAS INTERNA
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah uji dilakukan secara tersamar? Tidak
2 Apakah diterapkan uji dengan baku emas yang
terstandar?
Ya
3 Apakah uji diagnosis dilakukan terhadap
pasien dengan spektrum yang luas atau
kelainan yang mamadai sehingga dapat
diterapkan dalam praktik sehari-hari?
Ya
4 Apakah pemeriksaan dengan baku emas
dilakukan tanpa memandang hasil
pemeriksaan uji diagnostik yang diteliti?
Ya
PENERAPAN BUKTI PADA PASIEN
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah pada pasien kita terdapat perbedaan
bila dibandingkan dengan yang terdapat pada
penelitian sehingga hasil penelitian tersebut
tidak dapat diterapkan pada pasien kita?
tidak
2 Apakah pemeriksaan tersebut mungkin dapat
diterapkan pada pasien kita (our setting)?
ya
3 Apakah pasien kita mempunyai potensi yang
yang menguntungkan atau merugikan bila
terapi tersebut diterapkan?
ya
4 Apakah ada alternative lain yang bisa
ditawarkan?
ya
Kesimpulan : valid dan dapat
diterapkan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai