Anda di halaman 1dari 37

PELUANG SUATU KEJADIAN DAN KOMPLEMENNYA

1.Pengetian Percobaan, Ruang Contoh, dan Kejadian


A.Percobaan dan Hasil Percobaan
Misalkan kita melemparkan sekeping uang logam (satu kali atau beberapa kali)
dinamakan percobaan
Hasil percobaan pada pelemparan sekeping mata uang logam adalah munculnya
sisi gambar G atau munculnya sisi angka A.
B. Ruang Contoh atau Ruang Sampel
Pada percobaan pelemparan uang logam, semua hasil yang mungkin
dapat dituliskan dengan notasi himpunan.
Misalnya, {G} adalah munculnya kejadian gambar dan
{A} adalah munculnya kejadian angka.
Himpunan dari semua hasil yang mugkin muncul dalam percobaan
sekeping uang logam, ditulis {G,A}, disebut ruang contoh atau ruang sampel.
Ruang contoh biasanya dilambangkan dengan huruf S.
Anggota-anggota dari ruang contoh disebut titik contoh.
Misalnya, ruang contoh S={G,A} mempunyai dua titik contoh, yaitu G dan A.
Berdasarkan contoh di atas, dapat didefinisikan:
1.Ruang contoh atau ruang sampel adalah himpunan dari semua hasil yang
mungkin pada sebuah percobaan.
2. Titik contoh atau titik sampel adalah anggota-angota dari ruang Sampel.
Contoh:
Percobaan melempar sebuah dadu bersisi enam sebanyak satu kali.
Hasil yang mungkin muncul adalah: {1}, {2}, {3}, {4}, {5}, dan {6}.
Ruang sampel adalah S={1,2,3,4,5,6}, dan titik sampelnya dalah 1,2,3,4,5, dan 6.
C. Kejadian
Percobaan melempar sebuah dadu bersisi enam sebanyak satu kali.
Ruang sampel adalah {1,2,3,4,5,6}.
Kejadian atau peristiwa adalah himpunan bagian dari ruang contoh S.
Kejadian dapat dibedakan menjadi 2 macam:
-Kejadian sederhana atau kejadian elementer
-Kejadian majemuk
Kejadian sederhana atau kejadian elementer
Adalah kejadian yang hanya memiliki satu titik sampel.
Contoh:
Pada percobaan pelemparan dadu bersisi enam, kejadian-kejadian sederhana adalah:
-{1} yaitu kejadian munculnya mata dadu 1
Kejadian Majemuk
Adalah suatu kejadian yang mempunyai titik contoh lebih dari satu.
Contoh:
Pada percobaan pelemparan dadu bersisi enam, kejadian-kejadian majemuk adalah:
-{1,2} adalah kejadian munculnya mata dadu kurang dari 3
-{1,2,3,4} adalah kejadian munculnya mata dadu kurang dari 5
-Dll
-{2,4,6} adalah kejadian munculnya mata dadu genap
Definisi Peluang
Misalkan S adalah ruang contoh dari sebuah percobaan
dan masing-masing dari anggota S memiliki kesempatan yang sama untuk muncul.
Jika K adalah suatu kejadian dengan
S K c
, maka peluang kejadian K adalah:
) (
) (
) (
S n
K n
K P =
n(K) adalah banyak anggota himpunan kejadian (K)
n(S) adalah banyak anggota himpunan ruang contoh (S)
0 P(K) 1
Contoh:
Pada pelemparan sebuah dadu bersisi enam,
hitunglah peluang kejadian-kejadian berikut:
a.Kejadian A adalah munculnya mata dadu lebih dari 4
b. Kejadian E adalah munculnya mata dadu bilangan genap
Jawab:
Pada percobaan melempar mata dadu bersisi enam,
ada 6 hasil yang mungkin muncul, yaitu mata dadu 1,2,3,4,5, atau 6,
dan masing-masing hasil itu mempunyai kesempatan yang sama.
Jadi n=6
a. Kejadian A adalah munculnya mata dadu lebih dari 4
Angka-angka itu adalah 5, dan 6, sehingga k=2.
Jadi, nilai peluang kejadian A adalah
3
1
6
2
) (
) (
) ( = = =
S n
A n
A P
b. Kejadian E adalah munculnya mata dadu bilangan genap
Angka-angka itu adalah 2,4, dan 6, sehingga k=3.
Jadi, nilai peluang kejadian E adalah
2
1
6
3
) (
) (
) ( = = =
S n
E n
E P
Contoh:
Dua buah dadu dilempar bersama. Hitunglah peluang kejadian-kejadian berikut:
a.Kejadian munculnya mata dadu pertama angka 3
b.Kejadian munculnya mata dadu pertama dan kedua angka ganjil
c. Kejadian munculnya jumlah kedua mata dadu lebih dari 9
d. Kejadian munculnya jumlah kedua mata dadu kurang dari 6
Jawab:
Ruang sampel pada percobaan melempar dua buah dadu bersamaan,
dapat disajikan dalam tabel:
1 2 3 4 5 6
1 (1,1) (1,2) (1,3) (1,4) (1,5) (1,6)
2 (2,1) (2,2) (2,3) (2,4) (2,5) (2,6)
3 (3,1) (3,2) (3,3) (3,4) (3,5) (3,6)
4 (4,1) (4,2) (4,3) (4,4) (4,5) (4,6)
5 (5,1) (5,2) (5,3) (5,4) (5,5) (5,6)
6 (6,1) (6,2) (6,3) (6,4) (6,5) (6,6)
Dari tabel di atas dapat ditentukan n(S)=36
a.Misalkan E
1
adalah kejadian mnculnya mata dadu pertama angka 3.
E
1
={(3,1), (3,2), (3,3), (3,4), (3,5), (3,6)}
Jadi, peluang kejadian munculnya mata dadu pertama angka 3 adalah:
) (
) (
) (
1
1
S n
E n
E P =
6
1
36
6
= =
b.Misalkan E
2
adalah kejadian munculnya mata dadu pertama dan kedua angka ganjil
E
2
={(1,1),(1,3),(1,5),(3,1),(3,3),(3,5),(5,1),(5.3),(5,5)}
Jadi, peluang kejadian munculnya mata dadu pertama angka 3 adalah:
) (
) (
) (
2
2
S n
E n
E P =
4
1
36
9
= =
c. Misalkan E
3
adalah kejadian munculnya jumlah kedua mata dadu lebih dari 9
E
3
={(4,6),(5,5),(6,4),(5,6),(6,5),(6,6)}
Jadi, peluang munculnya jumlah kedua mata dadu lebih dari 9 adalah:
) (
) (
) (
3
3
S n
E n
E P =
6
1
36
6
= =
d. Misalkan E
4
adalah kejadian munculnya jumlah kedua mata dadu kurang dari 6
E
4
={(1,4),(2,3),(3,2),(4,1),(1,3),(2,2),(3,1),(1,2),(2,1),(1,1)}
Jadi, peluang munculnya jumlah kedua mata dadu kurang dari 6 adalah:
) (
) (
) (
4
4
S n
E n
E P =
18
5
36
10
= =
D. Frekuensi Harapan Suatu Kejadian
Frekuensi harapan adalah banyak kejadian atau peristiwa yang diharapkan
dapat terjadi pada sebuah percoaan.
Cara menghitung frekuensi harapan adalah sbb:
Misalkan sebuah percobaan dilakukan sebanyak n kali dan P(E) adalah peluang
kejadian E. Frekuensi harapan kejadian E ditentukan dengan aturan:
) ( ) ( E P n E F
h
=
Contoh:
Sebuah dadu bersisi 6,dilempar sebanyak 600 kali. Hitunglah frekuensi harapan
kejadian-kejadian berikut:

a.kejadian munculnya mata dadu angka 2
b.kejadian munculnya mata dadu angka ganjil
Jawab:
Banyak percobaan n = 600
a. Misalkan E
1
adalah kejadian munculnya mata dadu angka 2, maka
6
1
) (
1
= E P
Jadi frekuensi harapan kejadian munculnya mata dadu angka 2 adalah:
) ( ) (
1 1
E P n E F
h
=
6
1
600 =
=100 kali
b. Misalkan E
2
adalah kejadian munculnya mata dadu angka ganjil, maka
2
1
6
3
) (
2
= = E P
Jadi frekuensi harapan kejadian munculnya mata dadu angka ganjil adalah:
) ( ) (
2 2
E P n E F
h
=
2
1
600 =
=300 kali
E. PELUANG KOMPLEMEN SUATU KEJADIAN
Contoh : percobaan melempar dadu berisi enam sebanyak satu kali.
Ruang contohnya adalah S={1,2,3,4,5,6}
Misalkan:
-E adalah kejadian munculnya mata dadu angka 2, maka E={2}
-E adalah kejadian mumculnya mata dadu bukan angka 2, maka E`={1,3,4,5,6}
E, E`, dan S dapat ditunjukkan dalam diagram Venn sbb:
S E
.1 .5
.3
.6 .4
.2
E
Banyak anggota himpunan E, E dan S adalah n(E)=1 , n(E)=5 , n(S)=6
sehingga berlaku hubungan: n(E)+n(E)=n(S)
Jika masing-masing ruas dibagi dengan n(S), maka:
1
) (
) (
) (
) (
=
'
+
S n
E n
S n
E n
Dengan rumus peluang diketahui:
) (
) (
) (
E P
S n
E n
= ) (
) (
) (
E P
S n
E n
'
=
'
dan , maka
P(E)+P(E)=1
P(E)=1-P(E)
Jadi dapat disimpulkan:
Jika E adalah komplemen kejadian E, maka peluang kejadian E ditentukan dengan
P(E)=1-P(E)
P(E) adalah peluang E dan P(E) adalah peluang komplemen kejadian E.
Contoh:
Sebuah dadu bersisi enam dilempar sekali.
Berapa peluang kejadian munculnya mata dadu bukan angka 2?
Jawab:
Jika E adalah kejadian munculnya mata dadu angka 2, maka:
6
1
) ( = E P
Jika E adalah kejadian munculnya mata dadu bukan angka 2,
maka E adalah komplemen kejadian E, maka:
) ( 1 ) ' ( E P E P =
Sebuah kantong berisi 4 bola merah dan 6 bola putih.
Berapakah peluang terambilnya kedua-duanya bukan bola putih?
6
5
6
1
1 ) ' ( = = E P
Jadi peluang munculnya mata dadu bukan adalah
6
5
) ' ( = E P
Contoh:
Jawab:
Misalkan E adalah kejadian terambilnya dua bola putih, maka:
3
1
45
15
) (
10
2
6
2
= = =
C
C
E P
Misalkan E adalah kejadian terambilnya kedua-duanya bukan bola putih,
maka E adalah komplemen kejadian E, maka
3
2
3
1
1 ) ' ( = = E P
Jadi peluang yang terambil kedua-duanya bukan bola putih adalah:
3
2
) ' ( = E P
F. PELUANG KEJADIAN MAJEMUK
Misalkan:
Kejadian A adalah kejadian munculnya mata dadu bilangan ganjil A={1,3,5}
Kejadian B adalah kejadian munculnya mata dadu bilangan prima B={2,3,5}
Dari kejadian-kejadian tersebut, dapat dibentuk kejadian-kejadian baru sebagai berkut:
1.Gabungan Dua Kejadian
Gabungan kejadian A dan B adalah
} 5 , 3 , 2 , 1 { = B A
Kejadian B A
Kejadian munculnya mata dadu bilangan ganjil atau mata dadu bilangan prima.
dibaca
S

A
B 3
5
1
2
B A
diagram Venn
2. Irisan Dua Kejadian
Irisan kejadian A dan kejadian B ditulis
} 5 , 3 { = B A
Kejadian
B A
Kejadian munculnya mata dadu bilangan ganjil dan mata dadu bilangan prima.
dibaca
S

A
B 3
5
1
2
diagram Venn B A
Menghitung Peluang Gabungan Dua Kejadian saling Inklusif
Peluang gabungan dua kejadian (kejadian A dan kejadian B)
dapat ditentukan dengan menggunakan sifat-sifat gabungan dua himpunan.
Banyak anggota himpunan
B A
adalah:
) ( ) ( ) ( ) ( B A n B n A n B A n + =
Jika kedua ruas dibagi dengan n(S), maka persamaan menjadi:
) (
) (
) (
) (
) (
) (
) (
) (
S n
B A n
S n
B n
S n
A n
S n
B A n
+ =

Jadi diperoleh:
) ( ) ( ) ( ) ( B A P B P A P B A P + =
Misakan A dan B adalah dua kejadian yang berada dalam ruang contoh S,
maka peluang kejadian
B A
ditentukan dengan aturan:
) ( ) ( ) ( ) ( B A P B P A P B A P + =
Contoh:
Sebuah dadu bersisi enam dilempar satu kali. Berapa peluang muculnya mata dadu
angka genap atau mata dadu yang kurang dari 5?
Jawab:
Ruang sampel pada percobaan tersebut adalah: S={1,2,3,4,5,6}, n(S)=6.
Kejadian A adalah kejadian munculnya mata dadu angka genap, A={2,4,6}, n(A)=3.
2
1
6
3
) (
) (
) ( = = =
S n
A n
A P
Kejadian B adalah kejadian munculnya mata dadu kurang dari 5, B={1,2,3,4}, n(B)=4.
3
2
6
4
) (
) (
) ( = = =
S n
B n
B P
} 4 , 2 { = B A 2 ) ( = B A n
Kejadian
, sehingga
3
1
6
2
) (
) (
) ( = =

=
S n
B A n
B A P
Peluang munculnya mata dadu angka genap atau mata dadu yang kurang dari 5 adalah:
) ( ) ( ) ( ) ( B A P B P A P B A P + =
6
5
3
1
3
2
2
1
) ( = + = B A P
Jadi peluang munculnya mata dadu angka genap atau mata dadu yang kurang dari 5 adalah
6
5
) ( = B A P
Cara lain menghitung
) ( B A P
Peluang kejadian
) ( B A P
, bisa juga ditentukan dengan menggunakan aturan:
) (
) (
) (
S n
B A n
B A P

=
) ( B A P
) ( B A n Dengan demikian dapat ditentukan jika,
dan n(S) sudah diketahui terlebih dahulu.
Contoh:
Sebuah dadu bersisi enam dilempar satu kali.
Berapa peluang muculnya mata dadu angka genap atau
mata dadu yang kurang dari 5?
Jawab:
Ruang sampel pada percobaan tersebut adalah: S={1,2,3,4,5,6}, n(S)=6.
Kejadian A adalah kejadian munculnya mata dadu angka genap, A={2,4,6}
Kejadian B adalah kejadian munculnya mata dadu kurang dari 5, B={1,2,3,4}
} 6 , 4 , 3 , 2 , 1 { = B A 5 ) ( = B A n
6
5
) (
) (
) ( =

=
S n
B A n
B A P
Jadi peluang munculnya mata dadu angka genap atau mata dadu yang kurang dari 5 adalah
6
5
) ( = B A P
Peluang Gabungan Dua Kejadian Saling Lepas (ekslusif)
Diadakan percobaan melempar sebuah dadu sebanyak satu kali,
misalkan terjadi dua kejadian berikut:
-Kejadian A adalah kejadian munculnya mata dadu kurang dari 3, maka A={1,2}
-Kejadian B adalah kejadian munculnya mata dadu lebih dari atau sama dengan 5,
maka B={5,6}
Diagram Venn dari himpunan A dan B, adalah:
S .3


.4
A
.1
.2
B
.5
.6



Dari diagram Venn tersebut tampak bahwa himpunan A dan himpunan B
tidak mempunyai anggota yang sama, sehingga himpunan A dan himpunan B
merupakan dua himpunan yang saling lepas atau saling asing.
Dengan demikian, kejadian A dan kejadian B disebut dua kejadian yang saling
lepas atau saling asing atau saling ekslusif.
| = B A
0 ) ( = B A n
Jika kejadian A dan kejadian B adalah kejadian yang saling lepas, maka
(himpunan kosong) sehingga
.
Karena 0 ) ( = B A n
, maka:
0
) (
0
) (
) (
) ( = =

=
S n S n
B A n
B A P
Jadi:
) ( ) ( ) ( ) ( B A P B P A P B A P + =
0 ) ( ) ( ) ( + = B P A P B A P
) ( ) ( ) ( B P A P B A P + =
Dengan demikian dapat disimpulkan:
Jika A dan B masing-masing merupakan dua kejadian yang saling lepas,
maka peluang gabungan dua kejadian yang saling lepas itu ditentukan dengan aturan:
) ( ) ( ) ( B P A P B A P + =
Contoh:
Sebuah dadu dilempar satu kali. Berapakah peluang munculnya
mata dadu angka yang kurang dari 3 atau mata dadu lebih dari atau sama dengan 5.
Jawab:
-A adalah kejadian munculnya mata dadu kurang dari 3, maka A={1,2}, dan n(A)=2.
6
2
) ( = A P
-B adalah kejadian munculnya mata dadu lebih dari atau sama dengan 5, maka B={5,6}
6
2
) ( = B P
Karena A={1,2} dan B={5,6} tidak mempunyai angota yang sama,
maka A dan B merupakan dua kejadian yang saling lepas, sehingga:
) ( ) ( ) ( B P A P B A P + =
6
4
6
2
6
2
) ( = + = B A P
Jadi peluang munculnya mata dadu angka yang kurang dari 3 atau
mata dadu lebih dari atau sama dengan 5 adalah
6
4
) ( = B A P
Contoh : dalam suatu produksi peluang 1 produk rusak 0,1.
peluang 2 produk rusak 0,04 dan peluang 3 produk rusak adalah 0,02.
Tentukan peluang yang terjadi 1 produk rusak atau 2 produk rusak atau
3 produk rusak !!
G. Menghitung Peluang Dua Kejadian Saling Bebas.
Kejadian yang satu tidak mempengaruhi kejadian yang lain
A adalah kejadian munculnya mata dadu pertama angka tiga
A={(3,1),(3,2),(3,3),(3,4),(3,5),(3,6)}
B adalah kejadian munculnya mata dadu kedua angka empat
B={(1,4),(2,4),(3,4),(4,4),(5,4),(6,4)}
Kejadian munculnya angka 3 pada dadu pertama tidak terpengaruh
oleh kejadian munculnya angka 4 pada dadu kedua.
Demikian juga sebaliknya, kejadian munculnya angka 4 pada dadu kedua
tidak berpengaruh pada kejadian munculnya angka 3 pada pada dadu pertama.
Kejadian A dan kejadian B disebut dua kejadian saling bebas jika kejadian
A tidak terpengaruh oleh kejadian B atau sebaliknya kejadian B tidak
terpengaruh kejadian A.
Cara menghitung peluang dua kejadian saling bebas:
Perhatikan contoh di atas:
-A adalah kejadian munculnya mata dadu pertama angka tiga
A={(3,1),(3,2),(3,3),(3,4),(3,5),(3,6)}
n(A)=6
6
1
36
6
) (
) (
) ( = = =
S n
A n
A P
-B adalah kejadian munculnya mata dadu kedua angka empat
B={(1,4),(2,4),(3,4),(4,4),(5,4),(6,4)}
n(B)=6
6
1
36
6
) (
) (
) ( = = =
S n
B n
B P
1 2 3 4 5 6
1 (1,1) (1,2) (1,3) (1,4) (1,5) (1,6)
2 (2,1) (2,2) (2,3) (2,4) (2,5) (2,6)
3 (3,1) (3,2) (3,3) (3,4) (3,5) (3,6)
4 (4,1) (4,2) (4,3) (4,4) (4,5) (4,6)
5 (5,1) (5,2) (5,3) (5,4) (5,5) (5,6)
6 (6,1) (6,2) (6,3) (6,4) (6,5) (6,6)
= B A
1 ) ( = B A n
{(3,4)},
36
1
) (
) (
) ( =

=
S n
B A n
B A P
Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan bahwa:
) ( ) ( ) ( B P A P B A P =
Kesimpulan:
Jika kejadian A dan kejadian B saling bebas, maka berlaku:
) ( ) ( ) ( B P A P B A P =
Sebaliknya jika
) ( ) ( ) ( B P A P B A P =
kejadian A dan kejadian B tidak saling bebas
Menghitung Peluang Kejadian Bersyarat
Contoh:
Misalkan pada pelemparan sebuah dadu.
Tentukan kejadian munculnya angka ganjil jika disyaratkan
kejadian munculnya mata dadu prima disyaratkan terlebih dahulu.
Mula-mula ruang contoh adalah S={1,2,3,4,5,6}.
Dengan syarat bahwa munculnya mata dadu angka prima terjadi lebih dahulu,
maka ruang contoh menjadi {2,3,5}.
Dalam ruang contoh yang baru, kejadian munculnya mata dadu ganjil adalah {3,5}.
Kejadian ini disebut kejadian bersyarat,
yaitu kejadian munculnya angka ganjil yang ditentukan oleh persyaratan kejadian
munculnya mata dadu angka prima terlebih dahulu.
Kejadian A dengan syarat kejadian B terlebih dulu ditulis A|B.
Sebaliknya jika kejadian B dengan syarat kejadian A terjadi lebih dulu ditulis B|A.
Cara menghitung peluang kejadian bersyarat
Perhatikan contoh di atas:
-Dalam ruang contoh semula S={1,2,3,4,5,6}, n(S)=6
A adalah kejadian munculnya mata dadu angka ganjil,
A={1,3,5}, jadi n(A)=3 dan
6
3
) ( = A P
B adalah kejadian munculnya matadadu prima, B={2,3,5}, jadi n(B)=3 dan
6
3
) ( = B P
} 5 , 3 { = B A 2 ) ( = B A n
6
2
) ( = B A P
Kejadian
, sehingga
dan
-Dalam ruang contoh yang baru B={2,3,5}, n(B)=3
Kejadian bersyarat A|B={3,5}, n(A|B)=2
Peluang kejadian bersyarat A|B adalah
3
2
) (
) | (
) | ( = =
B n
B A n
B A P
6
2
) ( = B A P
6
3
) ( = A P
6
3
) ( = B P
3
2
) | ( = B A P
Kita peroleh
, , ,
, sehingga kita peroleh hubungan
) | ( ) ( ) ( B A P B P B A P =
) (
) (
) | (
B P
B A P
B A P

=
Kesimpulan:
1. Peluang kejadian A dengan syarat kejadian B terjadi lebih dulu,
ditentukan dengan aturan
) (
) (
) | (
B P
B A P
B A P

=
0 ) ( = B P
2. Peluang B kejadian dengan syarat kejadian A terjadi lebih dulu,
ditentukan dengan aturan
) (
) (
) | (
A P
B A P
A B P

=
0 ) ( = A P
Contoh
Dua buah dadu dilempar bersama-sama sebanyak satu kali.
Hitunglah peluang kejadian munculnya angka 2 pada dadu pertama
dengan syarat kejadian munculnya jumlah mata dadu kurang dari 6 terjadi lebih dahulu.
Jawab:
Ruang contoh percobaan tersebut adalah
1 2 3 4 5 6
1 (1,1) (1,2) (1,3) (1,4) (1,5) (1,6)
2 (2,1) (2,2) (2,3) (2,4) (2,5) (2,6)
3 (3,1) (3,2) (3,3) (3,4) (3,5) (3,6)
4 (4,1) (4,2) (4,3) (4,4) (4,5) (4,6)
5 (5,1) (5,2) (5,3) (5,4) (5,5) (5,6)
6 (6,1) (6,2) (6,3) (6,4) (6,5) (6,6)
Misalkan:
A adalah kejadian munculnya angka 2 pada mata dadu pertama,
maka A={(2,1),(2,2),(2,3),(2,4),(2,5),(2,6)},
jadi
6
1
36
6
) ( = = A P
B adalah kejadian munculnya jumlah mata dadu kurang dari 6,
maka B={(1,1),(1,2),(2,1),(1,3),(2,2),(3,1),(1,4),(2,3),(3,2),(4,1)},
jadi
36
10
) ( = B P
)} 3 , 2 ( ), 2 , 2 ( ), 1 , 2 {( = B A
12
1
36
3
) ( = = B A P
, maka
10
36
12
1
36
10
12
1
) (
) (
) | ( = =

=
B P
B A P
B A P
10
3
=
Jadi peluang kejadian munculnya angka 2 pada dadu pertama
dengan syarat kejadian munculnya jumlah mata dadu kurang dari 6 terjadi lebih dahulu adalah
10
3
) | ( = B A P

Anda mungkin juga menyukai