Peritonitis merupakan salah satu keadaan akut abdomen yang dapat membahayakan nyawa penderitanya Peritonitis karena perforasi gaster merupakan peritoniti ketiga tersering, dibawah appendisitis perforasi dan ileus obstruktif Penyebab tersering perforasi gaster adalah adanya tukak lambung yang menahun dan dewasa ini prevalensinya semakin meningkat Latar Belakang
Peritoneum merupakan suatu lapisan serosa yang melapisi rongga perut yang dibagi menjadi dua bagian yaitu peritoneum parietalis dan viseralis Peritonitis merupakan suatu proses radang dari peritoneum Perforasi merupakan suatu keadaan terbentuknya lubang dari suatu organ berongga biasanya merupakan organ saluran cerna Peritonitis et causa perforasi gaster merupakan suatu keadaan terjadinya peradangan pada peritoneum karena terbentuknya lubang pada dinding abdomen, keluarnya isi lambung akan mengakibatkan terjadinya peradangan peritoneum Definisi
Bagian-bagian lambung: Cardia Fundus Corpus Antrum Pylorus Kurvatura mayor Kurvatura minor Anatomi Lambung
Histologi
Di Amerika Serikat, peptic ulcer disease (PUD) mempengaruhi sekitar 4,5 juta orang setiap tahun dengan 20% disebabkan H. Pylori. Prevalensi tukak gaster pada laki-laki adalah 11-14% dan prevalensi pada wanita adalah 8-11%. Di Indonesia, ditemukan antara 6-15% pada usia 20- 50 tahun. Diperkirakan setidaknya ada 3.000 orang di Amerika Serikat yang meninggal dunia akibat perforasi tukak gaster.
Epidemiologi
Sebanyak 2-10% perforasi gaster terjadi karena adanya tukak peptik 70% kematian pada tukak lambung terjadi karena peritonitis. Perforasi karena ulkus peptikum sering terjadi beberapa tempat 60% pada bagian anterior duodenum, 20% pada bagian antrum, dan 20% pada bagian kurvatura minor. Perforasi karena peptic ulcer dahulu lebih sering pada usia muda (20-30 tahun), tetapi saat ini terjadi lebih sering ditemukan pada usia lanjut (40-60 tahun) dan lebih sering ditemukan pada perempuan Di Amerika Serikat tukak lambung dilaporkan terjadi pada 4,5 juta orang, dengan 3000 kematian setiap tahunnya karena perforasi tukak lambung. Epidemiologi
Peritoneal fat line menghilang / memudar Pneumoperitoneum (trap air, semilunar shadow) Foto polos abdomen Baik untuk trauma abdomen (FAST) Dapat mengetahui ada tidaknya cairan di cavum abdomen Kurang dapat mendeteksi udara USG Paling baik, bahkan dapat mengetahui udara dalam jumlah kecil
Ct-scan Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis Peritoneal Lavage
Pemeriksaan Penunjang Bila ada trauma abdomen dengan hemodinamik tidak stabil Bermakna bila : 10 cc/blood 100,000 RBCs/mm 3
500 WBCs/mm 3
Presence of bile, bacteria or food particles Serum Amylase > 175IU/ml
Esophagus Forceful vomiting Termed Boerhaave's syndrome Iatrogenic causes Typically perforation with an esophagoscope, balloon dilator, or bougie Ingestion of corrosive material Stomach or duodenum Peptic ulcer disease In about one third of patients, no previous history of ulcer symptoms In about 20%, no free air visible on x-ray Ingestion of corrosive material Typically stomach Intestine Strangulating obstruction Possibly acute appendicitis and Meckel's diverticulitis Free air rarely visible on x-rays Diagnosis Banding
Colon Obstruction Typically perforates at cecum High risk: Colon > 13 cm diameter, patients receiving prednisone
or other immunosuppressants (symptoms and signs may be minimal in this group) Diverticulitis Inflammatory bowel disease (ulcerative colitis, Crohn's disease)
Toxic megacolon Sometimes spontaneous Gallbladder Iatrogenic injury during cholecystectomy or liver biopsy Usually biliary tree Rarely, acute cholecystitis Usually walled off by omentum Diagnosis Banding
Preoperatif Operatif Postoperatif Penatalaksanaan
Resusitasi cairan Antibiotik broad spectrum Oksigen dan ventilator NGT, kateter dan monitor TTV Preoperatif
Tujuan utama tindakan operatif pada peritonitis: Mengontrol sumber kontaminasi Peritoneal lavage Pertioneal drainage
Dapat dilakukan dengan dua cara: Open laparatomi Minimal invasive surgery (laparascopic)
Operatif
Primary closure by intterupted suture Primary closure by interrupted sutured covered with pedicled omentoplasty Cellan-Jones repair: plugging the perforation with pedicled omentoplasty
Graham patch: plugging the perforation with free omental plug
Dengan normal saline yang telah dihangatkan sesuai suhu tubuh, 6-10 liter cairan normal saline, bahkan ada yang menyatakan bahwa pembilasan rongga abdomen dalam keadaan ini memerlukan 30 liter normal saline hangat.
Peritoneal Drainage
Bertujuan untuk mengurangi penumpukan cairan dalam rongga abdomen Mengurangi kemungkinan terjadinya abses
Kerugian : dapat meningkatkan resiko infeksi sekunder (10%), dan dapat mengakibatkan strangulasi saluran cerna Peritoneal Drain
Postoperatif Management Nasogastric tube setidaknya selama 48 jam setelah operasi, Makanan oral sebaiknya mulai diberikan setelah 3 hari postoperasi dimulai dengan makanan yang lunak terlebih dahulu. Antibiotik Bila tukak lambung disebabkan oleh infeksi H. pylori perlu diberikan triple terapi untuk eradikasi H. pylori yaitu PPI, klaritromisin dan amoksisilin atau metronidazole selama 14 hari. Endoskopi perlu di ulang setidaknya 1 kali setelah 8 minggu post operasi untuk mengetahui proses penyembuhan lambung dan untuk melihat apakah eradikasi H. pylori berhasil atau tidak.
Postoperatif
Jenis Komplikasi Prevalensi Pneumonia 3,60-30% Infeksi luka 10-17% Urinary tract infection 14-15% Kebocoran jahitan 2-16% Pembentukan abses 0-9% Gangguan jantung 5% Ileus 2-4% Fistula 0,5-4% Luka tidak menutup 2,5-6% Kebocoran empedu 4,9% Perdarahan 0,6% Reoperasi 2-9% Sepsis 2,5% Stroke 4% Death 5-11% Komplikasi
Faktor resiko Skor Lama terjadi perforasi < 24 jam > 24 jam