100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
350 tayangan18 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang neuralgia post herpetik, yaitu nyeri yang muncul setelah ruam herpes zoster sembuh. Nyeri ini disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster dan insidensinya bervariasi tergantung umur. Pengobatan neuralgia post herpetik meliputi antivirus, analgesik, antiepilepsi, antidepressan, terapi topikal, dan non-farmakologis seperti akupunktur. Pencegahannya dapat dilakukan dengan mencegah infeksi
Deskripsi Asli:
Slide tentang Neuralgia Post Herpetika bagian neurologi.
Dokumen tersebut membahas tentang neuralgia post herpetik, yaitu nyeri yang muncul setelah ruam herpes zoster sembuh. Nyeri ini disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster dan insidensinya bervariasi tergantung umur. Pengobatan neuralgia post herpetik meliputi antivirus, analgesik, antiepilepsi, antidepressan, terapi topikal, dan non-farmakologis seperti akupunktur. Pencegahannya dapat dilakukan dengan mencegah infeksi
Dokumen tersebut membahas tentang neuralgia post herpetik, yaitu nyeri yang muncul setelah ruam herpes zoster sembuh. Nyeri ini disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster dan insidensinya bervariasi tergantung umur. Pengobatan neuralgia post herpetik meliputi antivirus, analgesik, antiepilepsi, antidepressan, terapi topikal, dan non-farmakologis seperti akupunktur. Pencegahannya dapat dilakukan dengan mencegah infeksi
Nyeri post herpetikum (Neuralgia Post Herpetik = NPH / Post Herpetic Neuralgia = PHN) merupakan nyeri persisten yang muncul setelah ruam Herpes Zoster telah sembuh (biasanya dalam 1 bulan). Nyeri ini terjadi disepanjang serabut saraf yang mengikuti pola ruam segmental dari Herpes Zoster. 3
Di Amerika Serikat, frekuensi PHN yang terjadi 1 bulan setelah onset dilaporkan sebanyak 9-14,3 % dan 3 bulan setelah onset sebanyak 5 %, sedangkan dalam waktu 1 tahun, 3 % akan mengalami nyeri yang lebih berat. 6
Insiden bervariasi berdasarkan umur dan status imunologis, dari range 0,4 hingga 1,6 kasus per 1.000 populasi normal pada usia dibawah 20 tahun, dan 4,5 hingga 11 kasus per 1.000 populasi normal pada usia 80 tahun atau lebih. 7
Sebuah penelitian di Islandia menunjukkan bahwa variasi resiko PNH ini dihubungkan dengan kelompok umur tertentu. Neuralgia post herpetik disebabkan oleh infeksi virus herpes zoster. Virus varisella zoster merupakan salah satu dari delapan virus herpes yang menginfeksi manusia Fase akut: fase nyeri timbul bersamaan/ menyertai lesi kulit. Biasanya berlangsung < 4 minggu Fase subakut: fase nyeri menetap > 30 hari setelah onset lesi kulit tetapi < 4 bulan Neuralgia post herpetik: dimana nyeri menetap > 4 bulan setelah onset lesi kulit atau 3 bulan setelah penyembuhan lesi herpes zoster. A. Anamnesis
Nyeri erupsi vesikuler sesuai dengan area dermatom merupakan gejala tipikal herpes zoster. Seiring dengan terjadinya resolusi pada erupsi kulit, nyeri yang timbul berlanjut hingga 3 bulan atau lebih, atau yang dikenal sebagai nyeri post herpetik. Nyeri ini sering digambarkan sebagai rasa terbakar, tertusuk- tusuk, gatal atau tersengat listrik b. Pemeriksaan Fisik
Nyeri kepala, yang timbul sebagai respon dari viremia Munculnya area kemerahan pada kulit 2-3 hari setelahnya Daerah terinfeksi herpes zoster sebelumnya mungkin terdapat skar kutaneus Sensasi yang ditimbulkan dapat berupa hipersensitivitas terhadap sentuhan maupun suhu, yang sering misdiagnosis sebagai miositis, pleuritik, maupun iskemia jantung, serta rasa gatal dan baal yang misdiagnosis sebagai urtikaria Muncul blister yang berisi pus, yang akan menjadi krusta (2- 3 minggu kemudian) Krusta yang sembuh dan menghilangnya rasa gatal, namun nyeri yang muncul tidak hilang dan menetap sesuai distribusi saraf (3-4 minggu setelahnya). Alodinia, yang ditimbulkan oleh stimulus non-noxius, seperti sentuhan ringan Perubahan pada fungsi anatomi, seperti meningkatnya keringat pada area yang terkena nyeri ini. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu:
5,8,13
Pemeriksaan neurologis pada nervus trigeminus dan pemeriksaan neurologis lainnya. Elektromiografi (EMG) untuk melihat aktivitas elektrik pada nervus Cairan cerebrospinal (CSF) abnormal dlm 61% kasus Pleositosis ditemui pada 46% kasus, peningkatan protein 26% dan DNA VZV 22% kasus. Smear vesikel dan PCR untuk konfirmasi infeksi. Kultur viral atau pewarnaan immunofluorescence bisa digunakan untuk membedakan herpes simpleks dengan herpes zoster Mengukur antibodi terhadap herpes zoster. Peningkatan 4 kali lipat mendukung diagnosis herpes zoster subklinis Antivirus asiklovir, Valacyclovir, Famciclovir. Asiklovir diberikan dengan dosis anjuran 5 x 800 mg/hari selama 7 10 hari diberikan pada 3 hari pertama sejak lesi muncul.
Efek samping yang dapat ditemukan dalam penggunaan obat ini adalah mual, muntah, sakit kepala, diare, pusing, lemah, anoreksia, edema, dan radang tenggorokan. Analgesik -Analgesik non opioid : Paracetamol -Analgesic opioid : Tramadol 400mg/hari
Anti epilepsi 1) memodulasi voltage-gated sodium channel dan kanal kalsium 2) meningkatkan efek inhibisi GABA, dan 3) menghambat transmisi glutaminergik yang bersifat eksitatorik. Anti depressan Obat golongan ini mempunyai mekanisme memblok reuptake (pengambilan kembali) norepinefrin dan serotonin. Obat ini dapat mengurangi nyeri melalui jalur inhibisi saraf spinal yang terlibat dalam persepsi nyeri. Amitriptilin 25-150 mg/hari Terapi topikal Anestesi lokal memodifikasi konduksi aksonal dengan menghambat voltage-gated sodium channels. Inaktivasi menyebabkan hambatan terhadap terjadinya impuls ektopik spontan.
Cara mencegah Nyeri Post Herpetikum ini adalah dengan mencegah terinfeksinya virus Zoster itu sendiri. 7 Pencegahan neuralgia pascaherpetika dapat diusahakan dengan kombinasi agen antiviral dan usaha agresif mengurangi nyeri akut pada pasien herpes zoster. Umumnya prognosisnya baik, di mana ini bergantung pada tindakan perawatan sejak dini. pada umumnya pasien dengan neuralgia post herpetika respon terhadap analgesik seperti antidepressan trisiklik.