Anda di halaman 1dari 18

Abdul Rahim Mohamad Nor C11110871

Dwi Atmaji Norwanto C11109797


Andi Yaumil Aliyah T. 110210073

Nyeri post herpetikum (Neuralgia Post
Herpetik = NPH / Post Herpetic Neuralgia =
PHN) merupakan nyeri persisten yang
muncul setelah ruam Herpes Zoster telah
sembuh (biasanya dalam 1 bulan). Nyeri ini
terjadi disepanjang serabut saraf yang
mengikuti pola ruam segmental dari Herpes
Zoster.
3



Di Amerika Serikat, frekuensi PHN yang terjadi 1
bulan setelah onset dilaporkan sebanyak 9-14,3
% dan 3 bulan setelah onset sebanyak 5 %,
sedangkan dalam waktu 1 tahun, 3 % akan
mengalami nyeri yang lebih berat.
6

Insiden bervariasi berdasarkan umur dan status
imunologis, dari range 0,4 hingga 1,6 kasus per
1.000 populasi normal pada usia dibawah 20
tahun, dan 4,5 hingga 11 kasus per 1.000
populasi normal pada usia 80 tahun atau lebih.
7

Sebuah penelitian di Islandia menunjukkan
bahwa variasi resiko PNH ini dihubungkan dengan
kelompok umur tertentu.
Neuralgia post herpetik disebabkan oleh
infeksi virus herpes zoster. Virus varisella
zoster merupakan salah satu dari delapan
virus herpes yang menginfeksi manusia
Fase akut: fase nyeri timbul bersamaan/
menyertai lesi kulit. Biasanya berlangsung <
4 minggu
Fase subakut: fase nyeri menetap > 30 hari
setelah onset lesi kulit tetapi < 4 bulan
Neuralgia post herpetik: dimana nyeri
menetap > 4 bulan setelah onset lesi kulit
atau 3 bulan setelah penyembuhan lesi
herpes zoster.
A. Anamnesis

Nyeri erupsi vesikuler sesuai dengan area
dermatom merupakan gejala tipikal herpes
zoster. Seiring dengan terjadinya resolusi pada
erupsi kulit, nyeri yang timbul berlanjut hingga
3 bulan atau lebih, atau yang dikenal sebagai
nyeri post herpetik. Nyeri ini sering
digambarkan sebagai rasa terbakar, tertusuk-
tusuk, gatal atau tersengat listrik
b. Pemeriksaan Fisik

Nyeri kepala, yang timbul sebagai respon dari viremia
Munculnya area kemerahan pada kulit 2-3 hari setelahnya
Daerah terinfeksi herpes zoster sebelumnya mungkin
terdapat skar kutaneus
Sensasi yang ditimbulkan dapat berupa hipersensitivitas
terhadap sentuhan maupun suhu, yang sering misdiagnosis
sebagai miositis, pleuritik, maupun iskemia jantung, serta
rasa gatal dan baal yang misdiagnosis sebagai urtikaria
Muncul blister yang berisi pus, yang akan menjadi krusta (2-
3 minggu kemudian)
Krusta yang sembuh dan menghilangnya rasa gatal, namun
nyeri yang muncul tidak hilang dan menetap sesuai distribusi
saraf (3-4 minggu setelahnya).
Alodinia, yang ditimbulkan oleh stimulus non-noxius, seperti
sentuhan ringan
Perubahan pada fungsi anatomi, seperti meningkatnya
keringat pada area yang terkena nyeri ini.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu:

5,8,13

Pemeriksaan neurologis pada nervus trigeminus dan
pemeriksaan neurologis lainnya.
Elektromiografi (EMG) untuk melihat aktivitas elektrik
pada nervus
Cairan cerebrospinal (CSF) abnormal dlm 61% kasus
Pleositosis ditemui pada 46% kasus, peningkatan protein
26% dan DNA VZV 22% kasus.
Smear vesikel dan PCR untuk konfirmasi infeksi.
Kultur viral atau pewarnaan immunofluorescence bisa
digunakan untuk membedakan herpes simpleks dengan
herpes zoster
Mengukur antibodi terhadap herpes zoster. Peningkatan
4 kali lipat mendukung diagnosis herpes zoster subklinis
Antivirus
asiklovir, Valacyclovir, Famciclovir. Asiklovir
diberikan dengan dosis anjuran 5 x 800 mg/hari
selama 7 10 hari diberikan pada 3 hari
pertama sejak lesi muncul.

Efek samping yang dapat ditemukan dalam
penggunaan obat ini adalah mual, muntah,
sakit kepala, diare, pusing, lemah, anoreksia,
edema, dan radang tenggorokan.
Analgesik
-Analgesik non opioid : Paracetamol
-Analgesic opioid : Tramadol 400mg/hari

Anti epilepsi
1) memodulasi voltage-gated sodium channel
dan kanal kalsium
2) meningkatkan efek inhibisi GABA, dan
3) menghambat transmisi glutaminergik yang
bersifat eksitatorik.
Anti depressan
Obat golongan ini mempunyai mekanisme
memblok reuptake (pengambilan kembali)
norepinefrin dan serotonin. Obat ini dapat
mengurangi nyeri melalui jalur inhibisi saraf
spinal yang terlibat dalam persepsi nyeri.
Amitriptilin 25-150 mg/hari
Terapi topikal
Anestesi lokal memodifikasi
konduksi aksonal dengan
menghambat voltage-gated
sodium channels. Inaktivasi
menyebabkan hambatan terhadap
terjadinya impuls ektopik
spontan.

Terapi non farmakologis
- Akupuntur
- TENS (stimulasi saraf elektris transkutan)
- Vaksin

Cara mencegah Nyeri Post Herpetikum ini
adalah dengan mencegah terinfeksinya virus
Zoster itu sendiri.
7
Pencegahan neuralgia
pascaherpetika dapat diusahakan dengan
kombinasi agen antiviral dan usaha agresif
mengurangi nyeri akut pada pasien herpes
zoster.
Umumnya prognosisnya baik, di mana ini
bergantung pada tindakan perawatan sejak
dini. pada umumnya pasien dengan neuralgia
post herpetika respon terhadap analgesik
seperti antidepressan trisiklik.

Anda mungkin juga menyukai