OLEH
YUNITA REFOMI
ARIS RACHMAN HAKIM
AYU VIANTI
DENDI ANDREAN
PENDAHULUAN
Stroke merupakan salah satu sindrom neurologi yang
merupakan ancaman terbesar menimbulkan kecacatan
dalam kehidupan manusia. Di Amerika stroke
menempati urutan ketiga penyebab kematian setelah
penyakit jantung dan kanker. Sedangkan di Indonesia
data nasional stroke menunjukkan angka kematian
tertinggi 15,4%
Berbagai fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini,
stroke masih merupakan masalah utama di bidang
neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk
mengatasi masalah krusial ini diperlukan strategi
penangulangan stroke yang mencakup aspek preventif,
terapi rehabilitasi, dan promotif.
DEFINISI STROKE
Stroke adalah sindroma fokal neurologi yang terjadi mendadak
dengan tipe spesifik akibat penyakit pada pembuluh darah otak.
Terminologi penyakit pembuluh darah otak adalah semua
abnormalitas otak akibat proses patologik pada pembuluh darah
otak. Proses ini dapat berupa penyumbatan lumen pembuluh darah
oleh trombosis atau emboli, pecahnya dinding pembuluh darah
menyebabkan perdarahan, perubahan permeabilitas dinding
pembuluh darah dan perubahan viskositas maupun kualitas darah
sendiri
Stroke iskemik merupakan stroke yang terjadi akibat penyumbatan
pembuluh darah serebral yang menyebabkan terjadinya iskemik dan
nekrosis di daerah yang mengalami kekurangan pasokan aliran
darah di bawah batas yang dibutuhkan sel otak untuk tetap
bertahan (survive).
KLASIFIKASI
Stroke Iskemik terbagi lagi menjadi 3 yaitu:
Stroke Trombotik: proses terbentuknya
thrombus yang membuat penggumpalan.
Stroke Embolik: Tertutupnya pembuluh arteri
oleh bekuan darah.
Hipoperfusion Sistemik: Berkurangnya aliran
darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya
gangguan denyut jantung.
FAKTOR RESIKO
Hipertensi
Fibrilasi Atrium (FA) Penyakit Katup Jantung
Diabetes Mellitus
Hematokrit, Fibrinogen dan Polisitemia
Hiperkolesterolemia
Pil Kontrasepsi, Merokok, Alkohol dan Riwayat
Stroke
ANATOMI PEMBULUH DARAH OTAK
2/3 otak depan kedua belahan otak dan struktur
subkortikal mendapat darah dari sepasang arteri
karotis interna, sedangkan 1/3 bagian belakang yang
meliputi serebellum, korteks oksipital bagiann
posterior batang otak, memperoleh darah dari
sepasang arteri vertebralis kanan dan kiri dan
kemudian bersatu menjadi arteri basilaris. Kedua arteri
utama ini disebut sistem karotis interna dan sistem
vertebrobasiler. Kedua sistem ini beranastomosis
membentuk sirkulus arteriosus Willisi. Sirkulus ini
merupakan lingkaran tertutup dan berada di dasar
hipotalamus dan khiasma optikum.
FISIOLOGI OTAK
Jumlah aliran darah ke otak (CBF) biasanya
dinyatakan dalam cc/menit/100 gram otak.
Nilainya tergantung pada tekanan perfusi otak
(cerebral perfusio pressure/ CPP) dan
resistensi serebrovaskuler (cerebrovascular
resistance/ CVR).
CBF = CPP = MABP ICP
CVR CVR
Komponen CPP ditentukan oleh tekanan darah
sitemik (mean arterial blood pressure/ MABP)
dikurangi dengan tekanan intrakranial,
sedangkan komponen CVR ditentukan oleh
beberapa faktor, yaitu:
Tonus pembuluh darah otak
Struktur dinding pembuluh darah
Viskositas darah yang melewati pembuluh
darah otak
Patogenesis Infark Otak
Iskemik otak dapat bersifat fokal atau global. Terdapat
perbedaan etiologi keduanya. Padda iskemik global,
aliran otak secara keseluruhan menurun akibat tekanan
perfusi, misalnya karena syok irreversible akibat henti
jantung, perdarahan sistemik yang masif, fibrilasi artrial
berat dan lain-lain. Sedangkan iskemiuk fokal terjadi
akibat menurunnya tekanan perfusi otak regional.
Keadaan ini disebabkan oleh sumbatan atau pecahnya
salah satu pembuluh darah di otak di daerah sumbatan
atau tertutupnya aliran darah atau sebagian atau
seluruh lumen pembuluh darah otak
MANIFESTASI KLINIS
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan
peredaran darah di otak bergantung pada berat
ringannya gangguan pembuluh darah dan lokalisasinya
Gejala utama stroke iskemik akibat trombosis serebri
ialah timbulnya defisit neurologik secara
mendadak/subakut, terjadi pada waktu istirahat atau
bangun pagi dan kesadaran biasanya tidak menurun.
Biasanya terjadi pada usia lebih dari 50 tahun.
Sedangkan stroke iskemik akibat emboli serebri
didapatkan pada usia lebih muda, terjadi mendadak
dan pada waktu beraktifitas. Kesadaran dapat menurun
bila emboli cukup besar.
Gangguan pada sistem karotis
Pada cabangnya yang menuju otak bagian tengah (a.serebri media) dapat
terjadi gejala:
Gangguan rasa di daerah muka dan sesisi atau disertai gangguan rasa di
lengan dan tungkai sesisi
Gangguan gerak dan kelumpuhan dari tingkat ringan sampai total pada
lengan dan tungkai sesisi (hemiparesis/hemiplegi)
Gangguan untuk berbicara baik berupa sulit mengeluarkan kata-kata atau
sulit mengerti pembicaraan orang lain, ataupun keduanya (afasia)
Gangguan pengelihatan dapat berupa kebutaan satu sisi, atau separuh
lapangan pandang (hemianopsia)
Mata selalu melirik ke satu sisi
Kesadaran menurun
Tidak mengenal orang-orang yang sebelumnya dikenalnya
Pada cabangnya yang menuju otak bagian
depan (a.serebri anterior) dapat terjadi gejala:
Kelumpuhan salah satu tungkai dan gangguan
saraf perasa
Ngompol (inkontinensia urin)
Penurunan kesadaran
Gangguan mengungkapkan maksud
Pada cabangnya yang menuju otak bagian belakang
(a.serebri posterior), dapat memberikan gejala:
Kebutaan seluruh lapangan pandang satu sisi atau
separuh lapangan pandang pada satu sisi atau separuh
lapangan pandang pada kedua mata. Bila bilateral
disebut cortical blindness.
Rasa nyeri spontan atau hilangnya persepsi nyeri dan
getar pada separuh sisi tubuh.
Kesulitan memahami barang yang dilihat, namun dapat
mengerti jika meraba atau mendengar suaranya.
Gangguan pada sistem
vertebrobasilaris
Gangguan pada sistem vertebrobasilaris dapat menyebabkan
gangguan penglihatan, pandangan kabur atau buta bila gangguan
pada lobus oksipital, gangguan nervus kranialis bila mengenai
batang otak, gangguan motorik, gangguan koordinasi, drop attack,
gangguan sensorik dan gangguan kesadaran.
Selain itu juga dapat menyebabkan:
Gangguan gerak bola mata, hingga terjadi diplopia, sehingga jalan
sempoyongan
Kehilangan keseimbangan
Vertigo
Nistagmus
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Anamnesis:
Defisit neurologis yang terjadi secara tiba-tiba, saat
aktifitas/istirahat, onset, nyeri kepala/tidak,
kejang/tidak, muntah/tidak, kesadaran menurun,
serangan pertama atau berulang. Juga bisa didapatkan
informasi mengenai faktor resiko stroke. Faktor resiko
yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia, jenis
kelamin, ras, dan genetik. Sementara faktor resiko yang
dapat diubah adalah hipertensi, diabetes melitus,
penyakit jantung, riwayat TIA/ stroke sebelumnya,
merokok, kolesterol tinggi dalam darah, dan obesitas.
Pemeriksaan fisis:
Keadaan umum, kesadaran, tanda vital.
Pemeriksaan neurologis dapat dilakukan untuk
melihat apakah ada deficit neurologis, tanda-
tanda perdarahan, tanda-tanda peningkatan
TIK, ataupun tanda-tanda ransang meninges.
Pemeriksaan penunjang:
Penggunaan CT-Scan adalah untuk
mendapatkan etiologi dari stroke yang terjadi.
Pada stroke non-hemoragik, ditemukan
gambaran lesi hipodens dalam parenkim otak.
Sedangkan dengan pemeriksaan MRI
menunjukkan area hipointens.
DIAGNOSIS BANDING
Strok Hemoragik
Ensefalopati toksik/metabolic
Ensefalitis
Lesi struktural intrakranial (hematoma subdural, hematoma
epidural, tumor otak)
Kelainan non neurologis / fungsional (contoh: kelainan jiwa)
Trauma kepala
Ensefalopati hipertensif
Migren hemiplegic
Abses otak
Sklerosis multiple
PENATALAKSANAAN
Pendekatan pada terapi darurat memiliki 3 tujuan:
(1) mencegah cedera otak akut dengan
memuliihkan perfusi kedaerah iskemik noninfark,
(2) membalikkan cedera saraf sedapat mungkin,
(3) mencegah cedera neurologik lebih lanjut
dengan melindungi sel dari daerah penumbra
iskemik dari kerusakan lebih lanjut oleh jenjang
glutamat. Terapi pada stroke iskemik dibedakan
pada fase akut dan pasca akut
Fase akut (hari 0-14 sesudah onset
penyakit)
Sasaran pengobatan : menyelamatkan neuron yang menderita
jangan sampai mati dan agar proses patologik lainnya yang
menyertai tidak mengganggu / mengancam fungsi otak.
Secara umum dipakai patokan 5B, yaitu:
Breathing
Harus dijaga jalan nafas bersih dan longgar, dan bahwa fungsi paru-
paru cukup baik. Pemberian oksigen hanya perlu bila kadar oksigen
darah berkurang.
Brain
Posisi kepala diangkat 20-30 derajat. Udem otak dan kejang harus
dihindari. Bila terjadi udem otak, dapat dilihat dari keadaan
penderta yang mengantuk, adanya bradikardi, atau dengan
pemeriksaan funduskopi
Blood
Jantung harus berfungsi baik, bila perlu pantau EKG.
Tekanan darah dipertahankan pada tingkat optimal, dipantau
jangan sampai menurunkan perfusi otak.
Kadar Hb harus dijaga cukup baik untuk metabolisme otak
Kadar gula yang tinggi pada fase akut, tidak diturunkan dengan
drastis, lebih-lebih pada penderita dengan diabetes mellitus lama.
Keseimbangan elektrolit dijaga.
Bowel
Defekasi dan nutrisi harus diperhatikan. Nutrisi per oral hanya boleh
diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik. Bila tidak baik atau
pasien tidak sadar, dianjurkan melalui pipa nasogastrik
Bladder
Jika terjadi inkontinensia, kandung kemih dikosongkan dengan
kateter intermiten steril atau kateter tetap yang steril, maksimal 5-7
hari diganti, disertai latihan buli-buli.
Penatalaksanaan komplikasi:
Kejang harus segera diatasi dengan
diazepam/fenitoin iv sesuai protokol yang ada,
lalu diturunkan perlahan.
Ulkus stres: diatasi dengan antagonis reseptor H2
Peneumoni: tindakan fisioterapi dada dan
pemberian antibiotik spektrum luas
Tekanan intrakranial yang meninggi diturunkan
dengan pemberian Mannitol bolus: 1 g/kg BB
dalam 20-30 menit kemudian dilanjutkan dengan
0,25-0,5 g/kg BB setiap 6 jam selama maksimal
48 jam. Steroid tidak digunakan secara rutin.
Fase Pasca Akut
Pada fase paska akut dapat diberikan:
Pentoksifilin tablet: 2 x 400 mg
ASA dosis rendah 80-325 mg/hari
Neuroprotektor
Setelah fase akut berlalu, sasaran pengobatan
dititikberatkan pada tindakan rehabilitasi
penderita, dan pencegahan terulangnya
stroke.
Rehabilitasi
Stroke merupakan penyebab utama kecacatan
pada usia di atas 45 tahun, maka paling
penting pada masa ini ialah upaya membetasi
sejauh mungkin kecacatan penderita, fisik dan
mental, dengan fisioterapi, terapi wicara dan
psikoterapi. Rehabilitasi segera dimulai begitu
tekanan darah, denyut nadi, dan pernafasan
penderita stabil.
Terapi preventif
Tujuannya untuk mencegah terulangnya atau
timbulnya serangan baru. Ini dapat dicapai
dengan jalan antara lain mengobati dan
menghindari faktor-faktor risiko strok :
Pengobatan hipertensi
Mengobati diabetes mellitus
Menghindari rokok, obesitas, stress, dll
Berolahraga teratur.
TERIMA KASIH