Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
- Indonesia sebagai negara berkembang
- Menurut data epidemiologik global di negara
berkembang ditemukan insidensi yang lebih
tinggi pada dewasa
- Manifestasi dari osteomielitis sangat
heterogen,menjadi tantangan bagaimana
menegakkan diagnosis sedini mungkin agar
dapat menatalaksana dengan adekuat.

OSTEOMIELITIS
:
Dr. Sylvia Rachman, Sp.Rad

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang
Tulang merupakan jaringan yang terdiri dari sel dan matriks
ekstrasel.
Tulang dalam garis besarnya dibagi atas:
1. Tulang panjang
Yang termasuk tulang panjang misalnya, femur, tibia, fibula,
ulna, dan humerus.
2. Tulang pendek
Contoh tulang pendek antara lain tulang vertebra dan tulang
tulang karpal.
3. Tulang pipih
Yang termasuk tulang pipih antara lain tulang iga, tulang
scapula, dan tulang pelvis.

Fungsi Tulang,
Pertama sebagai penyangga tubuh dan
memungkinkan pergerakan melalui aktifitas otot.
Kedua, untuk melindungi organ dalam seperti
otak, jantung, paru, dan lainnya.
Ketiga, memproduksi sel darah di sumsum tulang.
Keempat sebagai tempat cadangan terbesar
kalsium dan fosfat.1

2.2 Definisi
Osteomielits adalah infeksi pada tulang dan
medula tulang baik karena infeksi piogenik atau
non piogenik.2,3
Infeksi dapat mencapai tulang melalui beberapa
jalur yaitu hematogen, melalui aliran darah dari
fokus infeksi yang jauh dan kontaminasi langsung,
seperti pada luka terbuka (luka tusuk),
pembedahan serta perluasan infeksi jaringan
sekitar, seperti selulitis.4

2.3 Epidemiologi
Insiden tahunan osteomielitis akut berkisar 1/5000 anak di bawah
13 tahun. Penyakit ini lebih cenderung terjadi pada laki-laki dari
pada permpuan dan kebanyakan kasus terjadi pada pasien usia
kurang dari 20 tahun.5
Osteomielitis lebih sering terjadi pada ekstrimitas bawah (90 %)
dibandingkan pada ekstrimitas atas (10%). Tulang yang sering
terkena diantaranya: Tibia (50%), Femur (30%), Fibula (12%),
Humerus (3%), Ulna (3%), dan Radius (2%) .
Sementara kasus osteomielitis kronik adalah 2 kasus / 10.000 orang.
Pada osteomielitis vertebra, kebanyakan pasien berusia diatas 50
tahun dan kejadian meningkat secara progresif dengan
bertambahnya dekade kehidupan. Laki laki 2 kali lebih sering
terkena penyakit ini.6

2.4 Klasifikasi
a. Osteomielitis hematogen akut
Osteomielitis hematogen akut merupakan
infeksi tulang dan sum-sum tulang akut yang
diesebabkan oleh bakteri piogen dimana
mikroorganisme berasal dari fokus di tempat
lain dan beredar melalui sirkulasi darah.

b. Osteomielitis hematogen sub akut


Osteomielitis hematogen sub akut memiliki
gejala lebih ringan dari pada osteomielitis
hematogen akut karena organisme
penyebabnya kurang purulen dan penderita
lebih resisten.

c. Osteomielitis kronis
Umumnya merupakan kelanjutan dari
osteomielitis akut yang tidak terdiagnosis atau
tidak diterapi dengan adekuat dan bila
terdapat sequester pada tulang.

Staging Osteomielitis
Stage 1 : Melibatkan medular tulang dan biasanya
disebabkan oleh satu organisme.
Stage 2 : Melibatkan permukaan tulang dan bisa
terjadi dengan ulkus jaringan lunak dalam.
Stage 3 : Infeksi lokal tulang dan jaringan lunak yang
meluas yang sering merupakan hasil dari
infeksi multimikrobial intramedular atau fraktur
terbuka.
Stage 4 : Menunjukkan keterlibatan tulang dan lapisan
jaringan lunak yang multipel.

Class A : Pasien dengan fisiologis, metabolik


dan fungsi imun yang normal.
Class B : Pasien dengan lokal atau sistemik
immunocompromised.
Class C : Pasien dengan resiko terapi lebih
besar dari pada osteomielitis itu sendiri. Dari
keadaan pasien dapat diprediksi bahwa terapi
akan gagal.

Tipe I
: Luka terbuka dengan ekspos
tulang tanpa bukti infeksi tulang, tetapi ada bukti
infeksi jaringan lunak.
Tipe II
: Osteomielitis memperlihatkan
infeksi circumferntial, kortikal dan endosteal pada
radiografi sebagai respon inflamasi, peningkatan
densitas tulang, dan pindle shape skleroting dari
korteks. Temuan lain adanya resorpsi tulang dan
sequestrum yang dikelilingi involucrum.
Tipe III : Infeksi kortikal dan endosteal dengan
defek segmental tulang.9

2.5 Etiologi
Faktor predisposisi osteomielitis hematogen akut adalah:
Umur, terutama mengenai bayi dan anak-anak.
Jenis kelamin, lebih sering pada laki laki dari pada
wanita dengan perbandingan 4:1
Trauma, hematoma akibat trauma pada daerah
metafisis.
Lokasi, osteomielitis sering terjadi di daerah metafisis
Nutrisi, lingkungan danimunitas yang buruk serta ada
fokus infeksi sebelumnya seperti (bisul dan tonsilis).

Osteomielitis hematogen akut dapat disebabkan


oleh:
Stafilokokus aureus hemolitik (koagulasi
positif) sebanyak 90% dan jarang oleh
Streptokokus hemolitikus
Haemofilus influenza (55%) pada anak di
bawah 4 tahun
Organisme lain seperti B. Colli, Pseudomonas
aerogenus, Salmonella typhosa, dll.3

2.6 Patofisiologi
a. Penyebaran umum
Penyebaran umum osteomielitis melalui sirkulasi darah berupa
bakteremia dan septikemia.
b. Penyebaran lokal
Subperiosteal abses akibat penerobosan abses melalui periost
Selulitis akibat abses subperiosteal menembus sampai bawah kulit
Penyebaran ke dalam sendi sehingga terjadi arthritis septic
Penyebaran ke medulla tulang sekitarnya sehingga system sirkulasi
dalam tulang terganggu.

2.7 Manifestasi Klinis


Gejala gejala umum pada osteomielitis hematogen akut
timbul akibat bakterimia dan septikemia berupa demam tinggi,
malaise serta nafsu makan yang berkurang.

Pemeriksaan fisik:
Nyeri tekan
Gangguan pergerakan sendi (pembengkakann sendi dan bertambah
berat bila terjadi spasme lokal) dapat disebabkan oleh efusi sendi
atau infeksi sendi (arthritis sendi).
Setelah beberapa hari, infeksi yang keluar dari tulang dan mencapai
subkutan akan menimbulkan selulitis sehingga kulit akan
kemerahan.

2.8 Diagnosis
Diagnosis dini dari osteomielitis akut sangat diperlukan
karena dengan tatalaksana lebih awal dengan
pemberian antibiotik dapat mencegah nekrosis tulang.
Penegakkan diagnosis osteomielitis adalah berdasarkan
dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.9
Open biopsi pada tulang dengan pemeriksaan
histopatologi dan kultur merupakan kriteria standar
untuk diagnosis mikrobiologi osteomielitis.
Prosedur ini mungkin tidak dibutuhkan jika hasil kultur
darah positif dengan temuan radiologis sesuai.

Pemeriksaan Penunjang

Pemerikasaan laboratorium2
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan Kultur Darah
Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan Biopsi

Pemeriksaan Radiologis
Radiografi Konvensional
Evaluasi biasanya dimulai dengan foto polos pada semua pasien
yang dicurigai menderita osteomielitis. Foto polos pada awalnya
menunjukkan perubahan jaringan lunak, pembengkakan otot, dan
kaburnya gambaran jaringan lunak.
Temuan awal biasanya ringan dan perubahan bisa tak tampak jelas
sampai 5-7 hari pada anak dan 10 -14 hari pada dewasa. Perubahan
awal yang khas pada tulang termasuk penebalan periosteal, lesi
litik, osteopenia, hilangnya struktur trabekular.2,9,10

Dalam 3 hari setelah gejala muncul, gambaran


foto polos yang dapat ditemukan hanyalah
gambaran jaringan lunak di sekitar metafisis
yang dikenai berupa pembengkakan jaringan
lunak setempat yang kecil dan dalam,
sedangkan struktur tulang dan jaringan lunak
lainnya masih tampak normal pada foto
polos.8

Gambar 2.2 Osteomielitis akut. (A) Osteomielitis akut pada lutut kanan (B) Lutut kiri normal

Abses radiolusen tunggal atau multipel bisa


ditemukan pada stadium sub akut atau kronik
osteomielitis.
Abses Brodie ditemukan pada anak anak,
biasanya muncul di metafisis. Ciri khas pada
osteomielitis kronik adalah nekrosis tulang
yang terbentuk rata rata dalam 10 hari.9,10

Gambar 2.3 Progres dari osteomielitis subakut yang tidak diterapi (Abses Brodie)
pada anak anak (a) ketika pertama kali diperiksa; (b) 5 bulan kemudian; dan (c) 5
tahun kemudian.

CT Scan
CT Scan dapat menilai intregitas tulang, disrupsi
kortikal dan keterlibatan jaringan lunak. Selain itu
CT Scan juga dapat memperlihatkan adanya
edema, fistula intraoseus, dan defek kortikal yang
mengarah ke traktus sinus jaringan lunak.10
Peran utama teknik ini dalam osteomielitis adalah
mendeteksi sequestra pada osteomielitis kronik,
berupa nekrosis tulang yang pada foto polos bisa
tertutupi osseous abnormal disekitarnya.

Gambar 2.4 pasien laki laki umur 43 tahun dengan infeksi Staphilococcus aureus dalam
pemberian kontras IV- CT Scan enhanced dari femur distal menunjukkan rim enhancing
abses (tanda panah kecil) pada jaringan lunak dan peningkatan dari synovium (tanda panah
besar) pada suprapatellar bursa. Peningkatan attenuation pada ruang medular bersamaan
dengan lokasi infeksi.11

MRI
MRI dapat mendeteksi dini osteomielitis dan menilai luasnya
keterlibatan serta aktivitas penyakit dalam kasus infeksi kronis
tulang.
MRI dapat memperlihatkan luas dan lokasi osteomielitis sekaligus
perubahan patologi sumsum tulang dan jaringan lunak. MRI
memungkinkan deteksi dini osteomielitis dan menilai perluasan dari
keterlibatan dan aktivitas penyakit pada kasus kronik.
MRI dipertimbangkan sebagai teknik pencitraan yang paling
bermanfaat untuk mengevaluasi pasien dengan suspek
osteomielitis karena kemampuannya untuk memperlihatkan
perubahan pada kandungan air di sumsum tulang dengan resolusi
struktur dan ruang yang sangat baik.
MRI sangat sensitif untuk mendeteksi osteomielitis secara dini, 3
5 hari setelah onset infeksi.

Gambar 2.5 Osteomielitis Hematogen: Abses Brodie. (A, B) foto polos AP dan lateral dari tibia distal yang tampak
gambaran abses (tanda panah) berbentuk lingkaran, oval, dan lesi radiolusen dengan sklerosis disekelilingnnya
yang meluas hingga ke sendi terdekat. (C) T1 weighted axial pada MRI tampak lesi hipointens berlobulus di
intramedular dengan batas yang jelas. (D, E) T1 weighted coronal dan T2 fat suppressed menunjukkan
keterlibatan sumsum tulang. (F) T2 fat suppressed Sagital memperlihatkan lesi sirkular hiperintens dan berbatas
tegas.9

Anda mungkin juga menyukai