REPUBLIK INDONESIA
TOPIK BAHASAN
1. Pendahuluan
2. Perkembangan Perekonomian Terkini dan
Proyeksi Jangka Menengah
3. Arah dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal
2015-2019
4. Penutup
PENDAHULUAN
1. Dengan ditetapkannya Pemerintah Baru, perlu disusun RPJMN
2015-2019, sesuai dengan visi misi Presiden 2014-2019, dengan
tetap memperhatikan tahapan pencapaian sasaran jangka
panjang dalam RPJPN 2005-2025
2. RPJMN 2015-2019 harus sejalan dengan arah dan pokok-pokok
kebijakan Fiskal jangka menengah
3. Kebijakan fiskal jangka menengah disusun dengan
memperhatikan perkembangan dan proyeksi perkonomian, baik
global maupun domestik
4. Arah Umum Kebijakan Fiskal 2015 - 2019
a.
b.
c.
20
15
Tiongkok
Japan
Euro area
ASEAN-5
10
5
0
2010
2011
2012
2013
2014f
2015f
-5
ASEAN,
20.2%
India, 8.
4%
AS,
Uni
9.8% Eropa,
11.4%
Tiongkok
13.9%
Jepang,
11.0%
Investasi Portofolio
Investasi Langsung
400
350
79
89
44
72
300
250
322
324
321
322
2012
2013
2014f
2015f
200
Kinerja
Nilai Tukar
IHSG
Inflasi
Inflasi sepanjang tahun 2013 sebesar 8,38% (ytd, yoy), rata-rata inflasi 2013: 6,97%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata
2012: 4,28% (SBH 2007)
Inflasi Oktober 2014 : 0,47% (mtm) , 4,19% (ytd) atau 4,83% (yoy)
Yield SUN
Selama Oktober 2014: Saham outflow Rp3,20 triliun, SUN Inflow Rp12,49 triliun
Di pasar SUN, posisi kepemilikan asing per 19 November 2014 adalah sebesarRp464,18T
Per 31 Des 2013: Yield SUN 10Y 8,47%, Yield SUN 5Y 8,07%.
Per 2 Jan 2014: Yield SUN 10Y 8,57%, Yield SUN 5Y 8,09%
Per 24 November 2014: Yield SUN 10Y 7,73%, Yield SUN 5Y 7,62%
Periode 1 Jan 24 November 2014 : Yield SUN 10Y Tertinggi 9,18% -- Terendah 7,73%
Yield SUN 5Y Tertinggi 8,67% -- Terendah 7,56%
Kinerja
Investasi Langsung
Perdagangan
Internasional
Jan Des 2013: Ekspor tumbuh -3.93% (yoy). Impor tumbuh -2,64% (yoy)
September 2014 : Ekspor naik 3,87% (yoy) menjadi US$15,28 miliar, sementara impor
turun 0,23% (yoy) menjadi US$15,55 miliar. Defisit neraca perdagangan sebesar US$270
juta.
Jan-Sep 2014 : ekspor turun 0,93% (yoy) menjadi US$132,71 miliar, sementara impor
turun 4,26% (yoy) menjadi US$134,37 miliar. Defisit perdagangan sebesar US$1,68 miliar.
Neraca Pembayaran
Pada Q1-2014, defisit transaksi berjalan kembali menyempit menjadi US$4.2 miliar (2.0% PDB)
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar US$4.3 miliar (2.1% PDB). Surplus transaksi modal dan
finansial turun menjadi US$7.8 miliar yang berasal dari defisit investasi lainnya.
Q2 2014 surplus NPI meningkat dari US$2,1 miliar pada Q1 menjadi US$4,3 miliar. Membaiknya kinerja
NPI tersebut ditopang oleh transaksi modal dan finansial yang mencatat peningkatan surplus yang
signifikan.
2015
Indikator
APBNP
Outlook
APBN
Outlook
5,5
5,1
5,8
5,8
5,3
7,3
4,4
4,7
6,0
5,9
6,0
6,2
11.600
11.900
105
99
11.900
105
12.000
95
818
798
900
900
1.224
1.216
1.248
1.248
14
12.768
12
0.08
0.075
10
0.07
6.221
5.736 5.625
5.258 5.618 5.655
6 5.176
4
2
2.818 3.100
4.000
6.486%
6.264%
6.224%
5.781%
0.065
5.600%
5.300%
0.06
0.055
5.900% - 6,5%
6.200%-7,0%
0.05 4.629%
0.045
0.04
0
2010 2011 2012 2013 2014f 2015f 2016f 2017f 2018f 2019f
Pertumbuhan Ekonomi
2009
2010
2011
2012
Volume Perdagangan
0.09
0.08
6.960%
0.07
0.06
3.00%-5,0%
4.400%
4.300%
0.05
5.300%
0.04
3.790%
0.03
3.00%-5,0%
0.02
-4,5%
2.500%
0.01 2.780%
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018*
11,900
12000
11,700
11,400 -12.000
11500
11000
10,452
10,408
10500
10000
9,087
9500
9000
9,384
11,200 -11.800
11,000 -11.600
8,779
8500
8000
2009
2010
2011
2012
10
0.08
5,0% - 7,0%
0.07
0.06
5.800%
4.800%
6.200%
5,0%- 7,0%
4.500%
0.05
3.200%
0.04
4,5% - 6,5%
0.03
0.02
0.01
0
2011
2012
2013
2014*
2015*
2016*
2017*
2018*
112
113
106
110
100
105
105
110
100
90
79
80
70
62
60
2009
2010
2011
2012
11
944
1350
954
899
1300
860
825
845
1269 1260
1224
1250
804
1195
850
1300
1250
1200
900
800
750
1150
750
700
600
1248
1215 1224
1250
1225
1300
1250
1100
1050
550
1000
500
2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018*
2009
2010
2011
2012
Lifting minyak diperkirakan masih dapat meningkat hingga 2016 (bersumber pada
puncak kapasitas Blok Cepu). Namun pada periode selanjutnya produksi akan
menurun dan tidak mampu menutupi penurunan usia sumur-sumur lain yang sudah
tua.
Untuk meningkatkan kapasitas produksi dan lifting dibutuhkan penemuan sumur
sumur minyak baru lain.
Potensi lifting gas lebih baik, mengingat cadangan gas Indonesia yang masih besar
12
Indikator
2016
2017
2018
2019
6,3 - 6,9
6,8 - 7,4
7,2 - 7,8
6,7 - 8,3
3,0 - 5,0
3,0 - 5,0
2,5 - 4,5
2,5 - 4,5
5,0 - 7,0
5,0 - 7,0
4,5 - 6,5
4,5 - 6,5
85 - 105
86 - 106
87 - 107
87 - 107
850 - 900
750 - 800
700 - 750
700 - 709
1.250 - 1.280
1.225 - 1.300
1.250 - 1.300
1.265 - 1.272
13
Stabilisasi makro
& Pertumbuhan
ekonomi
Redistribusi
pendapatan &
perlindungan sosial
15
Kinerja Makroekonomi
yang stabil dan kuat
16
triliun rupiah
persen
1600,0
20,00
18,49
18,00
1400,0
15,44
1200,0
14,11
15,54
15,67
15,83
15,79
16,00
14,51
14,00
13,31
1000,0
11,06
11,26
11,77
11,90
12,21
12,38
12,38
12,00
800,0
10,00
1.077,3
980,5
873,9
600,0
1.380,0
8,00
1.246,1
1.148,4
723,3
619,9
658,7
400,0
1.016,2
6,00
878,7
743,3
609,2
652,0
4,00
200,0
2,00
0,0
2008
2009
Target
2010
Realisasi
2011
2012
2013
2014
APBNP
Tax Ratio termasuk SDA migas dan Pajak Daerah (%)
-
2015
APBN
17
82%
82%
2.000
85%
77%
85%
86%
80%
80%
89%
91%
88%
100%
92%
81%
80%
80%
77%
1.500
50%
1.000
500
0%
2008
Belanja Wajib
2009
2010
2011
2012
2013
2014
APBNP
2015
APBN
Triliun Rupiah
700
Transfer ke Daerah
1. Porsi PAD dalam APBD perlu ditingkatkan.
2. Peningkatan efektivitas dan kualitas Belanja
Daerah.
3. Transparansi dan Akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah perlu ditingkatkan.
2.500
90,9
90,5
89,3
93,7
95,6
100
90
600
80
500
70
60
400
50
300
40
30
200
20
100
10
0
2010
2011
2012
2013
2014 *
18
(triliun Rp)
14.000
25,6
25,6
24,4
12.000
24,4
24,0
27
26,2
26,2
25,6
25,6
25
24,0
(%)
(%)
Rp triliun
1.
2.
3.
4.
100
84.3
41.5
25
50
8.9
5.2
10.000
23
8.000
21
6.000
0
2008
-4.1
-50
-100
21
-88.6
2010
2011
2012
-46.8
2013
2014
2015
-52.8
-84.4
-98.6
19
19
4.000
23
2009
-106.0
-93.9
-150
17
17
2.000
-153.3
-200
15
0
2011
ngan
2012 2010
2013 2011
Outstanding Utang
2014 2012
2015 2013
2014
2015
-250
Surplus/Defisit
15 Keseimbangan Primer
-211.7
-241.5 -245.9
PDBOutstanding
RasioUtang
Utang thd PDB
(RHS) Rasio Utang thd PDB (RHS)
PDB
19
Belanja Negara
a. Melanjutkan penghematan belanja tidak produktif seperti perjadin,
konsinyering di hotel, dll
b. Pendanaan atas program-program Presiden baru, khususnya untuk
pembangunan infrastruktur dan program-program sosial (program keluarga
produktif)
c. Peningkatan alokasi DAK dan dana desa
20
Fokus
1. Infrastruktur
Pangan,
Transportasi Publik,
Energi,
Maritim, dan Kelautan,
Komunikasi dan informasi (mendukung e-government).
2. Pendidikan
3. Kesehatan
4. Perlindungan Sosial
5. Transfer Ke Daerah
6. Lain-lain
PENUTUP
1. Diperkirakan kondisi perekonomian nasional akan membaik seiring dengan
membaiknya perekonomian global, untuk itu perlu dilakukan stimulus melalui
pembangunan infrastruktur, investasi, serta perbaikan iklim usaha dan investasi
(one stop perijinan)
2. Perlunya koordinasi antara pihak-pihak yang terkait, dalam hal:
a.
b.
c.
d.
TERIMA KASIH
25
Maritim
Ketahanan Pangan
Perlindungan Sosial:
Saving 2015:
Rp110.2 T
Transfer ke Daerah
2.09%
1.19%
2%
2015-J
1.03%
2%
1.12%
3%
1.18%
3%
%, mtm
17 November 2014 :
Kenaikan harga Premium
+31% & Solar +36%
2011-2015
4%
1%
1%
0%
-1%
yoy/eop:
3,79%
4,30%
8,38%
2014-J
2013-J
2012-J
2011 - J
-1%
Perkiraan :7,3%-7,6%
Proportion (%)
1. Dampak kenaikan harga BBM diperkirakan akan terdistribusi dalam
3 bulan, yaitu sebesar 2,52%.
2. Harga pangan merupakan salah satu komponen yang terpengaruh
oleh kenaikan harga BBM. Dalam komponen poverty line, kontribusi
pangan adalah 57%.
Dengan demikian penduduk miskin
merupakan kelompok masyarakat yang rentan terkena dampak
kenaikan harga BBM terutama dari makanan. Untuk itu Pemerintah
akan menjaga pasokan dan kelancaran distribusi bahan pangan
dalam rangka menjaga inflasi bahan pangan.
3. Total jumlah penduduk miskin yang terjkena dampak kebijakan ini
diperkirakan sebesar 64,3 juta atau setara dengan 15,5 juta RTS.
4. Untuk mengatasi dampak tersebut Pemerintah telah mendesain
jaring pengaman sosial dalam bentuk program KIP, KIS, KKS, serta
Kartu Simpanan Keluarga Sejahtera (KSKS) yang meliputi 15,5 juta
RTS.
Commodities
Rice
Other foods
Processed food
Housing
Clothes
Health
Education
Transportation
Total
Consumers
Price Index
Poverty
Line
5
15
17
26
7
4
7
19
100
29
28
8
17
4
3
4
7
100
27
20
Poverty Basket
CPI
15
10
7.26
6.96
7.85
5.02
5.9
3.97
0
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Masy
Miskin
tanpa aset:
17 juta
Sumber: Bappenas
28
29