Anda di halaman 1dari 60

KELOMPOK B.

12:
1. Mira Fimalasari
2. Ratu Anisa Fimalasari
3. Reisha Dwi Melissa
4. Rimaida Maharany
5. Ririn Atria
6. Riyo Firsan
7. Roichan M.Firdaus
8. Sahara Maharany
9. Siti Maulidya Sari
10. Tarwiyan Puspita Ningrum
11. Widia Trisusanty
12. Andi Arnisari
13. Hayyu Kusumaning Tyas
14. Ika S.S

110.2005.157
110.2005.209
110.2005.210
110.2005.223
110.2005.225
110.2005.227
110.2005.228
110.2005.236
110.2005.250
110.2005.267
110.2005.290
110.2002.023
110.2002.114
110.2002.128
1

1.2.KESEHATAN JIWA MASYARAKAT


1.2.1 Menjelaskan pengertian kesehatan jiwa masyarakat
1.2.2. Menjelaskan
masalah-masalah
kesehatan
jiwa
masyarakat di Indonesia saat ini
1.2.3. Menjelaskan ringkas tujuan kesehatan jiwa masyarakat
1.2.4. Menjelaskan pengaruh secara umum adat istiadat,
kebudayaan dan agama setempat terhadap kesehatan
jiwa masyarakat
1.2.5. Menyimpulkan kesehatan jiwa masyarakat setempat
melalui data yang ada di Puskesmas/RSU
1.2.6. Menjelaskan usaha pelayanan kesehatan jiwa Tri Upaya
Bina Jiwa
2

1.2.7. Menjelaskan jalur administratif pelayanan kesehatan jiwa


sampai setingkat puskesmas
1.2.8. Membedakan jenis-jenis konsultasi psikiatrik dalam
rangka pelayanan kesehatan jiwa masyarakat
1.2.9. Menjelaskan cara melakukan rujukan
1.3.10. Menjelaskan cara pengobatan penderita psikiatrik di
Puskesmas/ RSU sebelum dan sesudah rujukan
(pengobatan lanjutan)
1.3.11. Menjelaskan masalah stigma terhadap gangguan jiwa
yang ada di masyarakat
1.3.12. Mendemonstrasikan penyuluhan kesehatan jiwa
masyarakat sebagai upaya pengeradikasian stigma
terhadap ganguan jiwa
3

Kesehatan Jiwa Masyarakat ( Community Mental Health)


Konsep kesehatan jiwa masyarakat merupakan suatu orientasi
kesehatan jiwa yang meliputi semua kegiatan kesehatan jiwa,
yang dilaksanakan dimasyarakat dengan menitikberatkan pada
upaya promotif dan preventif tanpa melupakan upaya kuratif
dan rehabilitative
Disebut juga psikiatri sosial (public psychiatry)
Mencerminkan pelayanan berdasarkan masyarakat (community
based service)

Kesehatan Jiwa masyarakat ( community mental health ) telah


menjadi bagian masalah kesehatan masyarakat (public health)
yang dihadapi semua negara. Salah satu pemicu terjadinya
berbagai masalah dalam kesehatan jiwa adalah dampak
modernisasi dimana tidak semua orang siap untuk
menghadapi cepatnya perubahan dan kemajuan teknologi
baru. Gangguan jiwa tidak menyebabkan kematian secara
langsung namun akan menyebabkan penderitanya menjadi
tidak produktif dan menimbulkan beban bagi keluarga
penderita dan lingkungan masyarakat sekitarnya, Dalam UU
No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal (4) disebutkan
setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh
derajat kesehatan yang optimal.
5

REVOLUSI PSIKIATRIK
Tahun pencerahan (setelah abad pertengahan) diputuskan
bahwa penyakit mental bukan akibat ilmu sihir
II. Perkembangan psikonalisis oleh sigmund freud
III. Psikiatri masyarakat
I.

LATAR BELAKANG
Seorang Psikiater diharapkan mampu mengobati pasien dalam jumlah

besar, tidak mungkin hanya menggunakan cara-cara psikiatri klinis


(hubungan dokter pasien)
Seiring dengan perkembangan ilmu kesehatan masyarakat perlu
dikembangkan pelayanan kesehatan jiwa yang menyeluruh (total health
care) yang bukan hanya aspek terapi tetapi juga meliputi preventif,
promosi, dan rehabilitasi
Mula-mula muncul istilah Community Psychiatry (psikiatri komunitas)
yang digambarkan sebagai ilmu yang dibutuhkan psikiater untuk turut
serta dalam program kemasyarakatan yang terorganisir dan yang
bertujuan mengusahakan prevensi dan terapi gangguan jiwa, rehabilitasi
pasien psikiatrik, serta pembinaan kesehatan jiwa dalam satu populasi
Kesehatan jiwa masyarakat sudah mendesak di Indonesia, karena dari
SKMRT tahun 1995, setidaknya satu orang dalam satu rumah tangga
mengalami gangguan jiwa dan perlu mendapatkan pelayanan kesehatan
jiwa.
7

EPIDEMIOLOGI PSIKIATRI INDONESIA


185 orang dari 1000 penduduk menunjukkan gangguan jiwa,

artinya dalam setiap rumah tangga di Indonesia setidaknya


terdapat satu orang yang mengalami gejala gangguan jiwa.
Jumlah penderita penyakit jiwa berat yaitu 6 juta orang atau
sekitar 2,5 % dari total penduduk Indonesia. Dari jumlah tersebut
hanya 8,3% penderita yang bersedia berobat dan sebagian lain
tidak mempunyai biaya.
Angka kasus gangguan jiwa berat di Indonesia 1-3 % dari jumlah
penduduk.
Gangguan jiwa ringan berupa kecemasan sebanyak 5-10 %
Kasus depresi 10-20%
18,5% anggota keluarga dalam rumah tangga mengalami
gangguan jiwa
50 ribu orang mengalami percobaan bunuh diri (tentament
suicide)
8

SEJARAH
Sejarah 1963

presiden jhon F.kennedy melalui community


mental health Center Act
membangun pusat kesehatan
mental masyarakat yang meliputi :
5 pelayanan kesehatan psikiatri dasar, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

perawatan rawat inap


Pelayanan gawat darurat (24 jam)
Konsultasi masyarakat
Day care
Penelitian pendidikan

Karakteristik :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Komitmen
Pelayanan
Perawatan jangka panjang
Penatalaksanaan kasus
Peran serta masyarakat
Konsultasi
Penilaian dan penelitian
10

1.

Komitmen
a. Bahwa rencana harus mengenali semua kebutuhan
kesehatan mental dari populasi, mendata semua sarana
yang tersedia dan menyusun sistem perawatan
b. Warga masyarakat dan tokoh politik harus dilibatkan di
dalam proses perencanaan
c. Pencegahan sekurang-kurangnya sama pentingnya
dengan pengobatan langsung
d. Bertanggung jawab terhadap semua orang di dalam
populasi termasuk anak-anak, lanjut usia, golongan
minoritas, penderita penyakit kronis dan akut serta yang
tinggal di daerah pedalaman

11

2. Pelayanan
- Kesehatan mental masyarakat adalah suatu sistem yang
total bukan pelayanan tunggal
- Tim kesehatan mental masyarakat adalah dokter psikiatri,
ahli psikologi klinis, pekerja sosial psikiatrik, perawat
psikiatrik, anggota administratif dan tata usaha serta ahli
terapi okupasi dan rekreasi untuk program rawat inap dan
hospitalisasi partial
3. Perawatan Jangka Panjang
- Perawatan jangka panjang memungkinkan satu orang
dokter untuk mengikuti pasien melalui pelayanan gawat
darurat, perawatan di rumah sakit, hospitalisasi partial
sebagai suatu transisi ke masyarakat dan pengobatan
rawat jalan sebagi folow-up
12

4. Penatalaksanaan Kasus
- Dokter melibatkan pasien dalam pengobatan dengan
menjangkau tempat menginap dan penampungan
- Dokter menjamin kesinambungan pengobatan dengan
memulai kontak selama perawatan di rumah sakit dan
melanjutkan bantuan melalui pasca rawat ( after care)
- Dokter bertindak sebagai penghubung antara pasien
dengan petugas kesehatan mental lainnya dan antara
petugas itu sendiri
5. Peran Serta Masyarakat
Masyarakat harus berperan serta dalam memutuskan
tentang kebutuhan dan program mentalnya, bukan
membiarkan hal tersebut ditentukan oleh pihak lain
13

6. Konsultasi
- Konsultan menawarkan bantuan kepada profesional
dalam kesehatan mental yang bekerja di pusat atau
badan perawatan jalan
7. Penilaian dan Penelitian
- Penilaian adalah proses mendapatkan informasi tentang
program kesehatan mental masyarakat secara
menyeluruh dan efeknya pada orang-orang institusi dan
masyarakat
- Penelitian dapat ditujukan secara spesifik pada masalah
kunci daripada program keseluruhan

14

CIRI ORANG YANG SEHAT JIWANYA


1. Merasa nyaman nyaman tehadap dirinya
Mampu menghadapi berbagai perasaan seperti:
Mampu mengatasi kekecewaan dalam kehidupan.
Mempunyai harga diri yang wajar.
Menilai dirinya secara nyata, tidak merendahkan dan
tidak pula berlebihan.
Merasa puas dengan kehidupan sehari-hari

15

2. Merasa nyaman berhubungan dan menerima kasih sayang dari orang lain.
Mampu mencintai dan menerima cinta dari orang lain.
Mempunyai hubungan pribadi yang tetap.
Mampu mempercayai orang lain.
Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda.
Merasa menjadi bagian dari kelompok.
Tidak mengakali orang lain dan tidak membiarkan dirinya diakali oleh orang lain.
3. Mampu memenuhi kebutuhan hidup
Menetapkan tujuan hidup yang nyata untuk dirinya.
Mampu mengambil keputusan.
Menerima tanggung jawab.
Merancang masa depan.
Menerima ide dan pengalaman baru
Merasa puas dengan pekerjaanya.

16

PRINSIP-PRINSIP DARI KESEHATAN JIWA MASYARAKAT


Ditujukan terutama sekali kepada kelompok didalam masyarakat,

walaupun fokus terhadap individu tidak diabaikan


Dititik beratkan pada promotif dan preventif
Diusahakan agar berbagai pelayanan kesehatan jiwa lain turut serta
dalam sistem pelayanan kesehatan jiwa
Dititikberatkan kepada kerjasama lintas sektoral
Menjalankan kegiatan konseling dan kegiatan yang bersifat intervensi
khususnya dalam kondisi krisis
Mengusahakan peningkatan peran serta masyarakat
Mengusahakan pendidikan dan latihan bagi para petugas dibidang
pelayanan kemanusiaan seluas-luasnya, agar berorientasi terhadap
prinsip kesehatan jiwa
Melaksanakan kerjasama yang seerat-eratnya dengan bidang kesehatan
masyarakat
menjalankan kegiatan riset epidemiologi kesehatan jiwa
Mengusahakan agar pelayanan kesehatan jiwa dapat bersifat menyeluruh
(kompherensif), yaitu meliputi seluruh dunia atau life cycle manusia
dengan berbagai jenis pelayanan (promotif,preventif, kuratif,rehabilitatif)
17

Masalah kesehatan jiwa masyarakat sangat luas dan

kompleks, bukan hanya meliputi yang jelas sudah terganggu


jiwanya, tetapi juga berbagai problem psikososial, bahkan
berkaitan dengan kualitas hidup dan keharmonisan hidup.
Dalam kondisi masyarakat sekarang, sedang dilanda krisis
total, yaitu krisis moneter, krisis ekonomi, krisis moral etika,
pendidikan, pekerjaan, dan peluang dalam menghadapi
masa depan

18

DERAJAT KESEHATAN JIWA


Tidak ada batasan yang tegas antara orang yang sangat sehat

jiwa dengan orang yang terganggu jiwanya. Terdapat suatu


kesinambungan yang disebut derajat kesehatan jiwa (sangat
sehat, sehat, cukup sehat, kurang, sakit).
Tak semua orang selalu mempunyai ciri jiwa yang sehat
sepanjang hidupnya.
Setiap orang dapat mengalami berbagai ragam derajat
kesehatan jiwa.
Derajat kesehatan jiwa (sebagaimana juga kesehatan fisik)
dapat ditingkatkan dengan cara membina kebiasaan, membina
lingkungan dan hubungan yang baik.
19

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN KESEHATAN JIWA MASYARAKAT


Stres kehidupan dapat menimbulkan berbagai proses, yang
dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Proses pertumbuhan kota yang menguntungkan maupun yang

kurang menguntungkan bagi individu dan kelompok.


Faktor-faktor yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan
dari manusia diharuskan mengolah semua faktor tersebut.
Disinilah akan terlihat betapa pentingnya faktor kepribadian
(personality) yang dimiliki oleh individu .
Faktor-faktor itu dapat menimpa keluarga dan masyarakat,
akibatnya adalah terjadi pengelompokkan baru dalam masyarakat
yang sifatnya sangat majemuk (kompleks) dan didasari berbagai
kepentingan (interest).
20

KLASIFIKASI STRESS KEHIDUPAN


Stresor kehidupan pribadi

1.

tekanan emosi berpengaruh :

Pada sistem fisiologi, mengakibatkan timbulnya psikosomatik seperti cemas,


depresi
Makin banyak dan sering terjadinya kecelakaan lalu lintas, karena faktor
manusia seperti kebosanan (borendom), anxietas, frustasi
Makin meningkatnya kondisi-kondisi depresi dengan kecenderungan bunuh diri
Makin berpengaruh kondisi suara dilingkungan hidup (noise pollution)

Stresor sosio-ekonomi

2.

Status masyarakat yang diukur atas standar taraf kehidupan sosio ekonomi,
seperti pendapatan, pekerjaan, tempat tinggal. Ukuran fisik merupakan indikator
penting dalam penilaian pribadi
Kemiskinan dan kekurangan sosial merupakan sterssor socio-economi yang tidak
dapat dihindari
Penolakan langsung untuk memasuki kalangan yang diinginkan seperti lingkungan
kerja dan rekreasi
21

Perubahan social

3.

4.

Kemajuan teknologi yang memungkinkan komunikasi sangat cepat tetapi di


pihak lain juga mengakibatkan dorongan untuk memperoleh kepuasan segera
Perubahan pola extended family kearah unclear family dengan pengertian bahwa
masing-masing pola keluarga itu memiliki stress tersendiri
Timbulnya golongan kaya baru yang merupakan salah satu dari sekelompok
pergeseran yang biasanya menimbulkan stress tertentu

Kepadatan penduduk yang makin tinggi


a. pengaruh psiko-sosial

Dalam kelompok ini dapat dimasukkan reaksi-reaksi apathy: depresi,


hilangnya / berkurangnya rasa kehalusan,alienasi, sikap dingin dan keras
terhadap sesamanya hingga orang berubah menjadi lebih keras, kejam

b. pengaruh Fisik-Biologik

5.

Terdapat pada kondisi seperti dekompensasi dari semua jenis pelayanan


kepada masyarakat mulai dari higienis, sanitasi, transportasi, pendidikan

Urbanisasi
Migrasi ke kota dapat menimbulkan masalah pada kesehatan jiwa meliputi :

Timbulnya berbagai daerah peri-urban dan slum area

Timbulnya individu avonturir/petualang yang bertendensi nekat dan individu


individu yang berkepribadian sejenis
22

Pola kehidupan keluarga

6.

beberapa yang harus diperhatikan, diantaranya timbul new groupings yang


didasari oleh kepentingan bersama mengenai opportunisme,fanatisme, dll

Memungkinkan untuk penyelewangan dari berbagai tradisi masyarakat yang baik


kearah yang kurang baik, seperti gotong royong dapat bertendensi parasitisme
dan menjurus kekerasan.
Terjadi perubahan sikap dan nilai mengenai perkawinan, hubungan seksual diluar
nikah.

Nasib dan keamanan dari orang yang berusia lanjut

7.

terjepitnya kedudukan para senior citizen karena :

Life expectancy naik / didistribusi demografi berubah


Makin gugurnya pola keluarga dari pola extended family kearah unclear family
Orang usia lanjut senantiasa kehilangan status.

Situasi dari berbagai lembaga sosial dalam masyarakat

8.

Mutu lembaga pendidikan yang tidak membaik


Anak-anak dari keluarga besar cenderung menjadi terlantar karena jaminan
sosial tidak tercukupi.
23

RUANG LINGKUP
Masalah perkembangan manusia yang harmonis dan peningkatan kualitas
hidup

1.

masalah kesehatan jiwa yang berkaitan dengan life cycle kehidupan manusia, mulai
dari persiapan pranikah, anak dalam kandungan, balita, anak, remaja, dewasa, usia
lanjut
Dampak dari menderita penyakit menahun yang menimbulkan dissabilitas
Permukiman yang sehat
Pemindahan tempat tinggal

Masalah psikososial

2.

Psikotik gelandangan
Pemasungan penderita gangguan jiwa
Masalah anak jalanan
Masalah anak remaja (tawuran, kenakalan)
Penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
Masalah seksual (penyimpangan seksual, pelecahan seksual )
Tindakan kekerasan social
Stres pasca trauma (anxietas, gangguan emosional)
Pengungsi / migrasi
Masalah usia lanjut yang terisolir
Masalah kesehatan kerja ditempat kerja
24

INDIKATOR KESEHATAN JIWA MASYARAKAT


Eksistensi manusia meliputi tiga aspek yaitu organo-biologis (
fisik / jasmani ), psiko-edukatif ( mental-emosional ).
Terjadinya gangguan jiwa juga merupakan proses interaksi
yang kompleks antara faktor genetik, faktor organo-biologis,
faktor psikologis serta faktor sosio-kultural. Telah terbukti
bahwa ada korelasi erat antara timbulnya gangguan jiwa
dengan kondisi sosial dan lingkungan dimasyarakat sebagai
suatu stessor psikososial. Kini masalah kesehatan tidak lagi
hanya menyangkut soal angka kematian atau kesakitan
melainkan juga mencakup berbagai kondisi psikososial yang
berdampak pada kualiitas kesehatan masyarat termasuk taraf
kesehatan jiwa masyarakat.
25

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA


Kekerasan dalam rumah tangga adalah tiap perbuatan
terhadap seseorang yang berakibat timbulnya kesengsaraan
atau penderitaan fisik, seksual, psikologis dan / atau
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah
tangga ( definisi dalam UU No.23 tahun 2004 tentang
penghapusan KDRT ). Lingkup rumah tangga adalah suami, istri
dan anak, termasuk juga orang-orang yang mempunyai
hubungan keluarga karena hubungan darah, perkawinan,
pengasuhan, perwalian dengan suami maupun istri yang
menetap bersama dalam rumah tangga.
26

27

ANAK PUTUS SEKOLAH


Berdasarkan data direktorat pendidikan kesetaraan depdiknas tahun 2005

lalu di Indonesia tercatat jumlah pelajar SLTP yang putus sekolah adalah
sebanyak 1.000.746 siswa / siswi, sedangkan pelajar SLTA yang putus
sekolah adalah sebanyak 151.976. jumlah lulusan SLTA yang tidak
melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi pada tahun tersebut tercatat
sebanyak 691.361 siswa/ siswi. Laporan Organisai Buruh Internasional ( ILO
) tahun 2005 menyatakan bahwa sebanyak 4,18 juta anak usia sekolah di
Indonesia tidak bersekolah dan sebagainya menjadi pekerja anak
perwakilan ILO di Indonesia menyatakan bahwa banyaknya anak putus
sekolah dan menjadi pekerja anak disebabkan karena biaya pendidikan di
Indonesia masih dianggap terlalu mahal dan tak terjangkau oleh sebagian
kalangan masyarakat. Angka partisipasi kasar ( APK ) program wajib belajar
9 tahun yang dirilis Depdiknas menunjukan baru mencapai 88,68% dari
target 95% partisipasi anak usia sekolah yang diharapakan .

28

MASALAH ANAK JALANAN


Masalah anak jalan di Indonesia seperti kekerasan pada

anak, masalah anak jalanan, penelantaran anak dan


sebagainya masih cukup tinggi. Berdasarkan data dari
Departemen Sosial tahun 2005, jumlah anak jalanan di
Indonesia adalah sekitar 30.000 anak dan sebagian
besarnya berada di jalan-jalan di DKI Jakarta. Selain itu
baru terdapat 12 daerah di Indonesia yang memiliki perda
tentang anak jalanan. Padahal para anak-anak jalanan
tersebut jelas rentan terhadap berbagai tindak
kekerasan, penyimpangan perlakuan, pelecehan seksual
bahkan dilibatkan dalam berbagai tindak kriminal oleh
orang dewasa yang menguasai-nya
29

30

31

TUNAWISMA DENGAN PENYAKIT MENTAL


Karakteristik :
- Suatu populasi yang heterogen, tanpa keseragaman

dalam diagnosis, demografik, daya kerja fungsional, atau


riwayat tempat tinggal
- Satu kategori membagi mereka menjadi :
Orang jalanan (Street People)

biasa nya menderita skizofrenia atau ketergantungan zat


atau kedua nya, riwayat perawatan di RS.Psikiatrik dan
berbagai masalah kesehatan.

32

Tunawisma episodik (Episodik Homeless)

Biasanya berusia lebih muda daripada orang jalanan dan


kemungkinan di anggap sebagai pasien yang sulit, dengan
gangguan kepribadian, penyalahan zat dan gangguan mood;
mereka secara sporadik menggunakan berbagai pelayanan
berbagai pelayanan kesehatan mental
Tunawisma situasional (Situationally Homeless)
Mempunyai masalah dalam stress situasional daripada
psikopatologi nya
Pengobatan : Program pelayanan yang efektif adalah
termasuk penetapan untuk penampungan dan makanan,
pusat kunjungan (dropin center), kontak lapangan
(outreach contact), dan usaha keras dan kerjasama antara
badan kesehatan mental dengan badan-badan lain di dalam
masyarakat.
33

34

35

KASUS KRIMINALITAS ANAK REMAJA


Data Direktorat Jenderal Kemasyarakatan Dephukham dan komnas

pelindungan anak ( PA ) menujukan bahwa pada tahun 2005 di Indonesia


terdapat 2.179 tahanan anak dan 802 narapidana anak, 7 diantaranya anak
perempuan. Tahun 2006 angkanya menjadi 4.130 tahanan anak serta 1.325
narapidana anak, dimana 34 diantaranya adalah anak perempuan.
Menurut survey Komnas PA penyebab anak masuk LP Anak adalah 40%
karena terlibat kasus Narkoba ( Napza ), 20% karena perjudian sedangkan
sisanya karena kasus lain-lain. Kira-kira 20% tindak kekerasan seksual pada
tahun 2006 pelakunya adalah anak remaja, 72% anak remaja pelaku
kekerasan seksual mengaku terinspirasi Tayangan TV, setelah membaca
media cetak porno dan nonton film porno. Laporan Komnas PA
menyatakan bahwa 50-70% anak terlibat dalam tindak pidana kriminalitas
lalu di vonis penjara dan masuk LP Anak justru perilakunya menjadi lebih
jelek dan menjadi residivis dikemudian hari.

36

37

38

39

40

41

Masalah Narkoba, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya ( Napza ) serta
dampaknya ( Hepatitis C, HIV / AIDS dll )
Narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya (Napza) tergolong dalam zat
psikoaktif yang bekerja mempengaruhi kerja sistem penghantar sinyal saraf (neuro-

transmiter) sel-sel susunan saraf pusat (otak) sehingga meyebabkan terganggunya


fungsi kognitif (pikiran), persepsi, daya nilai (judgment) dan perilaku serta dapat
menyebabakan efek ketergantungan, baik fisik maupun psikis. Penyalahgunaan
Napza di Indonesia sekarang sudah merupakan ancaman yang serius bagi
kehidupan bangsa dan negara. Pengungkapan kasusnya di Indonesia meningkat
rata-rata 28,9 % per tahun. Tahun 2005 pabrik extasi terbesar ke 3 di dunia
terbongkar di Tangerang, Banten. Di Indonesia diprediksi terdapat sekitar 1.365.000
penyalahgunaan Napza aktif dan data perkiraan estimasi terakhir menyebutkan
bahwa pengguna Napza di Indonesia mencapai 5.000.000 jiwa. Mengikuti laju
perkembangan kasus tersebut dijumpai pula peningkatan epidemi penyakit hati
lever hepatitis tipe-c dan kasus HIV (Human Immunodeficiency Virus) AIDS
(Acquired Immune-Deficiency Syndrome) yang modus penularan melalui
penggunaan jarum yang tidak steril secara bergantian pada pengguna Napza
suntik (Penasus / injecting drug user / IDU).

42

43

44

45

46

47

GANGGUAN PSIKOTIK DAN GANGGUAN


JIWA SKIZOFRENIA
Ganguan jiwa berat ini merupakan bentuk gangguan

dalam fungsi alam pikiran berupa disorganisasi


(kekacauan) dalam isi pikiran yang ditandai antara lain
oleh gejala gangguan pemahaman (delusi waham)
gangguan persepsi berupa halusinasi atau ilusi serta
dijumpai daya nilai realitas yan terganggu yang ditunjukan
dengan perilaku-perilaku aneh (bizzare).

48

KASUS BUNUH DIRI


Menurut Dr. Benedetto Saraceno dari departemen kesehatan jiwa

WHO, lebih dari 90% kasus bunuh diri berhubungan dengan masalah
gangguan jiwa seperti depresi, psikotik dan akibat ketergantungan zat
(Napza).
Yang mengkhawatirkan adalah dijumpainya pergeseran usia orang yang
melakukan tindak bunuh diri. Kalau dahulu sangat jarang anak yang
usianya kurang dari 12 tahun melakukan tindak bunuh diri, tetapi
sekarang bunuh diri pada anak usia kurang dari 12 tahun semakin
sering ditemukan. Ini menunjukkan kegagalan orang tua di rumah, guru
di sekolah dan tokoh panutan di asyarakat membekali keterampilan
hidup (life skill) untuk mengatasi tantangan maupun kesulitan hidupnya.
Kasus bunuh diri sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
serius terutama bila dikaitkan dengan dampak kehidupan moderen.
Oleh karena itu WHO memandang bunuh diri sebagai peyebab utama
kematian dini yang dapat dicegah.
49

50

DEINSTITUSIONALISASI
Proses di mana sejumlah besar pasien dipulangkan dari

rumah sakit psikiatrik untuk kembali ke masyarakat untuk


mendapatkan perawatan rawat jalan
Pasien deinstitusionalisasi membutuhkan bantuan sosial
yang kuat, seperti konseling kejuruan dan rekreasional,
pengobatan psikiatrik menyeluruh, pekerjaan dengan gaji
dan perumahan

51

Transinstitusionalisasi
Transinstitusionalisasi adalah pengalihan status rumah sakit pasien

ke fasilitas lain. Banyak yang percaya bahwa satu masalah telah


ditukar dengan masalah lain tanpa memecahkan masalah penyakit
mental kronis.
Sebagian bermakna penderita penyakit mental menerima pelayanan
psikiatrik seperti orang tahanan. Penahanan masih merupakan
komponen yang penting dari transinstitusionalisasi. Satu penelitian
memperkirakan bahwa 31 persen penderita penyakit mental di
dalam penjara perkotaan adalah tidak mempunyai rumah sebelum
ditahan. Penderita penyakit mental berat adalah dua sampai tiga kali
lebih menonjol di dalam populasi penjara dibandingkan pada
masyarakat umum.
52

PERMASALAHAN PERKEMBANGAN MANUSIA YANG HARMONIS


DAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP

Rapid Social Changes


Value system and way of life
Stressor psychological

Adjusment disorder

Gejala-gejala stress
Kecemasan
Depresi

53

PENCEGAHAN
Psikiatri pencegahan (preventive psychiatry) adalah bagian
dari psikiatri masyarakat, yang bertujuan :

Menurunkan onset (insidensi), lama (prevalensi) dan kecacatan sisa


dari gangguan mental

Pencegahan terdiri dari :


1.
2.
3.

Pencegahan primer (primary preventive)


Pencegahan sekunder (secondary preventive)
Pencegahan tersier (tertiary preventive)

54

Pencegahan primer (primary preventive)


Tujuan :
Mencegah onset penyakit / gangguan sehingga menurunkan
insidensinya.
Menghilangkan agen penyebab stress dan menurunkan stress

Tujuan ini dapat dicapai dengan menghilangkan agen penyebab,

menurunkan faktor resiko, meningkatkan daya tahan host, dan


mengganggu transmisi penyakit.
Contoh : program kesehatan masyrakat seperti latihan bagi orang
tua tentang perkembangan anak dan program pendidikan alkohol
dan obat-obatan.
55

Pencegahan sekunder (secondary preventive)


Didefinisikan sebagai identifikasi dini dan pengobatan segera

terhadap penyakit atau gangguan dengan tujuan menurunkan


prevalensi gangguan dengan memperpendek durasinya
Sasaran pencegahan sekunder adalah anak dengan sakit mental
untuk dilakukan intervensi dini
National Institute of mental healths (NIMHs) Child dan
Adolescent service system mengidentifikasi dan mengobati
anak-anak tersebut untuk mendukung struktur keluarganya dan
mencegah atau menurunkan kecacatan di kemudian hari
Komponen dari pencegahan sekunder : intervensi krisis dan
pendidikan masyarakat
56

Pencegahan tersier (tertiery preventive)


Tujuannya : menurunkan prevalensi defek dan kecacatan residual

yang disebabkan oleh penyakit atau gangguan


Memungkinkan orang dengan penyakit mental kronis mencapai
tingkat fungsional yang baik
Kecacatan yang berhubungan dengan penyakit mental kronis
adalah masalah social,ekonomi dan kesehatan masyarakat yang
utama, dan terapinya adalah program rehabilitasi psikiatrik

57

UPAYA YANG DILAKUKAN PEMERINTAH


Diawali pelita I telah dibentuk direktorat kesehatan jiwa Departement

kesehatan RI yang berfungsi membina kebijakan dan program


kesehatan jiwa di Indonesia
Memperluas dan mengintegrasikan pelayanan kesehatan jiwa ke
puskesmas dan rumah sakit umum, melengkapi sarana dan menambah
rumah sakit jiwa sebagai pusat rujukan
Pemerintah membentuk Badan Pembinaan Kesehatan Jiwa Mayarakat
(BPKJM)
Membentuk tim pembina kesehatan jiwa masyarakat tingkat pusat, tim
pengarah KJM tingkat propinsi, tim pelaksana kabupaten dan kota
Melakukan kegiatan :
sosialisasi dan advokasi dengan stakeholder
Sosialisasi TPKJM Provinsi DKI Jakarta
Sosialisasi kesehatan jiwa untuk kabupaten / kota

penyusunan program TPKJM propinsi


58

PROGRAM TPKJM
PROGRAM UMUM
1.
Menetapkan standar kesehatan jiwa masyarakat
2.
Pedoman sertifikasi kesehatan jiwa masyarakat
3.
Menetapkan pedoman biaya kesehatan jiwa masyarakat
4.
Menetapkan standar akreditasi rumah sakit, pusat rehabilitasi, panti
5.
Menetapkan standar diklat kesehatan jiwa masyarakat
6.
Menetapkan standar penapisan kesehatan jiwa masyarakat
7.
Menetapkan standar etika penelitian kesehatan jiwa masyarakat
8.
Surveilance
9.
Penyediaan obat essensial tertentu
PROGRAM KHUSUS
1. TIM pembina KJM
melaksanakan penyusunan standar pelayanan tekhnis bidang KJM
2. TIM pengarah KJM
melaksanakan penyusunan standar pelayanan minimal bidang kjm
3. TIM pelaksana KJM
pelaksanaan standar pelayanan minimal bidang KJM

59

DAFTAR PUSTAKA
Direktorat kesehatan jiwa masyarakat,departemen kesehatan RI,

buku pedoman umum TIM pembina, TIM pengarah, TIM


pelaksana kesehatan jiwa masyarakat,jakarta,2001
Horald I kaplan benjamin, J sadock jack A grebb, sinopsis psikatri,
Binarupa Aksara, jakarta, 1997
www.pdskjijaya.com
www.depkes.co.id

60

Anda mungkin juga menyukai