Anda di halaman 1dari 38

BANGKITAN

Oleh :
Fezza Uktolseja
Pembimbing

Dr. Perwitasari Bustami, Sp.S


Dr. Eny Waeningsih, Sp.S

DEFINISI
Bangkitan (seizure) adalah manifestasi klinik
berupa gangguan motorik, sensorik, otonomik
yang disertai dengan atau tanpa penurunan
kesadaran, timbul secara mendadak dan
sementara dengan bentuk serupa akibat
aktivitas listrik otak yang abnormal dan
berlebihan.

Klasifikasi
Fokal / Partial
Bangkitan Parsial Sederhana
Bangkitan Parsial Kompleks
Bangkitan parsial yang menjadi umum

Bangkitan Umum

Bangkitan Lena (absence)


Bangkitan Mioklonik
Bangkitan klonik
Bangkitan tonik
Bangkitan tonik-klonik
Bangkitan atonik/astatic

Bangkitan yang tidak tergolongkan

Etiologi
Vaskuler: stroke perdarahan,stroke
infark,perdarahan subarachnoid, malformasi
arteri-vena,thrombosis sinus venosus.
Infeksi: meningitis,meningoensefalitis,abses otak
Trauma kepala yang akut atau kronis dengan
hematom subdural
Ganguan metabolic: hipo/hypernatremia,
hipo/hiperkalsemia, hipo/hipermagnesemia,
hipo/hiperglikemia, hipertiroid,hiperamonemia,
uremia, intoksikasi etanol, kokain, amfetamin,dll.

Epilepsy
Tumor
Penyakit kolage: SLE,Vaskulitis,sarcoidosis
Lain-lain: antidepresan,
antipsikotik,analgesic,anesthesia local,
simpatomimetik, antimicrobial, bronkodilator
Defek kongenital.

Patofisiologi
Bangkitan disebabkan oleh pelepasan muatan
listrik yang abnormal, sinkron, dan berlebih
pada sekelompok neuron kortikal sehingga
mengakibatkan perubahan fungsi neurologis
yang tiba-tiba.

Bangkitan karena transmisi impuls yang


berlebihan di dalam otak, sehingga terjadi
sinkronisasi dari impuls.
secara teori sinkronisasi ini dapat terjadi karena:
Fungsi jaringan neuron penghambat (
neurotransmitter GABA dan Glisin ) kurang optimal
pelepasan impuls epileptik secara berlebihan.
Keadaan dimana fungsi jaringan neuron eksitatorik (
Glutamat dan Aspartat ) berlebihan terjadi pelepasan
impuls epileptik berlebihan juga

MANIFESTASI KLINIS
Bangkitan Parsial Sederhana
Manifestasi motorik : Spasme, berkedut/menyentak,
membentuk posisi tertentu, kepala menoleh ke satu
sisi, disartri, gangguan respirasi.
Manifestasi sensorik : Rasa geli atau baal/kebas, rasa
seperti kesetrum, terbakar,nyeri, seolah melihat
cahaya berkelip-kelip, sensasi tidak nyaman di ulu
hati, bahkan dapat berupa halusinasi sederhana.
Manifestasi otonom : Perubahan tekanan darah,
denyut jantung, ukuran pupil,merah di wajah
(flushing),berkeringat.

Bangkitan Parsial Kompleks


aura, gangguan kesadaran, dan automatisasi
Bangkitan biasanya berlangsung beberapa detik
dan gangguan kesadaran yang terjadi tidak
mengakibatkan pasien terjatuh.Ditemukan rasa
bingung selama beberapa menit pada akhir
serangan dan selalu ada amnesia mengenai
bangkitannya.

Bangkitan Umum
Absence / lena / petit mal
Bersifat non kovulsif
gangguan kesadaran mendadak (absence) dalam
beberapa detik (sekitar 5-10 detik) dimana motorik
terhenti dan penderita diam tanpa reaksi
Pada waktu kesadaran hilang, tonus otot skeletal
tidak hilang sehingga penderita tidak jatuh.
Saat serangan mata penderita akan memandang jauh
ke depan atau mata berputar ke atas dan tangan
melepaskan benda yang sedang dipegangnya
tidak dijumpai aura atau post-ictal confusion

Tonik
Pasien tiba-tiba terbangun dengan meregangkan
badannya atau ekstremitas dan terdiam untuk
beberapa saat

Klonik
Berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan
pemulaan fokal dan multifokal yang berpindahpindah.
Berlangsung 1 3 detik, terlokalisasi , tidak
disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak
diikuti oleh fase tonik.

Tonik-klonik /Grand mal


Penderita akan jatuh disertai teriakan
pernafasan terhenti sejenak diikuti oleh kekakuan
tubuh
Gerakan kejang tonik-klonik (gerakan tonik yag
disertai dengan relaksasi)
Penderita tidak sadar, bisa menggigit lidah atau
bibirnya sendiri
Diakhiri dengan mengompol dan pengeluaran air
liur pada fase post iktal
Pasca serangan, penderita sadar secara perlahan
dan merasakan tubuhnya terasa lemas dan
biasanya akan tertidur setelahnya.

Mioklonik
Muncul akibat adanya gerakan involuntar
sekelompok otot skelet yang muncul secara tibatiba dan biasanya hanya berlangsung sejenak.
Ditemukan satu atau beberapa kedutan, lebih
banyak fleksor dengan kepala atau leher tiba-tiba
jatuh ke depan.
Gambaran klinis adalah gerakan ekstensi dan fleksi
lengan atau keempat anggota gerak yang berulang
dan terjadinya cepat

Atonik (Drop Attack) dan Astatik


Bangkitan ini jarang terjadi. Biasanya penderita
akan kehilangan kekuatan otot dan terjatuh secara
tiba-tiba dan cepat bangun kembali. Jenis ini
disebabkan adanya kerusakan otak yang luas

DIAGNOSA
ANAMNESA

Pola / bentuk serangan


Lama serangan
Gejala sebelum, selama dan paska serangan
Frekwensi serangan
Faktor pencetus
Ada / tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang
Usia saat serangan terjadinya pertama
Riwayat kehamilan, persalinan dan perkembangan
Riwayat penyakit, penyebab dan terapi sebelumnya
Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga

PEMERIKSAAN FISIK
Melihat adanya tanda-tanda dari gangguan yang
berhubungan dengan epilepsi, seperti trauma
kepala, infeksi telinga atau sinus, gangguan
kongenital, gangguan neurologik fokal atau difus.

Pemeriksaan fisik harus menepis sebab-sebab terjadinya


serangan dengan menggunakan umur dan riwayat penyakit
sebagai pegangan.Pada anak-anak pemeriksa harus
memperhatikan adanya keterlambatan perkembangan,
organomegali, perbedaan ukuran antara anggota tubuh
dapat menunjukkan awal gangguan pertumbuhan otak
unilateral

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan psikologis atau psikiatris
Elektro ensefalografi (EEG)
Rekaman video EEG

DIAGNOSA BANDING

Sinkop (pingsan/kolaps)
Migraine
TIA (Transient Ischemic Attack)
Non Epileptic Seizure (Psikiatri
Akut,pseudoepileptik)
Gerakan Involunter

PENATALAKSANAAN
Prinsip pengobatan:
Cegah

Aspirasi
Trauma kepala
Asidosis laktat
Hipoksia
Hipotensi

Bila kejang tidak berhenti dalam 3 menit:


Cek sampel darah
Bila hipoglikemia, beri glukosa 50% sebanyak 50cc
Bila dicurigai pasien adalah peminum alcohol, beri
thiamin 100mg (dalam 3-5 menit)
Beri Diazepam 5-10mg iv secara perlahan dalam 23 menit, dapat diulang sampai maksimal 20mg.

Bila tercapai keadaan status epilepticus: Terapi


sesuai status epilepticus.
Bila pasien dating dalam keadaan pasca kejang,
pikirkan kemungkinan akan timbulnya kejang
kembali dalam beberapa menit

Perbaiki jalan nafas


Cek gula darah
Ambil darah untuk pemeriksaan lab
Pasang jalur infus
Lakukan pemeriksaan fisik cepat ( 5 menit)

Cara pemberian Diazepam


Dewasa:
10mg IV/ per rectal sebagai dosis pertama, IV diberikan perlahan
dalam 2 menit, dosis ulangan dapat diberikan setiap 3 menit sampai
dicapai dosis maksimal 20mg.

Anak:
5mg IV/per rectal sebagai dosis pertama, dosis ulangan dapat
diberika setiap 3menit sampai dicapai dosis maksimal 10mg.
Bayi:
0,2mg/kg IV sebagai dosis pertama (max. 2,5mg), dosis ulangan
dapat diberikan setiap 3 menit sampai dicapai dosis maksimal 5mg

Obat anti epilepsi


Tujuan dari terapi epilepsi adalah tercapainya
kualitas hidup penderita yang optimal
Ada beberapa cara untuk mencapai tujuan
tersebut antara lain
menghentikan bangkitan
mengurangi frekuensi bangkitan tanpa efek
samping ataupun dengan efek samping seminimal
mungkin
menurunkan angka kesakitan dan kematian

Prinsip-prinsip penatalaksanaan untuk epilepsi


yakni:
Obat anti epilepsi (OAE) mulai diberikan apabila
diagnosis epilepsi sudah dipastikan, terdapat
minimum 2 kali bangkitan dalam setahun. Selain
itu pasien dan keluarganya harus terlebih dahulu
diberi penjelasan mengenai tujuan pengobatan
dan efek samping dari pengobatan tersebut.

Terapi dimulai dengan monoterapi


Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan
dinaikan secara bertahap samapai dengan dosis
efektif tercapai atau timbul efek samping obat.
Apabila dengan penggunakan OAE dosis
maksimum tidak dapat mengontrol bangkitan,
maka ditambahkan OAE kedua dimana bila sudah
mencapai dosis terapi, maka OAE pertama
dosisnya diturunkan secara perlahan.

Adapun penambahan OAE ketiga baru diberikan


setelah terbukti bangkitan tidak terkontorl dengan
pemberian OAE pertama dan kedua

OAE
Karbamazepin : Blok sodium channel konduktan
pada neuron, bekerja juga pada reseptor NMDA,
monoamine dan asetilkolin.
Fenitoin : Blok sodium channel dan inhibisi aksi
konduktan kalsium dan klorida dan
neurotransmitter yang voltage dependen
Fenobarbital : Meningkatkan aktivitas reseptor
GABAA , menurunkan eksitabilitas glutamate,
emnurunkan konduktan natrium, kalium dan
kalsium.

Valporat : Diduga aktivitas GABA


glutaminergik, menurunkan ambang
konduktan kalsium (T) dan kalium.
Levetiracetam : Tidak diketahui
Gabapetin : Modulasi kalsium channel tipe N
Lamotrigin : Blok konduktan natrium yang
voltage dependent
Okskarbazepin : Blok sodium channel,
meningkatkan konduktan kalium, modulasi
aktivitas chanel.

Pilih Obat Lini Pertama : Sodium valproat


Carbamazepine, Phenitoin, Phenobarbital
Obat Lini Kedua/Obat baru : Lamotrigine.
Topiramate, Gabapentin, Oxcarbazepine,
Clobazam, Levetiracetam.

Penatalaksanaan untuk status


epileptikus
Stadium I (0-10 menit)
memperbaiki fungsi kardio dan respirasi
memperbaiki jalan nafas, oksigenasi dan
resusitasi bilama diperlukan

2. Stadium II (1-60 menit)

pemeriksaan status neurologik


pengukuran tekanan darah, nadi dan suhu
pemeriksaan EEG
pasang infus
ambil 50-100cc darah untuk pemeriksaan laborat
pemberian OAE cito : diazepam 0.2mg/kg dengan
kecepatan pemberian 5 mg/ menit IV dapat diulang
lagi bila kejang masih berlangsung setelah 5 menit
pemberian.
Beri 50cc glukosa
Pemberian tiamin 250mg intravena pada pasien
alkoholisme
Menangani asidosis dengan bikarbonat

3. Stadium III 90-60/90 menit)


menentukan etiologi
bila kejang terus berkangsung setekah pemberian
lorazepam/diazepam, beri phenitoin IV 1520mg/kg dengan kecepatan kuranglebih
50mg/menit sambil monitoring tekanan darah.
Atau dapat pula diberikan Phenobarbital 10mg/kg
dengan kecepatan kurang lebih 10mg/menit
(monitoring pernafasan saat pemberian)
Terapi vasopresor (dopamin) bila diperlukan.
Mongoreksi komplikasi

4. Stadium IV (30-90 menit)


Bila tetap kejang, pindah ke ICU
Beri propofol (2mg/kgBB bolus iv, diulang bila
perlu)

PROGNOSIS
Bangkitan pertama tidak perlu terapi OAE kecuali bila
terdapat faktor risiko untuk timbul bangkitan susulan
Rekurensi tersering terjadi dalam 2 tahun pertama
yaitu sekitar 36%-47%
Tingkat rekurensi bertambah bila terdapat:

Abnormalitas pada PF
Gambaran EEG abnormal
Bentuk bangkitan parsial
Usia <12 tahun atau >60 tahun
Riwayat keluarga (+)
Riwayat kejang demam (+)
Bangkitan timbul saat tidur

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai