Anda di halaman 1dari 41

Preseptor:

dr. Yunir, Sp.THT-KL

1.1. Latar Belakang


Rinitis alergi >> di klinik.
Studi tahun 2001 15 juta orang per
tahun
Bila tidak ditanggulangi secara tepat
dan cepat inflamasi menahun yang
komplikasi

Rinitis alergi reaksi hipersensitivitas tipe


I diperantarai IgE dengan mukosa
hidung sebagai organ sasaran utama
Gejala utama di hidung
Gejala-gejala lain organ lain, seperti
mata, kulit dan palatum

1.2. Batasan Masalah


Referat ini membahas tentang definisi,
epidemiologi, etiologi, patogenesis, diagnosis,
dan penatalaksanaan rinitis alergi.
1.3. Tujuan Penulisan
Referat ini bertujuan untuk menambah
pengetahuan dan pemahaman mengenai
definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis,
diagnosis, dan penatalaksanan rinitis alergi.
1.4. Metode Penulisan
Metode yang dipakai dalam penulisan referat ini
berupa tinjauan kepustakaan yang merujuk
kepada berbagai literatur dan makalah ilmiah.

Diagnosis : anamnesis, gejala penyakit,


riwayat alergi, pemeriksaan diagnostic
secara invivo dan invitro
Pengobatan penghindaran diri
terhadap allergen, terapi
medikamentosa, anti-inflamasi dan
imunoterapi alergen
Rinitis alergi merupakan penyakit
inflamasi yang banyak dijumpai; tidak
fatal belum mendapatkan perhatian
yang serius baik

kelainan pada hidung dengan gejala


bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan
tersumbat setelah mukosa hidung terpapar
allergen yang diperantarai IgE
(WHO ARIA, 2001)

terjadi pada 15 juta orang per tahun


Onset umur 12-15 tahun
Amerika serikat 20 % penderita rhinitis
alergi
Penelitian :
Rinitis alergi didiagnosis pada 74-80%
pasien asma(disbanding hanya 5-20%
pada populasi normal). Rinitis mendahului
serangan asma pada 49-64% pasien asma
dan 5-15% pasien rhinitis alergi juga
menderita asma (hanya 3-5% pada
populasi normal)

anak dengan rinitis alergi risiko 3x


untuk menjadi asma
anak rinitis alergi dengan riwayat asma
pada keluarganya resiko 9,8x

Hidung Bagian Luar

Bentuk hidung dari luar seperti pyramid yang


ditunjang oleh kerangka hidung. Bagian-bagian
hidung luar dari atas ke bawah, yaitua,b :
Pangkal hidung (bridge), yaitu bagian atas
dorsum nasi yang ditunjang oleh tulang hidung,
Batang hidung (dorsum nasi),
Puncak hidung (hip), yaitu ujung bawah yang
membentuk sudut bebas,
Ala nasi, merupakan bagian-bagian bawah
yang melebar ke samping dimana sisinya
melekat pada pipi dan bibir atas,
Kolumela dan
Lubang hidung (nares anterior)

Anatomi hidung bagian luar

Hidung

Bagian Dalam

Hidung bagian dalam terdiri dari dua


rongga hidung (cavum nasi) yang
dipisahkan oleh septum nasi. Bentuknya
mirip terowongan yang memanjang dari
depan ke belakang. Lubang depan
disebut nares anterior, lubang belakang
disebut nares posterior yang
menghubungkan cavum nasi dengan
nasofaring. Bagian depan cavum nasi yang
terlindungi ala nasi disebut vestibulum nasi
dan dilapisi oleh kulit yang banyak
mengandung kelenjar sebasea dan rambut
(vibrise)

Anatomi hidung bagian dalam

ETIOLOGI

Alergen inhalan
Alergen ingestan
Alergen injektan

Patogenesis dan patofisiologi


Rinitis Alergi
Penyakit inflamasi

tahap sensitisasi

tahap preovokasi/ reaksi alergi


Immediate Phase Allergic Reaction
Late Phase Allergic Reaction

Kontak
dengan alergen

APC

menangkap
alergen di mukosa hidung
alergen akan membentuk
fragmen peptide
+ molekul HLA kelas II

MHC kelas II
sitokin
Th1 Th2

Th0

Th2

IL3
IL4
!L 5
IL 13

diikat oleh reseptor pada


permukaan sel limfosit B

IgE
sirkulasi

nempel di reseptor Ige pada sel basofil / mastosit


mengeluarkan mediator
Preformed mediator
Newly formed mediator

Gatal di hidung, tenggorok, langit-langit/


telinga

Mata gatal, berair/kemerahan

Hiposmia/anosmia

Post nasal drip/batuk kronik

Variasi diurnal (memburuk pada pagi hari -

siang hari, membaik saat malam hari)

Frekuensi serangan, beratnya penyakit,

lama sakit, intermitten/persisten

Pengaruh terhadap kualitas hidup


gangguan terhadap pekerjaan, sekolah,
tidur dan aktifitas sehari-hari.

Selain itu perlu juga ditanyakan :

Manifestasi penyakit alergi lain


sebelum/bersamaan dengan rinitis

Riwayat atopi di keluarga

Faktor pemicu timbulnya gejala

Riwayat pengobatan dan hasilnya

Rinoskopi anterior

mukosa

edema, basah, berwarna

pucat/livid, adanya sekret encer yang


banyak.
Bila

gejala persisten, mukosa inferior

tampak hipertrofi

Pemeriksaan nasoendoskopi

Adakah gambaran konka bulosa/polip


nasi kecil di meatus medius dan keadaan

KOM

allergic shiner

bayangan gelap di daerah bawah mata,


stasis vena sekunder, obstruksi hidung

allergic salute

menggosok-gosok

hidung, gatal, dengan

punggung tangan

allergic crease

garis

melintang di dorsum nasi 1/3 bawah

facies adenoid

Invitro :

IgE total (prist-paper radioimmunosorbent test

untuk

prediksi alergi pada bayi/anak kecil

dari suatu keluarga dengan derajat alergi


yang tinggi
seringkali

menunjukkan nilai normal

IgE spesifik
dengan RAST / ELISA
spesifitas tinggi
memonitor imunoterapi

Pemeriksaan sitologi hidung


Ditemukannya eosinofil dalam jumlah
banyak alergi inhalan.
Jika basofil ( > 5 sel/lapangan pandang)
alergi makanan
jika ditemukan sel PMN infeksi bakteri.

In vivo

tes cukit kulit

uji intrakutan/intradermal tunggal / berseri


(Skin End-point Titration/SET)
SET : untuk alergen inhalan, menyuntikkan
allergen dalam berbagai konsentrasi,
bertingkat kepekatannya.
Keuntungan SET selain allergen penyebab,
derajat alergi, dosis inisial desensitisasi dapat
diketahui.

Intracutaneus Provocative Dilutional Food


Test (IPDFT)

diet eliminasi dan provokasi (Challenge


Test).
sebagai baku emas
Pada diet eliminasi jenis makanan
setiap kali dihilangkan dari menu
makanan gejala menghilang dengan
meniadakan suatu jenis makanan

pada

Challenge Test, makanan yang

dicurigai diberikan pada pasien setelah


berpantang selama 5 hari, selanjutnya
diamati reaksinya
Alergen

ingestan secara tuntas lenyap dari

tubuh dalam waktu 5 hari

Rinitis infeksi (virus, bakteri / penyebab lain)


Rinitis karena okupasi /pekerjaan
Drug Induced Rhinitis
Rinitis hormonal
Rinitis karena inhalan
Rinitis vasomotor
Rinitis atropi
Rinitis idiopatik

1.

Terapi yang paling ideal


menghindari
kontak dengan alergen dan eliminasi alergen.
Dengan cara :
Membungkus kasur dan dan bantal dengan bahan khusus

(yang tidak tembus mite)


mahal.
Mencuci alas tidur, sarung bantal dan selimut setiap
minggu, bila mungkin dengan air panas (>55o). Atau
dengan menjemur di bawah sinar matahari langsung.
Menggunakan lantai rumah dengan bahan yang dpt
dibersihkan spt keramik, plastik dan kayu.
Sedikit mungkin menggunakan perabotan rumah dari
bahan kain atau kain berbulu.
Menggunakan gorden yang dapat di cuci
Menggunakan mainan dari dari kain atau kain berbulu
yang dapat di cuci.
Tidak memelihara binatang di rumah

Tujuan pengobatan rhinitis alergi adalah 2:


mengurangi gejala
perbaikan kualitas hidup.
mengurangi efek samping pengobatan.
edukasi penderita untuk meningkatkan
ketaatan berobat dan kewaspadaan
terhadap penyakitnya.
mengobati penyebab.

AH1 oral :Cetirizin, Fexofenadin, Loratadin


AH1 nasal : azelastin

Steroid intra nasal :


beklometason, budesonid, flunisonid,
flutikason, mometason furoat dan
triamnisolon.
Dekongestan :
efedrin, pseudoefedrin, phenyleprin dan
phenylpropanolamin

Jika tidak berhasil di tatalaksana dengan


medikamentosa
Dpt dilakukan : konkotomi parsial,
konkoplasti atau multiple outfractured,
inferior turbinoplasty .

boleh dilakukan jika :


Jelas disebabkan oleh adanya IgE
Jelas ada hubungan klinis antara hasil tes kulit dan
timbulnya gejala.
Oleh atau atas tanggung jawab dokter
Pada rinitis alergi yang sedang sampai berat
bila respon terhadap pengobatan lain kurang
memuaskan.
tersedia vaksin atau alergen yang terstandarisasi
atau berkualitas.
KI menggunakan beta bloker, terdapat penyakit
imunologis dan penderita yang tidak taat berobat.
biaya, jarak dengan fasilitas pengobatan dan
pekerjaan penderita tidak mengganggu
pengobatan.

Polip hidung
Otitis media
Sinusitis paranasal

sulit dipastikan

Kesan klinis gejala berkurang dengan


bertambahnya usia

Masalah penurunan konsentrasi


produktivitas kerja dan kelelahan

Penurunan kualitas hidup

KESIMPULAN

Rinitis alergi merupakan kelainan hidung yang


disebabkan oleh proses inflamasi yang dimediasi
oleh hipersensitifitas alergi tipe I dengan gejala
yyang khas berupa hidung gatal, bersini-bersin,
rhinore, dan hidung tersumbat yang reversible.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis
yang terarah, pemeriksaan fisik yang tepat
disertai beberapa pemeriksaan penunjang yang
berkaitan. Secara garis besar penanggulangan
rhinitis alergi ada 3 yakni menghindari atau
mengeliminasi allergen, farmakoterapi dan
imunoterapi/hiposensitisasi. Tindakan operasi
kadang diperlukan untuk mengatasi sekuele
atau komplikasi.

SARAN
Perlunya

penelitian dan pemahaman


lebih lanjut mengenai respon dan jenis
alergi seseorang terhadap alergen,
mengingat tiap orang memiliki reaksi
yang berbeda-beda terhadap
alergen.

Anda mungkin juga menyukai