Anda di halaman 1dari 25

ANESTESI SPINAL

pada SECTIO CAESAR


Nama : m.agung
NIM koass : 11.2012.311

Identitas pasien
Nama : Ny. F
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : P
Pekerjaan : Ibu rumahtangga
Alamat : Tanggal pemeriksaan : 12/9/2014
Tanggal masuk RS : 11/8/2014

ANAMNESIS

1.Keluhan utama
Keluhan utama

: Perut mulas-mulas 5 jam SMRS.

Keluhan tambahan : 2. Riwayat penyakit sekarang


G2P1A0 hamil aterm.
3. Riwayat penyakit penyerta
DM (-), Hipertensi (-). Asma (-), Alergi (-)
4. Habit
5. Riwayat operasi sebelumnya
SC 1 kali pada tahun 2006.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : tampak baik
Kesadaran
: kompos mentis
Tanda-tanda vital

Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 100 x/menit
Suhu
: 36C
Frekuensi nafas
: 20x/menit

Kepala
Mata
Leher
Toraks

: normocephal, tidak ada kelainan


: konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
: tidak ditemukan kelainan
: simetris, tidak ditemukan kelainan
: BJ I dan BJ II reguler, gallop (-), murmur (-)
: suara napas vesikuler, wheezing (-), rhonki (-)
Abdomen : buncit, bekas luka operasi (+)
: supel,nyeri tekan (-),BU(+), bunyi patologis (-)
Ekstremitas : akral hangat, nadi kuat, edema (-)

IV. LABORATORIUM
Tanggal 9/8/2014
Darah rutin
Hb
: 12,3 g/dl
Lekosit
: 13,3 ribu/mm3
Hematokrit
: 36 %
Trombosit
: 235 ribu/mm3
BT
: 1.3 menit
CT
: 10 menit
GDS
: 118 mg/dl

V. STATUS FISIK ASA :


1,E Pasien sehat,normal
VI. DIAGNOSA KERJA
G2P1A0 dengan bekas SC.
VII. RENCANA TINDAKAN BEDAH
Sectio caesaria (SC)
VIII. RENCANA TINDAKAN ANESTESI
Anestesi regional (spinal)

IX. INTRA OPERASI


Lama anestesi :11.00 - 11:45
Lama operasi : 11:10 11:40
Cara Pemberian
Tindakan anestesi spinal di L3-L4 dengan pasien pada posisi duduk.
Digunakan bupivakain 20mg dan fentanyl 25 mcg.
Pasien diberi oksigen 100% 2L/menit dengan nasal canule
Obat berikut dimasukkan secara intravena:

Pitogin 20 IU
Methergin 200 mcg
Ondansetron 8 mg
Ketorolac 30 mg

Observasi tekanan darah,frekuensi nafas dan saturasi oksigen selama


operasi.

Cairan Masuk:
Ring As : 500 ml
Hes
: 500 ml
Cairan Keluar
Perdarahan kurang lebih 350 ml
Urin kurang lebih 400 ml

X. POST OPERASI
Pasca bedah di ruang pulih sadar
Keluhan pasien: mual (+), muntah (-), pusing (-), nyeri (+)
Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : 2 (sadar penuh)
Respirasi : 2 (dapat bernafas dalam)
Sirkulasi : 2 (Tekanan darah naik/turun berkisar 20%)
Warna kulit: 2 (merah muda, capirally refill <3 detik)
Aktivitas : 1 (2 anggota tubuh bergerak aktif/diperintah)
Terpasang cateter no 16, BAK spontan (+), urin warna kuning (+)
Tekanan darah 110/70 mmHg, CRT <3dtk.

Terapi pasca bedah


Infus :
RL (dalam 24 jam)
Ketorolac
3x1 gr
Ondansetron
4mg

TINJAUAN PUSTAKA
PEMBAHASAN

Anestesi spinal adalah salah satu metode anestesi yang


diinduksi dengan menyuntikkan sejumlah kecil obat
anestesi lokal ke dalam cairan cerebro-spinal (CSF).
Anestesi spinal/subaraknoid disebut juga sebagai
analgesi/blok spinal intradural atau blok intratekal. Anestesi
spinal dihasilkan bila kita menyuntikkan obat analgesik
lokal ke dalam ruang sub arachnoid di daerah antara
vertebra L2-L3 atau L3-L4 atau L4-L5.

Umumnya pada tindakan seksio sesarea dilakukan teknik anestesi


regional. Anestesi regional yang dilakukan pada pasien obstetri
adalah dengan teknik blok paraservikal, blok epidural, blok sub
arakhnoid, dan blok kaudal.

Anestesi spinal (blok subarakhnoid) merupakan pilihan utama


dalam tindakan seksio sesarea. Alasan pemilihan anestesi spinal
karena rendahnya efek samping terhadap neonatus akan obat
depresan, pengurangan risiko terjadinya aspirasi pulmonal pada
maternal, kesadaran ibu akan lahirnya bayi, dan yang paling
penting adalah pemberian opioid secara spinal dalam rangka
penyembuhan nyeri pasca operasi

Kelebihan utama tehnik ini adalah :

kemudahan dalam tindakan

peralatan yang minimal

efek samping yang minimal pada biokimia darah


menjaga level optimal dari analisa gas darah
pasien tetap sadar selama operasi dan menjaga jalan nafas
penanganan post operatif dan analgesia yang minimal.

Hal hal yang mempengaruhi anestesi spinal


jenis obat
dosis obat yang digunakan

efek vasokonstriksi

Kontraindikasi
absolut

Indikasi
Bedah ekstremitas
bawah
Bedah panggul
Tindakan sekitar
rektum perineum
Bedah obstetricginekologi
Bedah urologi
Bedah abdomen
bawah
Pada bedah
abdomen atas dan
bawah pediatric
biasanya
dikombinasikan
dengan anesthesia
umum ringan.

Pasien menolak
Infeksi pada
tempat suntikan
Hipovolemia berat,
syok
Koagulapatia atau
mendapat terapi
koagulan
Tekanan
intracranial
meningkat
Fasilitas resusitasi
minimal
Kurang
pengalaman tanpa
didampingi
konsulen anestesi.

Kontraindikasi relatif

Infeksi sistemik
Infeksi sekitar
tempat suntikan
Kelainan neurologis
Kelainan psikis
Bedah lama
Penyakit jantung
Hipovolemia ringan
Nyeri punggung
kronik

Persiapan analgesia spinal


Informed consent
Mendapatkan persetujuan pasien untuk di anestesi
Pemeriksaan fisik
Tidak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan tulang punggung
Pemeriksaan laboratorium anjuran
Hb,Ht, Leukosit, trombosit, waktu perdarahan, waktu pembekuan

TEKNIK ANESTESI SPINAL

Setelah dimonitor,tidurkan pasien misalkan dalam posisi lateral dekubitus. Beri


bantal kepala,selain enak untuk pasien juga supaya tulang belakang stabil.
Buat pasien membungkuk maximal agar processus spinosus mudah teraba.

Posisi lain adalah duduk. Duduk sedikit membungkuk dalam keadaan


relaks,pasien tidak mengkakukan otot, dagu rapat ke dada dengan kaki lurus di
atas meja operasi.

Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua garis Krista


iliaka,missal L2-L3, L3-L4, L4-L5. Tusukan pada L1-L2 atau diatasnya berisiko
trauma terhadap medulla spinalis.

Pakai sarung tangan steril.

Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alcohol.

Beri anastesi local pada tempat tusukan,misalnya dengan lidokain 1-2%


3ml

2-

Cara tusukan median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar


22G,23G,25G dapat langsung digunakan. Sedangkan untuk yang kecil 27G
atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum yaitu jarum suntik biasa
semprit 10cc.

Tusukkan introduser sedalam kira-kira 2cm agak sedikit kearah


sefal,kemudian masukkan jarum spinal berikut mandrinnya ke lubang jarum
tersebut.

Jika menggunakan jarum tajam (Quincke-Babcock) irisan jarum (bevel) harus


sejajar dengan serat duramater, yaitu pada posisi tidur miring bevel mengarah
ke atas atau ke bawah, untuk menghindari kebocoran likuor yang dapat
berakibat timbulnya nyeri kepala pasca spinal.

Setelah resensi menghilang, mandarin jarum spinal dicabut dan keluar likuor,
pasang semprit berisi obat dan obar dapat dimasukkan pelan-pelan
(0,5ml/detik) diselingi aspirasi sedikit, hanya untuk meyakinkan posisi jarum
tetap baik. Kalau anda yakin ujung jarum spinal pada posisi yang benar dan
likuor tidak keluar, putar arah jarum 90 biasanya likuor keluar.

OBAT ANESTESI LOKAL

Berat jenis cairan cerebrospinalis pada 37 derajat celcius adalah 1.003-1.008.


Anastetik local dengan berat jenis sama dengan css disebut isobaric. Anastetik local
dengan berat jenis lebih besar dari css disebut hiperbarik. Anastetik local dengan
berat jenis lebih kecil dari css disebut hipobarik.

Anastetik local yang sering digunakan adalah jenis hiperbarik diperoleh dengan
mencampur anastetik local dengan dextrose. Untuk jenis hipobarik biasanya
digunakan tetrakain diperoleh dengan mencampur dengan air injeksi.

Anestetik local yang paling sering digunakan:


1.Lidokaine(xylobain,lignokain) 2%: berat jenis 1.006, sifat isobaric, dosis 20-100mg
(2-5ml)
2.Lidokaine(xylobain,lignokaine) 5% dalam dextrose 7.5%: berat jenis 1.003, sifat
hyperbaric, dose 20-50mg(1-2ml)
3.Bupivakaine(markaine) 0.5% dlm air: berat jenis 1.005, sifat isobaric, dosis 5-20mg
4.Bupivakaine(markaine) 0.5% dlm dextrose 8.25%: berat jenis 1.027, sifat
hiperbarik, dosis 5-15mg(1-3ml)

TINGGI BLOK ANESTESI SPINAL


Faktor yang mempengaruhi:

Volume obat analgetik local

Konsentrasi obat

Barbotase

Kecepatan penyuntikan

Maneuver valsava

Tempat pungsi: pengaruhnya besar pada L4-5 obat hiperbarik cenderung berkumpul ke
kaudal(saddle blok) pungsi L2-3 atau L3-4 obat cenderung menyebar ke cranial.

Berat jenis larutan

Tekanan abdominal yang meningkat

Waktu: setelah 15 menit dari saat penyuntikan,umumnya larutan analgetik sudah


menetap

KOMPLIKASI ANESTESI SPINAL


Komplikasi sirkulasi:

Hipotensiterjadi karena vasodilatasi, akibat blok simpatis, makin


tinggi blok makin berat hipotensi.

Pencegahan hipotensi dilakukan dengan memberikan infuse cairan


kristaloid(NaCl,Ringer laktat) secara cepat sebanyak 10-15ml/kgbb
dlm 10 menit segera setelah penyuntikan anesthesia spinal.

Bila dengan cairan infuse cepat tersebut masih terjadi hipotensi harus
diobati dengan vasopressor seperti efedrin intravena sebanyak 25mg
diulang setiap 3-4 menit sampai mencapai tekanan darah yang
dikehendaki.

Bradikardiadapat terjadi karena aliran darah balik berkurang atau


karena blok simpatis,dapat diatasi dengan sulfas atropine 1/8-1/4 mg
IV.

Komplikasi respirasi:

Analisa gas darah cukup memuaskan pada blok spinal tinggi,bila fungsi paru-paru normal.

Penderita PPOM atau COPD merupakan kontra indikasi untuk blok spinal tinggi.

Apnoe dapat disebabkan karena blok spinal yang terlalu tinggi atau karena hipotensi
berat dan iskemia medulla.

Kesulitan bicara,batuk kering yang persisten,sesak nafas,merupakan tanda-tanda tidak


adekuatnya pernafasan yang perlu segera ditangani dengan pernafasan buatan.

Komplikasi gastrointestinal:
Nausea dan muntah karena hipotensi, hipoksia,tonus parasimpatis berlebihan, pemakaian
obat narkotik, reflek karena traksi pada traktus gastrointestinal serta komplikasi
delayed,pusing kepala pasca pungsi lumbal merupakan nyeri kepala dengan ciri khas terasa
lebih berat pada perubahan posisi dari tidur ke posisi tegak.
Mulai terasa pada 24-48jam pasca pungsi lumbal,dengan kekerapan yang bervariasi.
Pada orang tua lebih jarang dan pada kehamilan meningkat.

POST ANESTESI

Posisi berbaring terlentang minimal 24 jam,kepala


tidak boleh diangkat, boleh miring kanan kiri.

Hidrasi adekuat

Hindari mengejan

Bila cara diatas tidak berhasil berikan epidural


blood patch yakni penyuntikan darah pasien sendiri
5-10ml ke dalam ruang epidural.

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai

  • Penyuluhan Low Back Pain
    Penyuluhan Low Back Pain
    Dokumen22 halaman
    Penyuluhan Low Back Pain
    FebrianusFeliksSupranta
    Belum ada peringkat
  • Avm Komdik
    Avm Komdik
    Dokumen13 halaman
    Avm Komdik
    FebrianusFeliksSupranta
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner
    Kuesioner
    Dokumen17 halaman
    Kuesioner
    FebrianusFeliksSupranta
    Belum ada peringkat
  • HIV - AIDS Dan Remaja
    HIV - AIDS Dan Remaja
    Dokumen49 halaman
    HIV - AIDS Dan Remaja
    FebrianusFeliksSupranta
    Belum ada peringkat
  • Fisiologi Berkemih
    Fisiologi Berkemih
    Dokumen9 halaman
    Fisiologi Berkemih
    Herlinda Yudi Saputri
    100% (1)
  • Yuhu
    Yuhu
    Dokumen4 halaman
    Yuhu
    FebrianusFeliksSupranta
    Belum ada peringkat
  • Referat Case Avm
    Referat Case Avm
    Dokumen4 halaman
    Referat Case Avm
    FebrianusFeliksSupranta
    Belum ada peringkat
  • HIV - AIDS Dan Remaja
    HIV - AIDS Dan Remaja
    Dokumen49 halaman
    HIV - AIDS Dan Remaja
    FebrianusFeliksSupranta
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    febrian_felix11
    Belum ada peringkat
  • Pengetahuan Gangguan Penggunaan NAPZA
    Pengetahuan Gangguan Penggunaan NAPZA
    Dokumen63 halaman
    Pengetahuan Gangguan Penggunaan NAPZA
    FebrianusFeliksSupranta
    Belum ada peringkat
  • Kuisioner Penelitian
    Kuisioner Penelitian
    Dokumen6 halaman
    Kuisioner Penelitian
    Asti Achi
    Belum ada peringkat
  • Konsep Populasi Dan Sampling
    Konsep Populasi Dan Sampling
    Dokumen36 halaman
    Konsep Populasi Dan Sampling
    Trio Mardiansyah
    Belum ada peringkat
  • Preskas Agung Anastesi
    Preskas Agung Anastesi
    Dokumen25 halaman
    Preskas Agung Anastesi
    FebrianusFeliksSupranta
    Belum ada peringkat
  • Referat Clamidia
    Referat Clamidia
    Dokumen20 halaman
    Referat Clamidia
    FebrianusFeliksSupranta
    Belum ada peringkat
  • Anestesi Intravena Total
    Anestesi Intravena Total
    Dokumen2 halaman
    Anestesi Intravena Total
    Adhyatma Prihatmojo
    Belum ada peringkat
  • Abstrak Terjemahan
    Abstrak Terjemahan
    Dokumen2 halaman
    Abstrak Terjemahan
    FebrianusFeliksSupranta
    Belum ada peringkat
  • Neuro Dermatitis
    Neuro Dermatitis
    Dokumen17 halaman
    Neuro Dermatitis
    Desta Eko Indrawan
    Belum ada peringkat
  • Acne
    Acne
    Dokumen19 halaman
    Acne
    FebrianusFeliksSupranta
    Belum ada peringkat
  • CASE Anestesi Cici
    CASE Anestesi Cici
    Dokumen38 halaman
    CASE Anestesi Cici
    FebrianusFeliksSupranta
    Belum ada peringkat
  • CASE Anestesi Cici
    CASE Anestesi Cici
    Dokumen38 halaman
    CASE Anestesi Cici
    FebrianusFeliksSupranta
    Belum ada peringkat
  • Frekuensi
    Frekuensi
    Dokumen1 halaman
    Frekuensi
    FebrianusFeliksSupranta
    Belum ada peringkat
  • Anestesi Feliks
    Anestesi Feliks
    Dokumen26 halaman
    Anestesi Feliks
    FebrianusFeliksSupranta
    Belum ada peringkat
  • 11 1 2
    11 1 2
    Dokumen14 halaman
    11 1 2
    FebrianusFeliksSupranta
    Belum ada peringkat
  • Anestesi Ramli
    Anestesi Ramli
    Dokumen27 halaman
    Anestesi Ramli
    FebrianusFeliksSupranta
    Belum ada peringkat
  • Konsep Populasi Dan Sampling
    Konsep Populasi Dan Sampling
    Dokumen36 halaman
    Konsep Populasi Dan Sampling
    Trio Mardiansyah
    Belum ada peringkat
  • Dengue Syok Syndrom
    Dengue Syok Syndrom
    Dokumen30 halaman
    Dengue Syok Syndrom
    FebrianusFeliksSupranta
    Belum ada peringkat
  • Elsa
    Elsa
    Dokumen28 halaman
    Elsa
    FebrianusFeliksSupranta
    Belum ada peringkat
  • Kerangka Teori
    Kerangka Teori
    Dokumen1 halaman
    Kerangka Teori
    FebrianusFeliksSupranta
    Belum ada peringkat
  • Hubungan Status Imunisasi Dengan ISPA Pada Balita
    Hubungan Status Imunisasi Dengan ISPA Pada Balita
    Dokumen1 halaman
    Hubungan Status Imunisasi Dengan ISPA Pada Balita
    FebrianusFeliksSupranta
    Belum ada peringkat