Anda di halaman 1dari 18

CIDERA MEDULLA

SPINALIS
KELOMPOK VII
1. Cherly Mardani
2. Ayu Kristiana
3.Rizka Nurdiani S
4.Pivri Wentin S
5.Nurul Hanifa
6.Uswatu Hasanah
7.Deny Hady P
8.Soni Banugroho

A
N
A
T
O
M
I
S
I
S
T
E
M
S
A
R
A
F

Cidera medulla spinalis?

Cidera medula spinalis adalah


suatu kerusakan fungsi
neurologis yang disebabkan oleh
benturan pada daerah medulla
spinalis (Brunner & Suddarth,
2001).

kecelakaan lalu lntas, kecelakaan


olahraga, kecelakaan industri,
kecelakaan lain, seperi jatuh dari
pohon atau bangunan, luka tusuk,
luka tembak, dan trauma karena
tali pengaman (fraktur chance)
(Arif Muttakin, 2005)

ETIOLOGI

MANIFESTASI
nyeri akut pada belakang leher, yang menyebar
sepanjang saraf yang terkena.
2. Paraplegia
3. tingkat neurologik yang berhubungan akan mengalami
paralisis sensori dan motorik total yang
menyebabkan gangguan kontrol kandung kemih (retensi
dan inkontinensia) dan usus besar, penurunan tonus
vasomotor dan penurunan keringat, dan penurunan
tekanan darah yang
diawali dengan resistensi vaskuler
perifer.
4. penurunan fungsi pernafasan
5. gagal nafas
1.
1.

klasifikasi
Grade A : Motoris (-), sensoris (-)
Grade B : Hanya Sensoris (+)
Grade C : Motoris (+) dengan kekuatan
otot <3
Grade D : motoris (+) dengan kekuatan
otot >3
Grade E : Motoris dan sensoris normal

KOMPLIKASI
1. Neurogenik shock
2. Henti Nafas
3. Hiperrefleksia atonom ditandai dengan tekanan
darah yang tinggi disertai bradikardi (frekuensi
jantung rendah), serta berkeringat dan
kemerahan pada kulit wajah dan torso bagian
atas.
4. Cedera medulla spinalis yang berat sebenarnya
mempengaruhi semua sistem tubuh sampai
beberapa derajat.

an
a
s
k
i
r
Peme
jang
n
u
n
e
P
1. Sinar X
-> menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi,
dan perubahan hubungan tulang pada vertebra
lumbal. Sinar X multipe diperlukan untuk
pengkajian paripurna struktur yang sedang
diperiksa, menentukan lokasi dan jenis cedera
tulang (fraktur, dislokasi).
2. Ct- Scan
-> dapatmengidentifikasai lokasi danpanjangnya
patahtulang didaerah yang sulit dievaluasi.
3. MRI
-> untuk mengidentifikasi keadaan abnormal serebral
dengan mudah dan lebih jelas dari tes diagnostic
lainnya. Mengidentifikasi adanya kerusakan saraf
spinal, edema dan kompresi.

4. Mielograf
-> penyuntikanbahan kontras kedalam
ronggasubarachnoid spinalislumbal
Mielogram menggambarkan ruang
subarachnoid spinal dan menunjukkan
adanya penyimpangan medula spinalis
atau sakus dural spinal
5. Foto Thorax
-> memperlihatkan keadan paru (contoh :
perubahan pada diafragma, atelektasis)
6. Pemeriksaan Fungsi Paru
-> mengukur volume inspirasi maksimal
khususnya pada pasien dengan trauma
servikat bagian bawah atau pada trauma
torakal dengan gangguan pada saraf
frenikus /otot interkostal).
7. GDA
-> Menunjukan kefektifan penukaran gas atau
upaya ventilasi

PENATAL
AKSANAA
N

1. Lakukan tindakan segera pada cedera medula spinalis.


Tujuannya adalah mencegah kerusakan lebih lanjut pada medula spinalis.
-Letakkan pasien pada alas yang keras dan datar untuk
pemindahan.
- Beri bantal,guling atau bantal pasir pada sisi pasien u/
mencegah pergeseran.
- tutup dengan selimut untuk menghindari hawa panas badan.
- pindahkan pasien ke RS yang memiliki fasilitas penanganan kasus cedera medula
spinalis.
2. Tindakan khusus
3. tindakan oprasi diindikasi pada
- fraktur servikal
- cedera terbuka
4. perawatan umum
-perawatan vesika dan fungsi defekasi
-perawatan dekubitus
-nutrisi yang adekuat
-kontrol nyeri:Analgetik,obat anti inflamasi non steroid,anti
konvulsan,kodein.
5. fisioterapi, terapi vokasional , dan psikoterapi sangat penting terutama pada pasien
yang mengalami sekuele neorologis berat dan permanen.

a.Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan


dengan kelemahan otot-otot pernapasan atau kelumpuhan
otot diafragma.
b. penurunan curah jantung b.d kerusakan jaringan
otak
c.Nyeri berhubungan dengan kompresi saraf, cedera
neuromuskular, dan refleks spasme otot sekunder.
d.Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh yang berhubungan dengan kemampuan
mencerna
makanan dan peningkatankebutuhan metabolism
e. Risiko tinggi trauma yang berhubungan dengan
penurunan kesadaran dan hambatan mobilitas fisik.
f. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan
kerusakan neuromuskular.
g.Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan
kelemahan fisik ekstremitas bawah.
h. Risiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan
dengan imobilisasidan tidak adekuatnya sirkulasi
perifer.

KEP.

DIAGNOSA

A
S
U
H
A
N
K
E
P
E
R
A
W
A
T
A
N

1. Pengkajian.
Identitas klien
2. Keluhan utama
yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan kesehatan adalah
nyeri, kelemahan dan kelumpuhan ekstremitas,inkontinensia urine, nyeri
tekan otot,hiperestesia tepat di atas daerah trauma.
3.Riwayat penyakit sekarang.
Kaji adanya riwayat trauma tulang belakang akibat kecelakaan. Pengkajian
yang didapat meliputi hilangnya sensibilitas,paralisis (dimulai dari paralisis
layu disertai hilangnya sensibilitas secara total dan melemah/menghilangnya
refleks alat dalam) ileusparalitik, retensi urine, dan hilangnya refleksrefleks.
4. Riwayat kesehatan dahulu.
Merupakan data yang diperlukan untuk mengetahui kondisi kesehatan klien
sebelum menderita penyakit sekarang , berupa riwayat trauma medula
spinalis. Biasanya ada trauma/ kecelakaan.
5. Riwayat kesehatan keluarga.
Untuk mengetahui ada penyebab herediter atau tidak
6. Riwayat penyakit dahulu.
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit
degeneratif pada tulang belakang, sepertiosteoporosis dan osteoartritis.

7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan persistem (B1-B6 ; B 1(breathing),
B2(blood), B3(brain), B4 (bladder), B5 (bowel), B6(bone)) dengan fokus
pemeriksaan B3(Brain)dan B6(Bone)yangterarah dan dihubungkan dengan
keluhan klien.
8. Pemeriksaanrefleks
a.Pemeriksaan refleks dalam. Refleks Achilles menghilang dan refleks
patela biasanya melemah karena kelemahan pada otot hamstring.
b.Pemeriksaan refleks patologis. Pada fase akut refleks fisiologis
akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan
muncul
kembali yang didahului dengan refleks patologis.
c.RefleksBullbo Cavemosuspositif
d.Pemeriksaan sensorik. Apabila klien mengalami trauma pada
kaudaekuina, mengalami hilangnya sensibilitas secara me-netap pada
kedua
bokong, perineum, dan anus. Pemeriksaan sensorik superfisial
dapat
memberikan petunjuk mengenai lokasi cedera akibat trauma di
daerah
tulang belakang

9. Perkemihan
Kaji keadaan urine yang meliputi warna, jumlah, dan
karakteristik urine, termasuk berat jenis urine. Penurunan
jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi
akibat menurunnya perfusi pada ginjal.
10. Pencernaan.
Pada keadaan syok spinal dan neuropraksia, sering didapatkan
adanya ileus paralitik. Data klinis menunjukkan hilangnya
bising usus serta kembung dan defekasi tidak ada. Hal ini
merupakan gejala awal dari syok spinal yang akan berlangsung
beberapa hari sampai beberapa minggu. Pemenuhan nutrisi
berkurang karena adanya mual dan kurangnya asupan nutrisi.
11.Muskuloskletal.
Paralisis motor dan paralisis alat-alat dalam bergantung pada
ketinggian terjadinya trauma. Gejala gangguan motorik sesuai
dengan distribusi segmental dari saraf yang terkena.

I
N
T
E
R
V
E
N
S
I

1.Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kelemahan otot-otot


pernapasan ataukelum puhan otot diafragma.
Intervensi : Observasi tanda vital tiap jam atau sesuai respon klien.
Istirahatkan klien dalam posisi semi fowler
Pertahankan oksigenasi NRM 8-10 / mnt
Kolaborasi pemeriksaan AGD.
2. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan integritas jaringanKaji nyeri
yang dialami klien
Intervensi : kaji faktor yang menurunkan toleransi nyeri
kurangi atau hilangkan faktor yang meningkatkan nyeri
Pantau tanda- tanda vital
Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi
Kolaborasi dalam pemberian obat Analgetik
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur lumbalis

Intervensi : Tingkatkan mobilitas dan pergerakan yang optimal


Tingkatkan mobilitas ekstremitas atau Latih rentang pergerakan
sendi pasif
Posisikan tubuh sejajar untuk mencegah komplikasi
Anjurkan keluarga untuk memandikan klien dengan air hangat.
Ubah posisiminimal setiap 2 jam sekali
inspeksi kulit terutama yang bersentuhan dengan tempat tidur


4. Penurunan curah jantung b.d kerusakan otak
Intervensi: ubah posisi klien secara berangsur
jaga suasana tenang
kurangi cahaya ruangan
tinggikan kepala
5. Defisit perawatan diri: mandi

Intervensi : Kaji keadaan umum klien


Kaji pola kebersihan klien
Lakukan personal hygiene (mandi) pada klien
Libatkan keluarga pada saat memandikan

Anda mungkin juga menyukai