pasien Apendisitis
Oleh :
Bima Nazir
Pendahuluan
Anastesiologi cabang ilmu kedokteran yang
mendasari berbagai tindakan meliputi pemberian
anastesi, penjagaan keselamatan penderita yang
mengalami pembedahan, pemberian bantuan
hidup dasar, pengobatan intensif pasien gawat,
terapi inhalasi dan penanggulangan nyeri
Pasien yang akan menjalani anestesi dan
pembedaha
(elektif
atau
darurat)
harus
dipersiapkan dengan baik.
Sambungan
Pada prinsipnya dalam penatalaksanaan anestesi pada suatu
operasi terdapat beberapa tahap yang harus dilaksanakan:
Pre anestesi persiapan mental dan fisik pasien, perencanaan anestesi,
menentukan prognosis dan persiapan pada hari operasi
Penatalaksanaan anestesi premedikasi, masa anestesi dan
pemeliharaan.
Pemulihan perawatan pasca anestesi
Apendisitis
Etiologi bakteri, sumbatan lumen apendiks, timbunan tinja
yang keras (fekalit), tumor apendiks, pengikisan mukosa
apendiks akibat parasit.
Gejala nyeri perut kanan bawah, seringkali disertai rasa mual
bahkan muntah
Pada beberapa keadaan, apendisitis agak sulit didiagnosis,
sehingga dapat menyebabkan terjadinya komplikasi yang lebih
parah. Hal ini sering menjadi penyebab terlambatnya
diagnosis, sehingga lebih dari setengah penderita baru dapat
didiagnosis setelah perforasi.
sambungan
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh
sempurna, tetapi akan membentuk jaringan parut yang akan
menyebabkan perlengketan dengan jaringan sekitarnya.
Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang di perut
kanan bawah. Pada suatu saat, ketika meradang lagi, yang
disebut apendisitis eksaserbasi akut. Bila diagnosis sudah
pasti, maka terapi yang paling tepat dengan tindakan operatif,
yang disebut apendektomi. Penundaan operasi dapat
menimbulkan bahaya, antara lain abses atau perforasi
Anestesi
Anestesi dapat dibagi dua macam,yaitu:
anestesi umum, dibagi menurut cara pemberiannya, yaitu:
Inhalasi
Parenteral
anestesi regional
Pada kasus ini anestesi yang digunakan adalah anestesi umum. Dalam
memberikan obat-obat anestesi pada penderita yang akan menjalani operasi
maka perlu diperhatikan tujuannya yaitu sebagai premedikasi, induksi,
maintenance, dan lain-lain
Anestesi Umum
Anestesi umum meniadakan nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversibel).
Komponen anestesi yang ideal terdiri dari : (1) hipnotik (2)
analgesia (3) relaksasi otot. Obat anestesi yang masuk ke
pembuluh darah atau sirkulasi kemudian menyebar ke jaringan.
Yang pertama terpengaruh oleh obat anestesi ialah jaringan
kaya akan pembuluh darah seperti otak, sehingga kesadaran
menurun atau hilang, hilangnya rasa sakit, dan sebagainya
Seseorang yang memberikan anestesi perlu mengetahui
stadium anestesi untuk menentukan stadium terbaik
pembedahan itu dan mencegah terjadinya kelebihan dosis
Plane 1 : dari timbulnya pernafasan teratur hingga berhentinya pergerakan bola mata.
Plane 2 : dari tidak adanya pergerakan bola mata hingga mulainya paralisis
interkostal.
2. Premedikasi Anestesi
Premedikasi anestesi adalah pemberian obat sebelum
anestesi. Adapun tujuan dari premedikasi antara lain :
3. Obat-obat Premedikasi
Sullfas Atropin
Pethidin
Midazolam
4. Induksi
Pada kasus ini digunakan Propofol. Propofol adalah campuran 1%
obat dalam air dan emulsi yang berisi 10% soya bean oil, 1,2%
phosphatide telur dan 2,25% glysero
Pemberian intravena propofol (2mg/kg) menginduksi anestesi
secara cepat. Rasa nyeri kadang-kadang terjadi di tempat suntikan,
tetapi jarang disertai plebitis atau trombosis. Anestesi dapat
dipertahankan dengan infus propofol yang berkesinambungan
dengan opiat, N2O dan/atau anestetik inhalasi lain
Propofol menurunkan tekanan arteri sistemik kira-kira 80% tetapi
efek ini disebabkan karena vasodilatasi perifer daripada
penurunan curah jantung. Tekanan sistemik kembali normal
dengan intubasi trakea
5. Pemeliharaan
Nitrous Oksida/ Gas Gelak (N2O)
Ethrane (Enflurane)
Halothane (Fluothane)
7. Intubasi Endotrakeal
Suatu tindakan memasukkan pipa khusus ke dalam
trakea,sehingga jalan nafas bebas hambatan dan nafas mudah
dikendalikan.Intubasi trakea bertujuan untuk:
8. Terapi Cairan
Prinsip dasar terapi cairan adalah cairan yang diberikan
harusmendekati jumlah dan komposisi cairan yang hilang.
Terapi cairanperioperatif bertujuan untuk6 :
Memenuhi kebutuhan cairan, elektrolit dan darah yang hilangselama
operasi.
Mengatasi syok dan kelainan yang ditimbulkan karena terapi
yangdiberikan.
b. Selama operasi
Dapat terjadi kehilangan cairan karena proses operasi. Kebutuhancairan pada dewasa untuk operasi :
Ringan = 4 ml/kgBB/jam.
Sedang = 6 ml / kgBB/jam
Berat = 8 ml / kgBB/jam.
Bila terjadi perdarahan selama operasi, di mana perdarahan kurang dari 10 % EBV maka cukup
digantikan dengan cairan kristaloid sebanyak 3 kali volume darah yang hilang. Apabila perdarahan
lebih dari 10 % maka dapat dipertimbangkan pemberian plasma / koloid / dekstran dengan dosis 1-2
kali darah yang hilang.
c. Setelah operasi
Pemberian cairan pasca operasi ditentukan berdasarkan defisit cairan selama operasi ditambah
kebutuhan sehari-hari pasien
9. Pemulihan
Pasca anestesi dilakukan pemulihan dan perawatan pasca
operasi dan anestesi yang biasanya dilakukan di ruang pulih
sadar atau recoveryroom yaitu ruangan untuk observasi pasien
pasca atau anestesi. RR merupakan batu loncatan sebelum
pasien dipindahkan kebangsal atau masih memerlukan
perawatan intensif di ICU. Dengandemikian pasien pasca
operasi atau anestesi dapat terhindar darikomplikasi yang
disebabkan karena operasi atau pengaruh anestesinya
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. N
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Alamat : Jln. Sidodadi no.68, Medan
Diagnosis pre operatif : Appendisitis Akut
Diagnosis post operasi : Appendisitis Akut
Macam Operasi : Appendiktomi
Macam Anestesi : Anestesi umum
No. Register : 213037
2. Pemeriksaan fisik :
Abdomen :
I: Dinding perut = dinding dada, distended (-), darm contur(-), darm steifung (-)
P:Supel, Nyeri tekan (+) pada perut kanan bawah (McBurney Sign (+)),defans muskuler (-)
P : Timpani (+), NKCV (-)
A : Peristaltik (+) normal
Hasil Laboratorium
C. Rencana Anastesi
1. Persiapan operasi
D. Tatalaksana Anestesi
1. Di ruang persiapan
a. Dilakukan pemeriksaan kembali identitas penderita,
persetujuan operasi, lama puasa > 6 jam, lembar konsul
anestesi, obat-obatan dan perlengkapan yang diperlukan.
b. Pemeriksaan tanda tanda vital
T : 110/80 mmHg
Rr : 20 x/menit
N : 80x/menit
S : 37C
Infus RL 30 tpm makro
Di ruang operasi
a. Jam 10.15 penderita ditidurkan di ruang operasi telentang dilakukan premedikasi
pemberian SA 0,25 mg i.v, petidin 30 mg i.v, sertamidazolam 5 mg iv, kemudian manset
dipasang pada lengan kiri.
b. Jam 10.20 dilakukan induksi dengan propofol 120 mg i.v, lalu segera kepala
diekstensikan, face mask didekatkan pada hidung dengan O2 5l/menit. Setelah reflek bulu
mata menghilang, dimasukkan Succinylcholin 600 mg iv, tampak fasikulasi otot. Sesudah
tenang dilakukan intubasi dengan orotrakhea no 7,5. Setelah terpasang baik dihubungkan
dengan mesin anestesi untuk mengalirkan N20 : O2 = 3 : 3 l/menit. Untuk maintenance
digunakan etrhane 1-2 vol %. Infus RL sekitar 30 tetes per menit makro.
c. Jam 10.25 anestesi sudah cukup dalam (napas teratur, pupil terfiksasisentral dan
midriasis,ahli bedah dipersilakan memulai operasi, selamaoperasi dimonitor tanda vital
dan Spa O2 tiap 10 menit.
d. Jam 11.05 operasi hampir selesai , N20 dimatikan, ethrane dimatikan02 dinaikkan
sekita 5-6 l/mnt.
e. Jam 11.15 operasi selesai
Jam
Tensi
Nadi
SaO2
Keterangan
10.1510.20
110/0
80
100
SA 0,25mg,
pethidin
30mg,induksi
propofol
8mg,intubasi o2
5L/I, etrane 1-2vol
%
10.25
80/68
80
100
Infus RL operasi
dimulai dan
monitoring vital
sign tiap 10 menit
10.35
88/66
74
99
10.45
76/56
83
99
10.55
92/65
77
100
11.05
93/68
80
100
11.15
108/72
82
100
3. Di ruang pemulihan
Jam 11.20 : pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dalam
keadaan posisi terlentang kepala diektensikan, diberikan O2 23liter/menit, lendir dihisap dan tanda tanda vital dimonitoring
tiap 15 menit.
Jam 11.35 : pasien sadar penuh
Jam 13.20 : pasien dipindahkan dari ruang pemulihan ke
bangsal.
PEMBAHASAN
A. PERMASALAH DARI SEGI MEDIK
Appendisitis yang merupakan proses radang dapat meningkatkan
metabolisme, dimana kebutuhan cairan meningkat yang menyebabkan
penderita mengalami kehilangan banyak cairan sehingga bisa terjadi
dehidrasi atau juga sepsis.
Dalam memperbaiki keadaan umum dan mempersiapkan operasi pada penderita perlu
dilakukan :
Pemasangan infus untuk terapi cairan sejak pasien masuk RS.
Puasa paling tidak 6 jam untuk mengosongkan lambung, sehingga bahaya muntah dan aspirasi
dapat dihindarkan.
Jenis anestesi yang dipilih adalah general anestesi karena pada operasi ini
diperlukan hilangnya kesadaran, rasa sakit dan amnesia dengan
menggunakan premedikasi sulfas atropin dan petidin. Teknik anestesinya
semi closed inhalasi dengan pemasangan endotracheal tube, dan
perencanaan ini sudah tepat karena bila dengan face mask bahaya aspirasi
dan terganggunya jalan napas lebih besar. Selama operasi dipasang ET
teknik cepat
1) Premedikasi
a) Untuk mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus serta mencegah adanya vagal
reflek yang ditimbulkan oleh tindakan bedah itu sendiri maka diberikan sulfas atropin
0,25 mg IV
b) Untuk mengurangi rasa sakit pra bedah dan pasca bedah,mengurangi kebutuhan obat
anestesi dan memudahkan induksi digunakan Petidin 60 mg IV.
c) Pada pasien ini diberikan midazolam 5 mg (dosis 0,07-0,2 mg/kgBB) berfungsi untuk
hipnotik sedative, dan amnesia retrograde
2) Induksi
a) Digunakan Propofol 120 mg i.v karena memiliki induksi yang cepat, masa pulih sadar
yang cepat, jarang menimbulkan mual dan muntah, tensi juga kondisi pernapasan yang
normal.
b) Untuk mengurangi cedera karena pemasangan ET, merelaksasikan otot saluran napas
untuk sementara maka digunakan Suksinsil kholin
3) Maintenance
Dipakai N2O dan O2 dengan perbandingan 3 L : 3 L, serta ethrane 1-2 vol%.