Latar Belakang
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
Rumusan Masalah
Menurut WHO 2008, episode batuk-pilek pada balita di
Tujuan Umum
Untuk mengetahui keberhasilan
Tujuan Khusus
Diketahuinya cakupan:
Penemuan dan diagnosis
Pelayanan pengobatan
Jumlah rujukan
Penyuluhan baik perorangan maupun
kelompok
Pelatihan kader untuk mendeteksi dini
Sasaran
Semua balita yang ada di wilayah kerja
Materi
Laporan bulanan Program Pemberantasan (P2) ISPA di
Metode
Evaluasi program ini dilaksanakan dengan
Data umum
Data
geografis
Wilayah kerja UPTD Puskesmas
Medangasem relatif terjangkau.
Luas wilayah kerja UPTD
Puskesmas Medangasem adalah
1.713.000 m2.
Terdiri dari 3 Desa
(Medangasem, Cipta Marga,
Kampung Sawah),
13 Dusun, 20 RW, dan 57 RT,
dan
24 Posyandu.
Batas-batas wilayah
kerja UPTD Puskesmas
Medangasem :
Sebelah Utara:
Kecamatan Tirtajaya.
Sebelah Selatan:
Kecamatan
Rengasdengklok.
Sebelah Barat:
Kecamatan
Pebayuran Bekasi.
Sebelah Timur:
Wliyahan Kerja UPTD
Puskesmas
Jayakerta.
Data Demografi
Sarana Kesehatan
Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang
Proses
Perencanaan
Pengorganisasian
Pelaksanaan
Pengawasan
Perencanaan
Penemuan penderita ISPA
Penentuan diagnosa ISPA
Pelayanan Pengobatan penderita ISPA
Rujukan penderita ISPA
Penyuluhan ISPA
Pelatihan kader
Pencatatan dan Pelaporan
Pengorganisasian
Pelaksanaan
Penemuan penderita ISPA dilakukan secara passive case finding
oleh dokter umum atau perawat di poli MTBS atau poli umum
Penentuan diagnosis dilakukan oleh dokter umum atau perawat
sesuai pedoman diagnosis ISPA di poli MTBS
Pelayanan pengobatan dilakukan oleh dokter umum atau
perawat, bidan sesuai pedoman penatalaksanaan ISPA di poli
MTBS
Rujukan dilakukan pada penderita Pneumonia berat
Penyuluhan perorangan dilakukan secara langsung melalui
wawancara orangtua penderita ISPA yang datang berobat
Penyuluhan kelompok tidak dilaksanakan
Pelatihan Kader tidak dilaksanakan karena keterbatasan biaya.
Pencatatan akan dilaksanakan oleh perawat di poli MTBS sesuai
dengan metoda pada setiap hari kerja dan pelaporan akan
dilaksanakan secara bulanan dan tahunan oleh petugas
kesehatan di Puskesmas.
Pengawasan
Melalui pencatatan setiap hari dan
Keluaran
Jumlah perkiraan penemuan penderita Pneumonia = 361
Balita
Penemuan penderita ISPA bayi dan balita di wilayah kerja
Puskesmas Medangasem periode Januari sampai dengan
November 2014
Pneumonia : 67 kasus
Bukan Pneumonia
: 513 kasus
Penyuluhan
Penyuluhan perorangan: 100%
Penyuluhan kelompok: 0 %
Lingkungan
Kepadatan Penduduk = 1 orang / 49.78 m 2
Lokasi = Tidak terdapat daerah dengan akses sulit.
Transportasi = Sarana transportasi umum berupa
Umpan Balik
Pelaporan kegiatan program: Didapat dari pertemuan
Dampak
Langsung :
Menurunnya angka kesakitan ISPA pada
Pembahasa
n
Variabel
I. Keluaran
1. Penemuan penderita (kasus)
ISPA Pneumonia.
2. Penyuluhan kelompok
3. Pelatihan Kader Kesehatan
Tolok
Ukur
Pencapaian
Masalah
100%
14,53%
(+) 85.47%
100%
100%
0%
0%
(+) 100%
(+) 100%
3 buah
2 buah
(+) 33,3%
Ada
Tidak ada
(+) 100%
II. Masukan
Sarana
1. Sound timer
. Sarana non medis
1. Alat-alat penyuluhan
kesehatan masyarakat
(poster dan brosur)
Variabel
Tolok Ukur
III. Proses
Pelaksanaan
1. Penyuluhan kelompok 12x/tahun
Pencapaian
Masala
h
0x/ tahun
(+) 100%
(+) 100%
IV. Lingkungan
A. Fisik
1. Ventiasi Rumah
Tolok Ukur
Pencapaian
Variabel
Masala
h
B. Non Fisik
1. Tingkat
pendidikan,
sosial ekonomi
2. Kerja sama
dengan fasilitas
kesehatan lain
(+) 100%
Rumusan Masalah
Masalah menurut Keluaran
Cakupan penemuan penderita ISPA
Masalah menurut
masukan:
a) Kurangnya jumlah
sound timer yang sesuai
dengan tolok ukur
b) Tidak adanya alat-alat
penyuluhan kesehatan
(Poster dan brosur)
Masalah menurut
proses:
a) Pelaksanaan:
Penyuluhan secara
kelompok mengenai
ISPA (pneumonia) tidak
dilakukan
Fisik:
- Tidak ada data mengenai ventilasi ruangan
di wilayah kerjanya.
Nonfisik:
- Tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang
rendah menjadi hambatan dalam pelaksanaan
program P2 ISPA
- Tidak adanya kerjasama antara Puskesmas dengan
fasilitas kesehatan lain dalam program P2 ISPA
Penyelesaian
Masalah
1. Cakupan penemuan penderita ISPA masih kurang
(14,53%) dari tolok ukur sebesar 100%. Masalah
sebesar 85,47%.
Penyebab:
1. Jumlah sound timer tidak sesuai tolok ukur
2. Tidak ada alat penyuluhan (poster/brosur)
3. Penemuan kasus ISPA: passive case finding
4. Tidak ada data ventilasi ruangan.
5. Pendidikan dan ekonomi mayoritas penduduk rendah.
6. Tidak ada kerjasama dengan fasilitas lain dalam program
P2ISPA.
Penyelesaian:
1. Efektifkan kegunaan sound timer untuk mendidik kader dlm penemuan
dan deteksi dini penderita ISPA.
2. Menyediakan alat penyuluhan (poster/ brosur) dan disebarkan kpd
masyarakat didalam/diluar gedung. Poster dibuat menarik dan berisi info
tentang ISPA, dalam bahasa yang mudah dimengerti masyarakat awam.
3. Tingkatkan frekuensi penemuan penderita secara aktif
4. Melakukan pendataan dan pencatatan yang lengkap mengenai ventilasi
ruangan, agar lebih mudah dalam penemuan penderita yang beresiko
menderita ISPA.
5. Menyampaikan penyuluhan dalam bahasa yang mudah dimengerti, dan
memberi info pengobatan ISPA gratis di Puskesmas.
6. Membuat kerjasama dengan fasilitas kesehatan lain dalam pendataan
penderita ISPA.
Penyebab:
1. Tidak tersedianya alat-alat penyuluhan kesehatan.
2. Belum terlaksananya secara maksimal kegiatan
penyuluhan kelompok (dalam dan luar gedung).
3. Kurangnya tenaga untuk mengadakan penyuluhan,
walau secara tolok ukur cukup, karena koordinator P2M
juga merangkap sebagai petugas kesehatan di bagian lain.
Penyelesaian:
1. Melakukan penyediaan alat penyuluhan (Poster atau brosur)
2. Dibuatnya perencanaan penyuluhan yang lebih baik lagi dan
terstruktur, agar pelaksanaannya lebih optimal dan maksimal,
gunakan bahasa yang mudah dimengerti dan harus sesuai
dengan tingkat pendidikan masyarakat.
3. Mengefisienkan dan mengefektifkan tenaga kesehatan dengan
melibatkan seluruh tenaga kesehatan di puskesmas dalam
pelaksanaan penyuluhan kelompok, dan memberdayakan tenaga
kesehatan lain (perawat, bidan, dokter yang PTT/kepanitraan di
puskesmas) untuk ikut serta dalam program P2ISPA agar
program ini dapat dijalankan secara efektif dan efisien.
Kesimpulan
Pada evaluasi didapatkan:
- Cakupan penemuan penderita ISPA Pneumonia sebesar 14,53%.
- Cakupan penentuan diagnosis penderita ISPA Pneumonia sebesar
100%.
- Cakupan pelayanan pengobatan penderita ISPA Pneumonia dan batuk
bukan Pneumonia sebesar 100%.
- Cakupan rujukan kasus ISPA Pneumonia Berat sebesar 0%.
Kesimpulan
-
Saran
1.
Saran
2.
Saran
3. Membuat perencanaan penyuluhan kelompok didalam gedung Puskesmas,
penyuluhan sebaiknya dilakukan pada hari dimana jumlah rata-rata pasien
yang berkunjung memiliki jumlah terbesar (Senin dan Sabtu), dan
menggerakkan petugas kesehatan puskesmas tiap bagian masing-masing
untuk
melakukan penyuluhan dengan membuat jadwal secara tertulis dan
pengadaan
absensi untuk petugas yang bertugas, dan pendataan secara lengkap baik
jumlah cakupan, hari, tanggal dan waktu serta tema, dan memberikan sanksi
kepada petugas yang tidak melaksanakan penyuluhan.
TERIMA KASIH