SYNDROME
TOPAN ERGIYOGA
09310265
DEFINISI
Sindrom Guillain Barre adalah suatu
penyakit polyneuropati yang bersifat
ascending dan akut yang sering terjadi
setelah 1 sampai 3 minggu setelah
infeksi akut. Menurut Bosch, SGB
merupakan suatu sindrom klinis yang
ditandai adanya paralisis flasid yang
terjadi
secara
akut
berhubungan
dengan
proses
autoimun
dimana
targetnya adalah saraf perifer, radiks,
dan nervus kranialis
EPIDEMIOLOGI
Angka
kejadian
negara
1-2%
kasus/100.000 orang/pertahun.
2%
perper-
ETIOLOGI
Sampai saat ini masih belum dapat diketahui
dengan pasti penyebabnya. Beberapa penyakit
yang mendahului dan mungkin ada hubungannya
dengan terjadinya SGB, antara lain :
Infeksi
Vaksinasi
Pembedahan
PATOLOGI
Secara makroskopis tidak ditemukan adanya perubahan
pada saraf pasien penderita SGB. Namun secara
mikroskopik tampak adanya infiltrasi sel mononuclear di
perivenula dan ditemukan adanya demielinisasi segmental
disusunan saraf tepi. Meskipun penyakit ini sering
didahului oleh bermacam-macam penyakit, namun
patologi yang ditemukan sama pada semua pasien SGB.
Infiltrasi perivenula terdiri atas limfosit berukuran kecil
sampai sedang, makrofag dan sedikit sel PMN pada
stadium awal penyakit. Namun pada stadium lanjut
ditemukan adanya sel plasma dan sedikit sel mast.
Limfosit yang berukuran kecil sampai sedang mudah untuk
keluar dari vena masuk ke dalam parenkin saraf. Limfosit
yang berukuran besar akan mengalami transformasi
secara aktif melalui fagositosis oleh makrofag.
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI
Fishers Syndrome
Merupakan varians SGB yang jarang terjadi dan bermanifestasi
sebagai paralysis decendens, berlawanan dengan jenis SGB yang
biasa terjadi. Terdapat antibodi Anti GQ1b pada 90% kasus. Umumnya
mengenai otot-otot okuler pertama kali dan trias gejala yaitu :
Oftalmoplegia, Ataksia, Arefleksia
Acute Panautonomia
Merupakan varian SGB yang paling jarang, dihubungkan dengan
angka kematian yang tinggi, akibat keterlibatan kardiovaskular dan
disritmia.
GEJALA KLINIS
GEJALA KLINIS
Ciri-ciri kelainan cairan cerebrospinal yang
kuat menyokong diagnosa :
Protein CSS. Meningkat setelah gejala 1 minggu atau
terjadi peningkatan ada LP parsial.
Jumlah Sel CSS < 10 MN/mm3.
Tidak ada peningkatan protein CSS setelah 1 minggu
gejala.
Jumlah Sel CSS : 11 50 MN/mm 3.
Gambaran elektrodiagnostik
dukung diagnosis
yang
men-
KRITERIA DIAGNOSTIK
Menurut Maria Belladonna terdapat beberapa tanda abnormalitas :
Abnormalitas Sensorik
Klasik : Parestesi terjadi 1 2 hari sebelum kelemahan, glove & stocking
sensation, simetris, tak jelas batasnya nyeri bisa berupa mialgia otot
panggul, nyeri radikuler, manifestasi sebagai sensori terbakar, kesemutan,
tersetrum ataksia sensorik karena propioseptof terganggu variasi :
parestesi wajah dan trunkus.
Disfungsi Otonom
Hipertensi, Hipotensi, Sinus Takikardi / Bradikardi.
Aritmia jantung ileus refleks bagal
Retensi Urin
KRITERIA DIAGNOSTIK
Fase-fase serangan SGB menurut Maria Belladonna :
Fase Prodormal
Fase diaman sebelum gejala klinis muncul
Fase Laten
Waktu antara timbul infeksi/prodormal yang mendahuluinya
sampai timbulnya gejala klinis.
Lama : 1 28 hari, rata-rata 9 hari.
Fase Progresif
- Fase defisit neurologis (+)
- Beberapa hari 4 minggu, jarang > 8 minggu.
- Dimulai dari onset (mulai dari kelumpuhan yang bertambah
berat sampai maksimal)
- Perburukan > 8 minggu disebut Chronic Inflamatory
Demyelinating Poliradiculoneuropathy
(CIDP)
KRITERIA DIAGNOSTIK
Fase Plateau
- Kelumpuhan telah maksimal dan
menetap.
- Fase pendek : 2 hari, > 3 minggu,
jarang >7 minggu.
Fase Penyembuhan
- Fase perbaikan kelumpuhan motorik.
- Beberapa bulan.
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LCS
Gambaran Poliradikuloneuropati
KOMPLIKASI
Paralisis Menetap
Gagal Nafas
Hipotensi
Tromboembolisme
Pneumoniae
Aritmia Jantung
Ileus
Aspirasi
Retensi Urin
Problem Psikiatrik
PENATALAKSANAAN
Kortikosteroid
Kebanyakan penelitian mengatakan bahwa penggunaan
preparat steroid tidak mempunyai nilai/tidak bermanfaat
untuk terapi SGB.
Plasmaparesis
Plasmaparesis atau plasma exchange bertujuan untuk
mengeluarkan faktor autoantibodi yang beredar.
Pemakaian plasmaparesis pada SGB memperlihatkan
hasil yang baik, berupa perbaikan klinis yang lebih
cepat, penggunaan alat bantu nafas yang lebuih sedikit,
dan lama perawatan yang lebih pendek. Pengobatan
dilakukan dengan mengganti 200 250 ml plasma/kgBB
dalam 7 14 hari. Plasmaparesis lebih bermanfaat bila
diberikan saat awal onset gejala (minggu pertama).
PENATALAKSANAAN
Pengobatan Immunosupresan
Immunoglobulin IV
Pengobatan dengan gamma immunoglobulin IV lebih
menguntungkan dibandingkan plasmaparsis karena
efek samping/komplikasi lebih ringan.
Dosis maintenance: 0,4 gr/kgBB/hari tiap 15 menit
sampai sembuh.
Obat Sitotoksik
Pemberian obat sitotoksik yang dianjurkan adalah :
6 Merkaptopurin (6 MP)
Azathioprine
Cyclophosphamid
PENATALAKSANAAN
Analgesik
Analgesik ringan atau OAINS mungkin dapat digunakan
untuk meringankan nyeri ringan, namun tidak untuk nyeri
yang sangat. Analgetik narkotik dapat digunakan untuk
nyeri dalam, namun harus dilakukan monitor secara hatihati terhadap efek samping denervasi otonomik. Terapi
ajuvan dengan Tricyclic Antidepressant, Tramadol,
Gabapentin,
Carbamazepon
atau
Mexilitine
dapat
ditambahkan untuk penatalaksanaan nyeri neuropatik
dalam jangka panjang.
PROGNOSIS
Faktor
yang
mempengaruhi
buruknya
prognosis :
Usia lanjut.
PROGNOSIS
TERIMA KASIH