Stephanie Talilah
1061050001
A. Pengertian
Sindrom nefrotik adalah gangguan
klinis yang ditandai dengan
peningkatan protein urine (proteinuria),
edema, penurunan albumin dalam
darah (hipoalbuminemia), dan
kelebihan lipid dalam darah
(hiperlipidemia)
B. Etiologi
Peningkatan permeabilitas kapiler
glomerulus.
Glomerulonefritis.
Proliperatif difus.
Nefropati membranosa.
Diabetes mellitus.
ETIOLOGI
Menurut Arif Mansjoer,2000 :
sebab pasti dari sindrom nefrotik belum
diketahui, Umunya dibagi menjadi :
1. Sindrom nefrotik bawaan. Diturunkan
sebagai resesif autosom atau karena reaksi
fetomaternal. Gejala khas adalah edema pada
masa neonatus. Resisten terhadap semua
pengobatan. Prognosis buruk dan biasanya
pasien meninggal dalam bulan-bulan pertama
kehidupannya.
Lanjuta
n
2. Sindrom nefrotik sekunder.
Disebabkan oleh :
Lanjuta
n
3. Sindrom nefrotik idiopatik. Tidak
diketahui sebabnya atau disebut
sindroma nefrotik primer.
4. Glomerulosklerosis fokal segmental .
Pada kelainan ini yang mencolok
sklerosis glomerulus. Sering disertai
atrofi tubulus. Prognosis buruk.
C. Patofisologi
Reaksi antigen-antibodi
Peradangan glomerulus
Permeabilitas membran basalis
Proteinnuria
Hypoalbuminemia
Takanan osmotik kapiler
hyperlipidemi
hipovolemic
ADH
Aidosteon
GFR
Retensi Na dan H2O
Edema
PATOFISIOLOGI NEFROTIK
SYNDROME
Lanjuta
n
Perpindahan cairan tersebut menjadikan
volume cairan intravaskular berkurang,
sehingga menurunkan jumlah aliran darah
ke renal karena hipovolemia. Menurunnya
aliran darah ke renal, ginjal akan
melakukan kompensasi dengan merangsang
produksi renin angiotensin dan peningkatan
sekresi ADH serta aldosteron sehingga
terjadi retensi natrium, air dan menjadi
oedem.
Lanjuta
n
Terjadi peningkatan kolesterol dan
trigliserida serum akibat dari
peningkatan stimulasi produksi
lipoprotein dan lemak akan banyak dalam
urine. Menurunnya respon imun kaena sel
imun tertekan, kemungkinan disebabkan
oleh hipoalbumin, hiperlipidemia, dan
defisiensi zat Zn ( Suriadi : 2001 ; 217 ).
D. Manifestasi klinik
Lanjuta
n Hipertensi terjadi pada kira-kira sepertiga
penderita.
Terdapat keadaan hiperkoagubilitas.
Hematuri
Anoreksia dan diare disebabkan karena edema
mukosa usus.Sakit kepala, malaise, nyeri
abdomen, berat badan meningkat dan
keletihan umumnya terjadi.
Gagal tumbuh dan pelisutan otot (jangka
panjang).
Gejala dan tanda penyakit yang mendasarinya
seperti diabetes mellitus, LES, poliarteritis
nodosa, dll.
Lanjuta
n
Anak menjadi iritabel, mudah lelah / letargi.
Celulitis, pneumonia, peritonitis atau adanya
sepsis.
Azotemia.
TD biasanya normal / naik sedikit.
Proteinuria > 3,5 g/hari pada dewasa atau 0,05
g/kg BB/hari pada anak-anak.
Hipoalbuminemia < 30 g/l.
E. Anamnesis
1. Identitas
Nama
Alamat
Umur
Penyakit yang pernah diderita pasien
Apakah pasien pernah menderita infeksi streptokokus
(faringitis/tonsilitis,dll) apakah pasien pernah
menderita penyakit metabolik, gangguan sirkulasi
mekanis, pernah mengalami toksik, dan lain-lain.
Riwayat penyakit saat ini
Lanjuta
n2. Aktivitas / istirahat
3. Sirkulasi
4. Integritas ego
5. Eleminasi
6. makanan/cairan
7. Neurosensori
8. Nyeri/kenyamanan
9. Pernafasan
10. Keamanan
11. Interaksi social
KOMPLIKASI
Infeksi (akibat defisiensi respon imun).
Tromboembolisme (terutama vena
renal).
Emboli pulmo.
Peningkatan terjadinya aterosklerosis.
Hypovolemia.
Hilangnya protein dalam urin.
Dehidrasi.
F. Pemeriksaan
Diagnostik
1. Uji Urine
Protein urin meningkat
Urinalisis cast hialin dan granular, hematuria
Dipstick urin positif untuk protein dan darah
Berat jenis urin meningkat
2. Uji Darah
Albumin serum menurun
Kolesterol serum meningkat
Hemoglobin dan hematokrit meningkat
(hemokonsetrasi)
Laju endap darah (LED) meningkat
Elektrolit serum bervariasi dengan keadaan
penyakit perorangan.
3. Pemeriksaan Diagnostik
Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak
dilakukan secara rutin
Lanjuta
nSedangkan tindakan umum yang harus dilakukan meliputi:
Prisipnya supportive.
Anak dipertahankan dalam keadaan bed rest namun
aktivitasnya tidak dibatasi pada fase remesi.
Infeksi akut dengan pemberian antibiotik yang sesuai.
Memberikan diet yang sesuai membatasi garam.
Intake tinggi proteindikurangi gagal ginjal & azotemia.
Terapi kortikosteroid :
Dimulai dini pada saat anak didiognosis NS
Pemberian secara oral dalam dosis 2 mg/kg BB = 10 hari 2
mgg sampai urine bebas dari protein
Perhatikan Es yang terjadi seperti Growth Retardation,
katarak, obesitas, hypertensi, perdarahan GI, infeksi
Lanjuta
n
Terapi imunosupresant :
Memungkinkan mengurangi relaps dan
memberikan tahap remisi dalam jangka waktu
yang lama
Misalnya pemberian cyclophos phamide yang
digabung dengan prednison 2-3 bl
Pemberian diuretic :
Furosemid yang dikombinasi dengan metolazone
Plasma expander seperti salt poor human
albumin
Lanjuta
n
Kelainan nefropati pada anak anak dapat
ditangani dengan kortikosteroid dengan
dosis prednisone hingga 1 mg/kgBB/hari.
Kortikosteroid tiap 2 hari dapat dicoba. Bila
pengobatan efektif, harus dicoba
diturunkan setelah paling sedikit terkontrol
dengan baik selama 1 tahun.
Relaps harus pula diobati dengan
kortikosteroid. Bila relaps sering terjadi
maka dosis supresif perlu diberikan.
Cyclophosphamide mungkin membantu
dalam mempertahankan remisi.
Lanjuta
n
PROGNOSIS
Tergantung pada respon anak pada
terapi steroid.
Kerusakkan dapat diminimalkan bila
deteksi dini dan tindakan yang cepat dan
terapi untuk menghilangkan proteinuria.
80 % anak mempunyai pronosis yang
baik.
SEKIAN,,...
A
M
I
R
E
T
^
_
^
.
.
.
.
.
.
.
H
KASI