ANAMNESIS
TELINGA
1.
2.
3.
4.
5.
Gangguan/Kerusakan Pendengaran
Head Noises/Tinitus
Pusing/Dizziness
Sekret Telinga/Otore
Nyeri Telinga/Otalgia
GANGGUAN
PENDENGARAN
Bagaimana Onsetnya? Tiba-tiba? Perlahan? Kapan pertama kali
dirasakan? Dan sudah berapa lama ?
Telinga Sebelah mana? Kanan? Kiri? Keduanya?
Apakah Pendengaran membaik? Bertambah buruk? atau
bergantian (kadang dapat memburuk dan kembali membaik)?
Apakah anda tidak dapat mendengar suara? sunyi? Berisik?
bergumam? Ataukah ada gangguan pemahaman terhadap
pembicaraan? Dalam situasi seperti apa biasanya terjadi?
Apakah ada riwayat penyakit lain (infeksi, virus, jamur) yang
berhubungan dengan gangguan pendengaran? Trauma kepala?
Paparan suara bising/keras? Penggunaan obat-obatan?
GANGGUAN
PENDENGARAN
Apakah ada riwayat campak, mumps, influenza, meningitis,
sifilis, penyakit virus berat, penggunaan obat ototoksik seperti
kanamisin, streptomisin, gentamisin atau pemakaian diuretik
maupun obat pengencer darah seperti aspirin?
Riwayat gangguan dan kerusakan pendengaran dalam
keluarga?
Riwayat sakit dan kesulitan dalam kehamilan dan melahirkan?
Postnatal dan pasca natal
Ada riwayat penyakit telinga dan pembedahan telinga?
Paparan pekerjaan? Militer? Rekreasi? Paparan suara bising dan
keras lainnya
Hambatan sosial, pekerjaan dan pendidikan yang timbul akibat
gangguan pendengaran?
HEAD NOISES/TINITUS
Sifat bising? Berdering? Berdenging? Bernada
Tinggi? Mengaum? Menggumam? Mendesis (seperti
uap yang terlepas) atau berdenyut (senada dengan
denyut nadi)?
Kapan pertama kali timbul? Terdengar sepanjang
waktu? Atau hanya dikeadaan sunyi?
Terdengar setelah paparan bising ditempat kerja
atau lokasi lain?
PUSING/DIZZINESS
Kepala terasa ringan? Ketidakseimbangan? Rasa
seperti berputar? Cenderung ingin jatuh, Jatuh ke
arah mana? Apakah pusing ditentukan oleh posisi
kepala? Pusing saat berbaring? Apakah timbulnya
berhubungan dengan bangun terlalu cepat dari
berbaring ?
Frekuensi dan lamanya serangan?
Apakah pusing bersifat terus menerus atau episodik?
Kapan pertama kali pusing dirasakan? Bagaimana?
Berapa lama? Sifatnya? Dan selang waktu antar
serangan?
PUSING/DIZZINESS
Ada gejala lain yang timbul bersamaan? Seperti mual?
Muntah? Tinitus? Rasa penuh dalam telinga?
Kelemahan? Fluktuasi pendengaran? Kehilangan
kesadaran?
Riwayat penyakit telinga? Infeksi? Perforasi? Trauma
kepala? Pembedahan telinga?
Riwayat penyakit seperti Diabetes Melitus? Gangguan
neurologik? Arterosklerosis? Hipertensi? Gangguan
tiroid? Sifilis? Anemia? Keganasan? Penyakit jantung?
Paru-paru?
Riwayat Alergi?
SEKRET TELINGA/OTORE
Cairan keluar dari satu atau kedua telinga?
Disertai gatal atau nyeri ?
Sudah berapa lama? Apakah sekret pernah keluar
sebelumnya ? Jumlahnya ? Bentuknya ?
Sekret disertai darah? Purulen? Dan berbau?
Riwayat Infeksi saluran pernafasan bagian atas?
Keadaan yang membuat telinga basah (Berenang?
Mandi? Pendarahan?)
NYERI TELINGA/OTALGIA
Bagaimana Sifat nyeri ? Lokasi nyeri ?
Nyeri ini merupakan masalah berulang? Seberapa
sering terjadi?
Nyeri hanya pada telinga? Nyeri menyebar ketempat
lain ? Atau nyeri berasal dari tempat lain?
Adakah keadaan yang mencetuskan nyeri ?
Mengunyah? Menggigit? Batuk? Menelan? Nyeri alih
dari daerah kepala dan leher ?
Gejala-gejala pada kepala dan leher lainnya?
HIDUNG
1.
2.
3.
4.
Sekret
Hidung Tersumbat
Perdarahan
Gangguan Penghidu/Anosmia
SEKRET
Berasal dari satu atau dua sisi ?
Lamanya?
Terus
menerus
atau
intermiten?
Bagaimana terjadinya ? Usia saat kejadian ?
Encer atau kental ? Disertai darah atau purulen ?
Apakah ada hubungannya dengan perubahan
lingkungan atau musim?
HIDUNG TERSUMBAT
Terjadi pada satu atau dua sisi?
Lamanya ? Terus menerus atau intermiten?
Bagaimana terjadinya ? Usia saat kejadian?
Riwayat trauma hidung?
Operasi hidung atau THT lainnya ?
Riwayat alergi yang berkaitan dengan perubahan
musim dan suhu ? Riwayat lengkapnya ?
Semprotan hidung atau obat-obatan?
PERDARAHAN
Berapa lama? Frekuensi? Kapan serangan terakhir?
Pendarahan satu atau dua sisi ?
Perdarahan berasal dari nares anterior, posterior
atau keduanya ?
Apakah hanya terjadi pada musim dingin ?
Apakah ada riwayat trauma ?
Apakah pasien mempunyai kecendrungan berdarah?
Apakah pasien sedang menggunakan obat-obatan?
Riwayat hipertensi atau gangguan darah lainnya?
GANGGUAN
PENGHIDU/ANOSMIA
Penurungan kemampuan penciuman berhubungan
dengan trauma? Infeksi saluran nafas bagian atas
atau penyakit sistemik ?
Kehilangan kemampuan penghidu atau penciuman
sebagian atau keseluruhan ?
Riwayat penyakit hidung atau sinus ?
Ada gejala sistemik lainnya ?
Gangguan Mulut
Nyeri Tenggorokan
Sekret di Tenggorokan
Kesulitan Menelan
Gejala Nasofaring
Gejala Kelenjar Ludah
GANGGUAN MULUT
Nyeri? Perdarahan?
Massa/Benjolan?
Kesulitan Makan/Bicara?
Adanya Sekret?
Gangguan Pengecap?
Bagaimana sifat gejala diatas? Akut/kronik? Daerah
mana saja yang terlibat? Ada gejala penyakit lokal
atau sistemik? Trauma dan tindakan pada gigi?
NYERI TENGGOROKAN
SEKRET DI
TENGGOROKAN
Lamanya sekret?
Sekret mukoid? Purulen? Bercampur darah?
Berapa banyak sekret? Banyak atau sedikit?
Sekret keluar dengan dibatukkan atau diludahkan?
Apakah bertambah buruk pada saat bangun pagi?
KESULITAN MENELAN
G/ NASOFARING &
KELENJAR LUDAH
GEJALA NASOFARING
Hidung berair atau sumbatan pernafasan hidung?
Muara tuba eustachius tersumbat? Gangguan
pendengaran?
LARING DAN
HIPOFARING
KESULITAN
MENELAN/DISFAGIA
SUARA SERAK
BATUK
Durasi yang dirasakan? Minggu, bulan, tahun?
Lokasinya? Bagian tenggorokan mana yang memicu
batuk?
Apa yang dibatukkan?
Keadaan memperburuk batuk? Udara dingin? Asap?
Debu? Iritasi lain? berbaring? Istirahat?
Kehilangan berat badan? Berapa banyak?
Kehilangan nafsu makan atau kekuatan?
Ada hemoptisis?
Riwayat merokok? Berapa?
PEMERIKSAAN FISIK
TELINGA
HIDUNG
TENGGOROKAN
PEMERIKSAAN FISIK
TELINGA
Alat :
1. Lampu kepala Van Hasselt
(dengan listrik)
2. Otoskop (dengan baterai)
3. Spekulum telinga
4. Alat penghisap
5. Hak tajam
6. Pemilin kapas
7. Forsep telinga
8. Balon Politzer
9. Semprit telinga
PELAKSANAAN
Cara Memakai Lampu Kepala :
Pasang lampu kepala, sehingga
tabung lampu berada diantara
kedua mata
Letakkan telapak tangan kanan
berjarak 30 cm di depan mata
kanan
Mata kiri di tutup
Proyeksi tabung harus tampak
terletak medial dari proyeksi
cahaya yang saling bersinggungan
Diameter proyeksi cahaya kurang
lebih 1 cm
PELAKSANAAN
Cara Duduk :
Penderita
pemeriksa
Kaki,
lutut
penderita
dan
pemeriska, tetap pada keadaan
semula
duduk
di
depan
PELAKSANAAN
Cara memegang telinga :
Kanan :
Kiri :
PELAKSANAAN
Cara memegang
otoskop :
Pilih spekulum
telinga yang sesuai
dengan besar lumen
MAE
Nyalakan lampu
otoskop
Masukkan spekulum
telinga pada MAE
PELAKSANAAN
Cara memilin kapas :
Ambil kapas sedikit, letakkan
pada pemilin kapas dengan
ujung pemilin berada di
dalam tepi kapas
Pilin perlahan-lahan searah
dengan jarum jam
Untuk melepasnya, ambil
sedikit
kapas,
putar
berlawanan arah dengan
jarum jam
HASIL
PEMERIKSAAN
1
Bentuk daun
telinga
1.
2.
3.
4.
Normotia
Makrotia
Mikrotia
Cauliflower ear
HASIL
PEMERIKSAAN
Kelainan
kongenital
1. Atresia
2. Fistula
preaurikular
3. Bats ear
4. Hillocks (lobulus
assesorius)
HASIL PEMERIKSAAN
Radang
Kalor (panas)
dolor (nyeri)
rubor (merah)
functio laesa
tumor
(membengkak)
HASIL PEMERIKSAAN
Tumor
Ukuran
Batas tegas/tidak
tegas
Bentuk
mobile/immobile
nyeri tekan
konsistensi
(kenyal, lunak,
keras)
HASIL PEMERIKSAAN
Nyeri tekan
tragus
1. Nyeri tekan
2. Edema
HASIL PEMERIKSAAN
Penarikan daun
telinga
Nyeri tarik aurikula
Kelainan pre,
infra, dan retro
aurikuler
Fistula
Hematoma
Pseudokista
Lesi Herpes Zooster
Preaurikular
4
3
HASIL PEMERIKSAAN
Region mastoid
1. Tanda radang
2. Tumor
2
1
HASIL PEMERIKSAAN
Liang telinga
Serumen
Hiperemis
Furunkel
Edema
Otorea
Atelektasis
Korpus alienum
HASIL PEMERIKSAAN
2
4
Membran
timpani
1.
2.
3.
4.
5.
Normal
Retraksi
Bulging
Hiperemis
Perforasi
(marginal,
sentral, atik)
6. Atelektasis
7. Cone of light
TES PENDENGARAN
TES BISIK
Syarat :
Tempat :
Ruangan sunyi dan tidak ada echo (dinding dibuat tidak rata,
atau dilapisi soft board / gorden), serta ada jarak sepanjang
6 meter
TES BISIK
Syarat :
Pemeriksa :
Kata-kata dibisikkan dengan udara cadangan paru-paru,
sesudah ekspirasi biasa
Kata-kata yang dibisikan terdiri dari 1 atau 2 suku kata yang
dikenal penderita, biasanya kata-kata benda yang ada
disekeliling kita.
Kata harus mengandung huruf lunak (frekuensi rendah) dan
huruf desis (frekuensi tinggi)
TES BISIK
Teknik pemeriksaan:
Penderita dan pemeriksa sama-sama berdiri, penderita
tetap ditempat, sedang pemeriksa yang berpindah
tempat.
Mulai pada jarak 1 meter, dibsikan 5 atau 10 kata
(umunya 5 kata)
Bila semua kata dapat didengar, pemeriksa mundur ke
jarak 2 meter dibisikan kata lain dalam jumlah yang
sama.
TES BISIK
Teknik pemeriksaan:
Bila didengar semua mundur lagi, sampai pada jarak
dimana penderita mendengar 80% kata-kata (mendengar
4 kata dari 5 kata dibisikan), pada jarak itulah tajam
pendengaran telinga yang di tes.
Untuk memastikan apakah hasil tes benar maka dapat
dites ulang. Misalnya tajam pendengaran 3 meter, maka
bila pemeriksa maju ke arah 2 meter penderita akan
mendengar semua kata yang dibisikan (100%) dan bila
pemeriksa mundur ke jarak 4 meter maka penderita
hanya mendengar kurang dari 80% kata yang dibisikkan.
TES BISIK
Hasil tes :
pendengaran dapat dinilai secara kuantitatif (tajam
pendengaran)
KUANTITATIF
FUNGSI
PENDENGARAN
SUARA BISIK
Normal
6m
Tuli ringan
> 4m - <6 m
Tuli sedang
>1m - <4 m
Tuli berat
<1 m
Tuli total
TES GARPUTALA
Ada 4 jenis tes garputala yang sering dilakukan
1. Tes Batas Atas dan Batas Bawah
2. Tes Rinne
3. Tes Weber
4. Tes Swabach
TES GARPUTALA
1. Tes Batas Atas Dan Batas Bawah
Tujuan :
menentukan frekuensi garpuatala yang dapat didengar penderita
melewati hantaran udara bila dibunyikan pada intensitas ambang
normal
Cara :
Semua garputala (dapat dimulai dari frekuensi terendah berturutan
sampai frekuensi tertinggi atau sebaliknya) dibunyikan 1 per 1,
didengarkan terlebih dahulu oleh pemeriksa sampai bunyi hampir
hilang untuk mencapai intensitas bunyi yang terendah bagi orang
normal/nilai ambang normal
Kemudian diperdengarkan pada penderita dengan meletakkan
garputala didekat MAE pada jarak 1 sampai 2 cm dalam posisi tegak
dan dua kaki pada garis yang menghubungkan MAE kanan dan kiri
TES GARPUTALA
1. Tes Batas Atas Dan Batas Bawah
Interpretasi
Normal mendengar garputala pada smeua frekuensi
Tuli konduktif batas bawah naik (frekuensi rendah tak
terdengar)
Tuli sensorineural batas atas turun (frekuensi tinggi tak
terdengar)
Kesalahan garputala dibunyikan terlalu keras sehingga
tidak dapat mendeteksi pada frekuensi mana penderita tak
mendengar
TES GARPUTALA
2. Tes Rinne
Tujuan :
membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang pada 1 telinga
penderita
Cara :
Bunyikan garputala frekuensi 512 Hz, letakkan tangkainya tegak lurus
pada planum mastoid penderita (posterior dari MAE) sampai penderita
tak mendengar, kemudian cepat dipindahkan ke depan MAE penderita.
Apabila penderita masih mendengar garputala di depan MAE disebut
Rinne Positif, bila tidak mendengar disebut Rinne Negatif.
Bunyikan garputala frekuensi 512 Hz kemudian dipancangkan pada
planum mastoid, kemudian segera dipindahkan didepan MAE, penderita
ditanya mana yang lebih keras. Bila lebih keras didepan disebut Rinne
Positof, bila lebih keras dibelakang disebut Rinne Negatif
TES GARPUTALA
2. Tes Rinne
Interpretasi :
Kesalahan :
Garputala tidak diletakkan dengan baik pada mastoid atau miring, terkena
rambut, jaringan lemak tebal, sehingga penderita tidak mendengaratau
getaran terhenti karena kaki garputala tersentuh aurikulum
Penderita terlambat memberi isyarat waktu garputala sudah tak terdengar lagi,
sehingga waktu dipindahkan di depan MAE getaran garputala sudah berhenti.
TES GARPUTALA
3. Tes Weber :
Tujuan :
membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga penderita
Cara :
Garpuatala frekuensi 512 Hz dibunyikan, kemudian tangkainya
diletakkan tegak lurus digaris median, baiasanya di dahi (dapat pula
pada vertex, dagu, atau pada gigi insisivus) dengan kedua kaki pada
garis horizontal.
Penderita diminta untuk menunjukkan telinga mana yang mendengar
atau mendengar lebih keras. Bila mendengar pada 1 telinga disebut
lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Bila kedua telinga tak mendengar
atau sama-sama mendengar berarti tak ada lateralisasi.
TES GARPUTALA
3. Tes Weber :
Interpretasi :
Normal : tidak ada lateralisasi
Tuli konduksi : mendengar lebih keras di telinga yang sakit
Tuli sensori neural : mendengar lebih keras pada telinga yang sehat
Karena menilai kedua telinga sekaligus, maka kemungkinannya
dapat lebih dari 1. contoh lateralisasi ke kanan, dapat
diinterpretasikan :
a.
b.
c.
d.
e.
Tuli
Tuli
Tuli
Tuli
Tuli
TES GARPUTALA
4. Tes Swabach :
Tujuan :
membandingkan hantaran lewat tulang antara penderita dengan
pemeriksa
Cara :
Garputala frekuensi 512 Hz dibunyikan kemudian tangkainya
diletakkan tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa, bila
pemeriksa sudah tidak mendengar, secepatnya garputala
dipindahkan ke mastoid penderita. Bila penderita masih mendengar
maka swabach memanjang, tetapi bila penderita tidak mendengar,
terdaPat dua kemungkinan yaitu swabach memendek atau normal.
Untuk membedakan kedua kemungkinan ini maka tes dibalik, yaitu
tes pada penderita dulu baru ke pemeriksa.
TES GARPUTALA
4. Tes Swabach :
Cara :
Garputala 512 Hz dibunyikan kemudian diletakkan tegak lurus pada mastoid
penderita, bila penderita sudah tidak mendengar maka secepatnya garputala
dipindahkan pada mastoid pemeriksa, bila pemeriksa tidak mendengar berarti
sama-sama normal, bila pemeriksa masih mendengar berarti swabach penderita
memendek.
Interpretasi :
Normal : swabach normal
Tuli konduksi : swabach memanjang
Tuli sensorineural : swabach memendek
Kesalahan :
Garputala tidak diletakkan dengan benar, kakinya tersentuh hingga bunyi
menghilang
Isyarat menghilangnya bunyi tidak segera diberikan oleh penderita
TES GARPUTALA
TULI KONDUKSI
TES
TULI
SENSORINEURAL
Normal
Batas Atas
Menurun
Naik
Batas Bawah
Normal
Negatif
Rinne
Positif
False Positif/Negatif
Lateralisasi Ke Sisi
Sakit
Weber
Lateralisasi Ke Sisi
Sehat
Memanjang
Swabach
Memendek
Perkusi :
Bila palpasi menimbulkan reaksi yang hebat maka dapat
diganti dengan perkusi
RINOSKOPIA ANTERIOR
Alat :
RINOSKOPIA ANTERIOR
Cara pemakaian spekulum:
RINOSKOPIA ANTERIOR
Tahap-tahap pemeriksaan
1. Memeriksa vestibulum nasi
Pemeriksaan pendahuluan, perhatikan:
Bibir atas: maserasi (terutama pada anak)
Pinggir-pinggir lubang hidung : kruste, merah
Posisi septum nasi: dorong ujung hidung dengan ibu jari
dokter
RINOSKOPIA ANTERIOR
Tahap-tahap pemeriksaan
2. Memeriksa kavum nasi bagian bawah
Arahkan cahaya lampu ke kavum nasi sehingga
sejajar dengan konkha inferior, perhatikan :
Warna mukosa dan konkha inferior hiperemia, anemia,
biru
Besarnya lumen kavum nasi
Septum deviasi, bentuk krista atau spina
RINOSKOPIA ANTERIOR
Tahap-tahap pemeriksaan
3. Memeriksa fenomena palatum mole
Cahaya lampu diarahkan ke dinding belakang nasofaring.
Pada keadaan normal nasofaring kelihatan terang
benderang, karena cahaya lampu tegak lurus pada dinding
belakang
nasofaring.
Kemudian
penderita
disuruh
mengucapkan huruf iiii .
Fenomena palatum mole dikatakan positif, apabila waktu
mengucapkan iiii palatum mole bergerak, akan tampak
benda gelap yang bergerak keatas.
RINOSKOPIA ANTERIOR
Gelap karena:
Cahaya lampu tidak tegak lurus pada palatum mole atau dinding
nasofaring yang terang benderang itu dikecilkan dari jurusan bawah
Selesai mengucapkan huruf iiii, palatum mole bergerak kebawah
dan tampak sebagai benda gelap menghilang kearah bawah, atau
dinding belakang yang gelap menjadi terang kembali
Fenomena palatum mole dikatakan dalam negatif bila waktu
mengucapkan iiii palatum tidak bergerak keatas, nasofaring tetap
terang tidak menjadi kecil.
Fenomena palatum mole negatif pada :
RINOSKOPIA ANTERIOR
Tahap-tahap pemeriksaan
4. Memeriksa kavum nasi bagian atas
Arahkan cahaya lampu ke kavum nasi bagian atas
(kepala ditengadahkan)
Perhatikan :
Kaput dari konkha media
Meatus medius : pus, polip
Septum bagian atas: mukosa, posisi (deviasi sampai
menekan konkha media)
Fisura olfaktoria
RINOSKOPIA POSTERIOR
Ide pemeriksaan :
menyinari koane dan dinding-dinding nasofaring dengan cahaya
yang dipantulkan oleh suatu cermin yang ditempatkan dalam
nasofaring
RINOSKOPIA POSTERIOR
Alat-alat:
Cermin yang kecil, spatula menekan lidah, lampu spiritus
Solutio tetrakain (-efedrin 1%)
Teknik :
Pada penderita yang sangat sensitif pemeriksaan baru dapat
dimulai 5 menit setelah kedalam faring diberikan tetrakain
1% (3-4 kali). Spatula dipegang dengan tangan kiri, cermin
dengan tangan kanan.
Pegang cermin dengan tangan kanan, punggung cermin
dipanasi dengan lampu spiritus
Temperatur cermin di cek dengan menyentuhkan pada punggung
tangan kiri (panasnya harus lebih sedikit dari 37 0 C . Tangkai cermin
dipegang seperti memegang pensil dan cermin diarahkan ke atas.
RINOSKOPIA POSTERIOR
Mulut dibuka lebar-lebar
Lidah ditarik ke dalam mulut, tak boleh
digerak-gerakkan, dan tak boleh dikeraskan.
Penderita disuruh bernapas dari hidung
RINOSKOPIA POSTERIOR
Tahap pemeriksaan:
1. Pemeriksaan septum nasi (margo posterior), koane,
dan tuba kanan
Karena cermin letaknya para median, maka kelihatan kauda konka
media kanan. Lihat gambar yang ada di dalam cermin.
Putar tangkai cermin ke medial sehingga kelihatan margo
posterior septum nasi di tengah-tengah cermin.
Putar tangkai cermin ke kanan sehingga kelihatan konka. Konka
yang paling besar adalah kauda dari konka inferior. Perhatikan
kauda konka superior dan meatus medius.
Tangkai cermin diputar terus ke kanan. Kelihatan ostium dan
dinding-dinding tuba.
RINOSKOPIA POSTERIOR
3. Memeriksa atap nasofaring
Tangkai cermin mulai diputar kembali ke medial sehingga pada
cermin kelihatan kembali margo posterior septum nasi. Sesudah itu
tangkai cermin dimasukkan sedikit atau cermin direndahkan sedikit.
HASIL PEMERIKSAAN
Bentuk
Normal
Saddle Nose
Hidung betet
HASIL PEMERIKSAAN
Tanda peradangan
Kalor
Rubor
Dolor
Functio laesa
Tumor
Daerah sinus
frontalis dan
maxillaris
Nyeri tekan
Nyeri ketuk
HASIL PEMERIKSAAN
Vestibulum
Ulkus
Bulu hidung
Sekret
Tanda radang
Cavum nasi
Bentuk
Mukosa pucat
Mukosa hiperemis
HASIL PEMERIKSAAN
Konka inferior
Edema
Hiperemis
Mukosa pucat
benjolan
HASIL PEMERIKSAAN
Konka medius
Edema
Hiperemis
Benjolan
HASIL PEMERIKSAAN
Septum nasi
Deviasi
Perdarahan
Ulkus
HASIL PEMERIKSAAN
Rhinopharynx
Koana
Septum Nasi Posterior
Muara Tuba Eustachius
Tuba Eustachius
Torus Tubarius
Post Nasal Drip
HASIL PEMERIKSAAN
Koana
Sekret
Hiperemis
Benjolan
Penyempitan
Septum nasi
Deviasi
Benjolan
HASIL PEMERIKSAAN
Muara tuba
eustachius
Hiperemis
Benjolan
Sekret
Penyempitan
Torus tubarius
Benjolan
Udem
Tanda radang
HASIL PEMERIKSAAN
Post nasal drip
Sekret : Kental, cair,
berdarah
Warna
Bau
TRANSLUMINASI
Dikerjakan dalam kamar gelap.
Alat : lampu listrik dari 6 volt bertangkai panjang
(Heyman)
Cara melakukan :
Sinus frontalis :
Lampu ditekannkan pada lantai sinus frontalis
Lampu ditekannkan kearah media-superior
Cahaya yang memancar kedepan, ditutup dengan tangan
kiri
Hasilnya bila sinus normal, maka di dinding denpan akan
kelihatan terang
TRANSLUMINASI
Sinus maksilaris :
Cara 1
TRANSLUMINASI
Sinus maksilaris :
Cara 2
mulut dibuka
Kedalam mulut dimasukkan lampu yang telah diselubungi
tabung gelas
Mulut ditutup rapat-rapat
Cahaya yang memancar dari mulut dan bibir atas ditutup
dengan tangan kiri
Hasilnya pada sinus maksilaris normal, pada daerah dinding
depan dibawah orbita terlihat bayangan terang berbentuk
seperti bulan sabit
TRANSLUMINASI
Penilaian :
Pemeriksaan hanya mempunyai nilai bila ada
perbedaan antara kiri dan kanan
Bila kedua sinus terang, kemungkinannya :
Pada pria sinus normal
Pada wanita sinus normal/keduanya berisi cairan
(karena tulang tipis)
PUNGSI PERCOBAAN
Hanya untuk sinus maksilaris menggunakan alat
pungsi yang disebut troicart dan dilakukan
melalui meatus inferior.
Bila keluar nanah atau sekret mukoid,
dilanjutkan dengan tindakan irigasi sinus
X-FOTO RONTGEN
Posisi untuk menilai sinus maksilaris adalah
posisi Waters
Sinus yang gelap berarti sinus yang patologis.
Perhatikan apakah batas-batas sinus (tulang
masih utuh atau tidak
BIOPSI
Pada sinus maksilaris dapat dilakukan :
Melalui lubang pungsi pada meatus inferior
Memakai cara Cadwell-Luc
PEMERIKSAAN FISIK
MULUT, FARING, TONSIL
DAN LARING
PEMERIKSAAN MULUT
Inpeksi, perhatikan :
Ptialismus, trismus
Gerakan bibir dan sudut mulut (N.VII)
Mukosa dan ginggiva, misalkan adanya ulkus
Gigi atau geraham rusak yang dapat menimbulkan sinusitis maksilaris
(karies gigi P2, P1, M1, M2, M3) atas atau trismus yang disebabkan
gigi M3 bawah yang letaknya miring
Lidah : parese nervus XII, atrofi, aftae, tumor malignan
Palatum durum (torus palatinus), prosesus alveolaris bengkak oleh
karena radang atau tumor sinus maksilaris
T0
T1
T2
T3
T4
:
:
:
:
:
Paresis, bilateral :
Waktu istriahat seperti normal
Ucapkan aa,ee seperti normal
Ucapkan eee mungkin uvula sedikit bergerak
Paresis unilateral :
Waktu istirahat seperti normal
Ucapkan aa,ee palatum mole terangkat ke arah istirahat, uvula miring,
menunjuk ke arah sehat, konkafitas, tak simetris
PEMERIKSAAN LARING
Pemeriksaan laring terdiri atas :
1. Pemeriksaan dari luar dengan inspeksi dan palpasi
2. Laringoskopia indirekta dengan cermin laring
3. Laringoskopia direkta dengan laringoskop kaku, laringoskop
fiber optik atau mikroskop
4. Pemeriksaaan kelenjar leher
5. Pemeriksaan x-foto roentgen
PEMERIKSAAN LARING
1. Pemeriksaan dari luar
Inspeksi :
Diperhatikan warna dan keutuhan kulit, serta benjolan yang ada
pada daerah leher di sekitar laring. Suatu benjolan yang mengikuti
gerakan laring adalah struma dan kista duktus tireoglosus
PEMERIKSAAN LARING
2. Laringoskopia indirekta
Maksudnya adalah melihat laring secara tidak langsung dengan
cara menempatkan cermin di dalam faring dan cermin tersebut
disinari dengan cahaya. Bayangan laring pada cermin terlihat
dari sinar yang dipantulkan.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi :
Harus ada jalan yang lebar buat cahaya yang dipantulkan oleh
cermin dari faring ke laring. Untuk keperluan itu maka lidah harus
dikeluarkan, sehingga radiks linguae yang menutup jalan itu
bergerak ke ventral.
Harus ada tempat yang luas buat cermin, dan cermin tak boleh
ditutup oleh uvula. Untuk keperluan itu penderita disuru bernafas
dari mulut dengan demikian uvula bergerak dengan sendirinya ke
atas dan menutup jalan ke nasofaring.
PEMERIKSAAN LARING
Alat-alat :
Cermin laringoskop yang besar,
lampu spiritus, larutan tetrakai buat
faring yang sensitif, kain kassa yang
dilipat
Tahap-tahap pemeriksaan :
Memeriksa radiks linguae, epiglotis
dan sekitarnya
Memeriksa lumen faring dan rima
glotidis
Memeriksa bagian yang letaknya
kaudal dari rima glotis
PEMERIKSAAN LARING
Pelaksanaan :
Anestesi faring dengan teterakain. Pada umumnya anestesi ini tak
diperlukan, kecuali untuk faring yang sangat sensitif. Pemeriksaan
dapat dimulai kira-kira 10 menit setelah disemprotkan larutan
tetrakain
Mulut harus dibuka lebar-lebar, harus bernapas dari mulut
Penderita diminta menjulurkan lidah panjang-panjang
PEMERIKSAAN LARING
Laringoskopia Indirekta
Cermin dipegang dengan tangan kanan, seperti memegang
pensil arah cermin ke bawah.
Cermin dipanasi ( lebih sedikit dari 370C), supaya nanti tidak
menjadi kabur.
Panas cermin dikontrol pada lengan bawah kiri pemeriksa.
Cermin dimasukkan ke dalam faring, dan mengambil posisi di
muka uvula.
Kalau perlu uvula didorong sedikit ke belakang dengan punggung
cermin, cermin disinari.
PEMERIKSAAN LARING
Untuk pemeriksaan laringoskopia indirekta kepala
penderita diatur dalam tiga posisi, yaitu:
Posisi tegak
Posisi Killian : lebih jelas untuk melihat sekitar
komisura posterior
Posisi Tuercks : lebih jelas untuk melihat sekitar
komisura anterior
PEMERIKSAAN LARING
Tahap 1 : radiks lingue, epiglotis dan sekitarnya
PEMERIKSAAN LARING
Tahap 2 : melihat laring dan sekitarnya
Perhatikan anatomi laring, berupa:
PEMERIKSAAN LARING
Tahap 2 : melihat laring dan sekitarnya
Perhatikan patologi anatominya :
Radang :
Laringitis akut (semua merah)
Laringitis kronik (sedikit merah atau yang merah hanya korda vokalis saja)
Ulkus
Larigitis TBC berupa erosi-ulkus pada komisura posterior dan erosi-ulkus pada korda vokalis
Epiglotitis berupa udem, infiltrat, ulkus, amputasi
Karsinoma
Udem
Radang, alergi, tumor
Cairan
Sputum hemorrhagis dijumpai pada tbc, keganasan
Tumpukan saliva di sinus pyriformis
Tumor
Benigna (papiloma, polip, nodul, kista)
Maligna-karsinoma
Perhatikan gerakan dari korda vokalis kiri dan kanan normal, simetris, tidak
bergerak (parese) unilateral atau bilateral
PEMERIKSAAN LARING
Tahap 3 : melihat trakea
Biasanya korda vokalis hanya dapat dilihat dalam stadium
fonasi
Dalam stadium respirasi lumen laring tertutup oleh epiglotis ,
sehingga mukosa trakea hanya dapat dilihat waktu belum
ada aduksi yang komplit, atau diwaktu permulaan abduksi
Perhatikan : anatomi, patologi mukosa, warna mukosa, sekret
regio subglotik, udem, tumor
PEMERIKSAAN LARING
3. Laringoskop direkta
Maksudnya :
Melihat laring secara langsung tanpa
perantaraan alat yang disebut laringoskop
cermin
tetapi
dengan
PEMERIKSAAN LARING
4. Laringoskop fiber
5. Mikrolaringoskop dengan memakai
mikroskop
Perhatikan:
Penderita berbaring, posisi kepala di depan pemeriksa
Bagian kanan penderita adalah juga bagian kanan pemeriksa
PEMERIKSAAN LARING
6. Pemeriksaan Kelenjar Leher
Kelenjar leher pada umumnya
baru
teraba
apabila
ada
pembesaran lebih dari 1 cm
Palpasi dilakukan dengan posisi
pemeriksa berada di belakang
penderita dan dilakukan secara
sistematis/berurutan
dimulai
dari submental berlanjut ke
arah
angulus
mandibula,
sepanjang
muskulus
sternokleidomastoideus,
klavikula
dan
diteruskan
sepanjang saraf asesorius
PEMERIKSAAN LARING
7. X-foto Laring
Indikasi untuk membuat x-foto:
Fraktura laring
Karsinoma laring
Untuk melihat pasase yang masih ada
Untuk melihat luasnya tumor
TERIMA KASIH