Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
FOODBORNE DISEASE
Foodborne disease adalah penyakit yang
disebabkan karena mengkonsumsi makanan atau
minuman yang tercemar.
Penyakit yang ditularkan melalui makanan
(foodborne disease) yang segera terjadi setelah
mengkonsumsi makanan, umumnya disebut
dengan keracunan. Makanan dapat menjadi
beracun karena telah terkontaminasi oleh bakteri
patogen yang kemudian dapat tumbuh dan
berkembang biak selama penyimpanan, sehingga
mampu
memproduksi
toksin
yang
dapat
membahayakan manusia (BPOM RI, 2008).
KIAT PENCEGAHAN
M
U
I
D
I
R
T
S
O
CL
M
U
N
I
L
U
T
O
B
Clostridium botulinum
C. Botulinum pertama kali diisolasi dari kasus
keracunan botulism yang terjadi pada abad ke19.
Isolat tsb kemudian dinamakan Bacillus botulinus,
namun setelah diteliti ternyata bakteri ini memiliki
spora anaerob sehingga Bangston memasukkannya
kedalam genus Clostridium .
Clostridium botulinum
Salah satu bakteri patogen pada makanan dengan
karakteristik : bakterigram-positif, berbentuk batang,
bersifat anerob yang berarti organisme-organisme ini
tumbuh paling baik pada tingkat-tingkat oksigen yang
rendah
atauketidakhadiran
oksigen,
dapat
membentuk spora dan memproduksi racunsyaraf
yang kuat, sporanya tahan panas dan dapat bertahan
hidup dalam makanan dengan pemrosesan yang
kurang sesuai atau tidak benar
Ketika kelembaban dan bahan bergizi ada dan oksigen
tidak ada (seperti pada usus atau botol atau kaleng
bersegel), spora tersebut mulaibertumbuh dan
menghasilkan racun, Beberapa racun dihasilkan oleh
Clostridium botulinum yang tidak dapat dihancurkan
oleh enzimpelindung usus.
Ekologi Clostridium
botulinum
Ekologi Clostridium
botulinum
Toksin Clostridium
botulinum
Clostridium botulinummenghasilkan toksin yang
disebut
neurotoksin
atau
BoNT
(botulinum
neurotoxin). Neurotoksin ini merupakan eksotoksin
karena toksin dikeluarkan oleh bakteri ke lingkungan
serta neurotoxin paling kuatyang pernah ditemukan.
Racun yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum
akan diserap di dalam lambung, duodenum dan
bagian pertama jejunum. Kemudian akan diedarkan
oleh darah dan menyerang saraf.
Toksin botulinumini memilikistruktur dan fungsi yang
sama dengan toksin tetanus. Namun, toksin botulinum
mempengaruhi syaraf periferi karena memiliki afinitas
untuk neuron pada persimpangan otot syaraf.
Toksin Clostridium
botulinum
Terdapat
tujuh
macam
toksin yang berbeda-beda
yang dihasilkan oleh C.
botulinum, yaitu tipe A, B,
C, D, E, F, dan G. Tipe A, B,
E,
dan
F
dapat
menyebabkan
botulisme
pada manusia. Tipe C dan
D menyebabkan sebagian
besar
botulisme
pada
hewan (unggas liar dan
unggas ternak, sapi, kuda,
dan beberapa jenis ikan).
Tipe G telah diisolasi dari
tanah di Argentina, belum
ada kasus yang diketahui.
Gejala keracunan
makanan oleh
Clostridium
botulinum
Gejala dimulai 1824 jam setelah makan makanan yang
terkontaminasi Clostridium botulinum.
Gejala-gejalanya : bibir kering, gangguan penglihatan
(inkoordinasi
otot-otot
mata,
penglihatan
ganda),ketidakmampuan menelan, sulit berbicara; tandatanda paralisis bulbar berlangsung secara progresif, dan
kematian terjadikarena paralisis pernapasan atau jantung
berhenti.
Gejala-gejala gastrointestinal biasanya tidak menonjol.
Tidak ada demam. Penderita tetap sadar segera sebelum
mati.
SHIGELLA
Shigella adalah bakteri penyebab
penyakit shigellosis pada manusia.
Bakteri ini merupakan bakteri patogen
usus yang dikenal sebagai agen
penyebab penyakit disentri basiler.
Shigella tahan terhadap keasaman
lambung dan membutuhkan inokulum
yang kecil untuk menyebabkan diare
sehingga mudah ditularkan ke orang
lain. Penularan terjadi dalam kondisi
banyak orang berkumpul dalam satu
tempat seperti di penitipan anak, panti
asuhan atau tempat penampungan.
Rendahnya sanitasi dan pasokan air
yang buruk dapat memberi sumbangan
terhadap peningkatan risiko infeksi.
MORFOLOGI
Shigella merupakan bakteri berbentuk batang
pendek , Gram-negatif, tidak motil, tidak berflagel,
tidak berkapsul, tidak membentuk spora, bentuk
coccobacilli terjadi pada pembenihan muda. Ukuran
shigella sekitar 2-3m x 0,5-0,7 m dan susunannya
tidak teratur. Shigella dapat tumbuh subur pada suhu
optimum 37oC, hidup secara aerobik maupun
anaerobik fakultatif.
Shigella dibagi dalam empat serogrup berdasarkan
komponen-komponen utama antigen O yaitu:
1. Grup A: Shigella dysenteriae
2. Grup B: Shigella flexneri
3. Grup C: Shigella boydii
4. Grup D: Shigella sonnei
TOXIN
1.Endotoksin
Infeksi hampir selalu terbatas pada saluran
pencernaan, invasi ke aliran darah sangat jarang dan
sangat menular. Infeksi di usus akut ini adalah disentri
basiler/ Shigellosis yang dapat sembuh sendiri. Reaksi
peradangan yang hebat tersebut merupakan faktor
utama yang membatasi penyakit ini hanya pada usus.
Selain itu juga menyebabkan timbulnya gejala klinik
berupa demam, nyeri abdomen, tenesmus ani (mulas
berkepanjangan tanpa hasil pada hajat besar). Waktu
terjadinya autolysis semua bakteri Shigella sp
mengeluarkan
lipopolisakaridanya
yang
toksik.
Endotoksin mungkin akan menambah iritasi pada
dinding usus.
TOXIN
2.Eksotoksin
Eksotoksin merupakan protein yang antigenik
(merangsang
produksi
antitoksin).
Aktivitas
enterotoksin terutama pada usus halus, yang berbeda
bila dibandingkan dengan disentri basiler klasik
dimana yang terkena adalah usus besar. Sebagai
eksotoksin zat ini dapat menimbulkan diare
sebagaimana enterotoksin yang tidak tahan panas.
Pada manusia eksotoksin menghambat absorbsi gula
dan asam amino pada usus kecil. Neurotoksin ini juga
ikut berperan dalam menyebabkan keparahan
penyakit dan sifat infeksi Shigella dysenteriae, serta
menimbulkan
reaksi
susunan
saraf
pusat
(meningismus, koma).
PATOGENITAS
Bakteri tertelan masuk dan berada di usus halus
menuju ileum terminal dan kolon melekat pada
permukaan mukosa berkembang biak reaksi
peradangan hebat, sel-sel terlepas, timbul Ulkus terjadi
disentri basiler (tinja lembek, bercampur darah, mukus
dan pus, nyeri abdomen, mules, tenesmus ani).
Masa inkubasinya adalah 2-4 hari, atau bisa lebih lama
sampai 1 minggu. Oleh seseorang yang sehat diperlukan
dosis 1000 bakteri Shigella untuk menyebabkan sakit.
Penyembuhan spontan dapat terjadi dalam waktu 2-7 hari
terutama
pada
penderita
dewasa
yang
sehat
sebelumnya, sedangkan pada penderita yang sangat
muda atau tua dan juga pada penderita dengan gizi
buruk penyakit ini akan berlangsung lama. Pernah
ditemukan terjadinya septicemia pada penderita gizi
buruk dan berakhir dengan kematian.
Reverse
Transcriptase
Polymerase
Chain Reaction
(RT-PCR)
PCR
PCR pertama kali dikembangkan pada tahun 1985 oleh
Kary B. Mullis.
PCR adalah suatu metode enzimatis menggunakan enzim
DNA polimerase (enzim termostabil dari bakteri termofilik
Thermus aquaticus) untuk amplifikasi DNA dengan cara in
vitro.
Amplifikasi DNA pada PCR dapat dilakukan bila
menggunakan primer oligonukleotida yang disebut
amplimers yaitu suatu sekuens oligonukleotida pendek
yang berfungsi mengawali sintesis rantai DNA. Umumnya
primer yang digunakan pada PCR terdiri dari 20-30
nukleotida
PCR memungkinkan dilakukannya pelipatgandaan suatu
fragmen DNA.
DNA template (cetakan) yaitu fragmen DNA yang akan
dilipatgandakan dan berasal dari patogen yang terdapat
KEUNGGULAN PCR
Spesifitas, efisiensi dan keakuratannya tinggi.
Spesifitas PCR terletak pada kemampuannya
mengamplifikasi sehingga menghasilkan produk
melalui sejumlah siklus.
Keakuratan yang tinggi karena DNA polymerase
mampu menghindari kesalahan pada amplifikasi
produk.
Dapat diperoleh pelipatgandaan suatu fragmen
DNA sebesar 200.000 kalinya setelah dilakukan 20
siklus reaksi selama 220 menit.
KEUNGGULAN PCR
Reaksi ini dilakukan dengan menggunakan
komponen dalam jumlah sangat sedikit, dimana
DNA cetakan yang diperlukan hanya sekitar 5 ug
oligonukleotida atau sekitar 1 mM dari reaksi
(biasa dilakukan dalam volume 50-100 ul)
DNA cetakan yang digunakan juga tidak perlu
dimurnikan terlebih dahulu sehingga metode PCR
dapat digunakan untuk melipatgandakan suatu
sekuen DNA dalam genom bakteri hanya dengan
mencampurkan kultur bakteri di dalam tabung PCR
KELEMAHAN PCR
Biaya PCR yang masih tergolong tinggi.
JENIS PCR
1. Restriction Fragment Length Polymorphism
(RFLP)
metode ini digunakan untuk membedakan
organisme berdasarkan analisis model derivat
dari perbedaan DNA.
2. Inverse-PCR
metode ini digunakan bila hanya satu sekuen
internal yang diketahui. Metode ini khusus
digunakan untuk mengidentifikasi sekuen
antara dari beragam gen.
JENIS PCR
3. Nested-PCR
proses ini memungkinkan untuk mengurangi
kontaminasi pada produk selama amplifikasi dari
penyatuan primer yang tidak diperlukan
4. Quantitative-PCR
digunakan untuk pengukuran berulang dari hasil
produk PCR. Metode ini secara tidak langsung
digunakan untuk mengukur kuantitas, dimulai dari
jumlah DNA, cDNA, atau RNA. Hasil dari metode
ini juga menampilkan copy dari sampel
JENIS PCR
5. Reverse Transcriptase (RT-PCR)
metode ini digunakan untuk amplifikasi, isolasi atau
identifikasi sekuen dari sel atau jaringan RNA.
Metode ini dibantu oleh reverse transcriptase
(mengubah RNA menjadi cDNA), mencakup
pemetaan, menggambarkan kapan dan dimana gen
diekspresikan.
6. Random Amplified Polymorphic DNA ( RAPD )
bertujuan untuk mendeteksi polimorfisme pada
tingkat DNA. Metode ini dikembangkan oleh Welsh
and Mc Clelland (1990) dengan cara
mengkombinasikan teknik PCR menggunakan primer
primer dengan sequens acak untuk keperluan
amplifikasi lokus acak dari genom.
RT - PCR
Teknik ini dikembangkan untuk melakukan analisis
terhadap molekul RNA hasil transkripsi
Teknik RT-PCR dikembangkan untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan metode PCR yang lain.
Berbeda dengan teknik analisa PCR yang
menggunakan DNA sebagai target, RT-PCR
menggunakan RNA sebagai targetnya.
Melibatkan enzym reverse transcriptase, yang
akan mensintesa compelementary DNA (cDNA)
dari template RNA, oleh karena itulah teknik ini
dinamakan RT-PCR.
RT - PCR
RT-PCR digunakan secara luas untuk menganalisis
virus-virus enterik karena virus ini memiliki genom
RNA, diantaranya : hepatitis A, virus Norwalk,
rotavirus dan SRSVs.
Protokol analisis untuk enterovirus ini juga
dikembangkan untuk mendeteksi bakteri dan
organisme tingkat tinggi lain.
Messenger RNA (mRNA) merupakan target yang
sangat berguna untuk PCR. mRNA ini berada
dalam jumlah yang relatif banyak di dalam sel
hidup, dan memiliki sensitivitas yang tinggi.
Molekul ini merupakan indikator berlangsungnya
kehidupan suatu sel.
RT - PCR
Beberapa organisme yang dapat dideteksi dengan
metode ini adalah : Legionella, Vibrio, Giardia.
RNA tidak dapat digunakan sebagai cetakan pada
teknik PCR, oleh karena itu perlu dilakukan proses
transkripsi balik (reverse transcription)
terhadap molekul mRNA sehingga diperoleh
molekul cDNA (complementary DNA).
Molekul cDNA digunakan sebagai cetakan dalam
proses PCR.
Teknik RT-PCR ini sangat berguna untuk
mendeteksi ekspresi gen, untuk amplifikasi RNA
sebelum dilakukan cloning dan analisis, maupun
untuk diagnosis agensia infektif maupun penyakit
genetik
PRINSIP RT-PCR
RT-PCR menggunakan sepasang primer, yang
berkomplemen dengan sequens yang jelas dari
masing-masing dua untai cDNA. Primer tersebut
kemudian diperpanjang dengan bantuan enzim DNA
polymerase dan akan menghasilkan sebuah untai
gandaan pada setiap siklusnya dan seterusnya
mengikuti amplifikasi logaritmik
DNA
Page 49
DNA
Page 50
DNA
Page 51
Enzim restriksi
Enzim restriksi yang digunakan terdiri dari
campuran EcoRI dan PstI.
Enzim EcoRI berasal dari bakteri Eschericia coli
Enzim PstI berasal dari bakteri Providencia stuartii.
Enzim EcoRI akan memotong pada sekuens
GAATTC
Enzim PstI akan memotong pada sekuens sebagai
berikut :
5' - CTGCAG - 3' 3' - GACGTC - 5'
5' - CTGCA|G - 3' 3' - G|ACGTC - 5'
5' -CTGCAG- 3' 3' -GACGTC- 5'
Teknik Pengerjaan
RFLP - Probe
Walaupun metode RFLP ini menghasilkan pola
fragmen yang lengkap, tetapi belum bisa
segera dibandingkan/ dianalisis menggunakan
komputer.
Penentuan strain dilakukan menggunakan
Probe asam nukleat untuk melihat perbedaan
polanya sehingga diistilahkan dengan analisis
RFLP-probe.
RFLP - Probe
Parameter siklus thermal untuk uji PCR tsb tdd denaturasi pada
suhu 940C selama 2 menit, annealing primer pada suhu 550C
selama 2 menit dan pemanjangan primer pada suhu 72 0C
selama 3 menit. Ampifikasi dilakukan sebanyak 35 kali siklus,
menggunakan molekul penanda (100-bp DNA ladder, MBI,
Fermentas, Lithuania). Elektroforesis dilakukan menggunakan
gel agarosa 1,5% untuk memastikan ukuran yang telah
diamplifikasi. Fragmen IpaH yang diamplifikasi dari PCR dicerna
oleh enzim restriksi Hinfi, Haell, dan fragmen IpaBCD dicerna
oleh enzim restriksi Hinfi dan pstl selama 4 jam pada suhu 370C
didalam buffer MBI,Fermentas,Lithuania. Hasil cerna tadi
dianalisa dengan elektroforesis gel agarosa 2% dengan buffer
tris-acetate EDTA diikuti dengan pewarnaan Ethidium bromida.
TERIMA KASIH