Anda di halaman 1dari 33

HERNIA SCROTALIS

SINISTRA IRREPONIBLE

dr. Ayu Rahmi Safarina


pembimbing : dr. Anang Sp.JP
dr.nunung dan dr ella

Identitas
Nama : Tn. M.T
Jenis kelamin : Laki laki
Umur : 38 tahun
Suku bangsa : Indonesia
Status perkawinan : Menikah
Agama : katolik
Pekerjaan : buruh angkut kelapa sawit
PendidikanTerakhir : SD
Tanggal masuk RS : 8 April 2014

Anamnesis

Keluhan utama
Benjolan pada buah zakar kiri sejak 2
tahun yang lalu

Anamnesis
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke poliklinik bedah RSAL Mintohardjo dengan
keluhan adanya benjolan pada buah zakar. Benjolan berjumlah
satu disebelah kiri. Menurut pasien ukuran benjolannya
sebesar telur ayam. Pada perabaan benjolan terasa lunak.
Awalnya benjolan bisa menghilang sendiri bila sedang dalam
posisi berbaring, tetapi 2 bulan terakhir benjolan tidak dapat
menghilang sendiri. Benjolan tidak pernah terasa nyeri.
Benjolan bisa membesar dan mengecil. Biasanya benjolan
akan membesar saat mengejan dan batuk dan mengecil saat
berbaring istirahat. namun sekarang benjolan tidak bisa
menghilang lagi jika berbaring atau berdiri.

Buang air kecil dan buang air besar pasien


normal tidak ada keluhan. ABuang air kecil
dan buang air besar pasien normal tidak
ada keluhan. Adanya demam, mual,
kembung, dan muntah disangkal.
adanya demam, mual,
muntah disangkal.

kembung,

dan

Anamnesis
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat batuk lama, hipertensi, DM, asma, sakit jantung,
paru, alergi, riwayat perawatan, dan operasi sebelumnya
disangkal.

Riwayat penyakit keluarga


Riwayat batuk lama, hipertensi, DM, asma, sakit jantung,
paru, alergi, riwayat perawatan, dan operasi sebelumnya
pada keluarga pasien disangkal.

Riwayat kebiasaan
Pasien tidak merokok dan minum alkohol, pasien jarang
olah raga. Pasien bekerja sebagai karyawan swasta di
perusahaan produksi film dan sering mengangkat barang
berat. ( buruh angkut kelapa sawit)

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
: Tampak sakit ringan
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36,5o C
Pernapasan : 18 x/menit

Pemeriksaan fisik
Kulit : Warna kulit sawo matang, tidak pucat, tidak
sianosis, tidak ikterik, tidak ada efloresensi yang
bermakna, teraba hangat dan tidak kering
Tanda Dehidrasi
:(-)
Cara Berjalan
: Normal
Habitus
: Atletikus
Sianosis
:(-)
Udema Umum
:(-)
Mobilitas ( aktif / pasif ) : Aktif
Umur menurut taksiran pemeriksa : Sesuai umur

Pemeriksaan fisik
KGB : Tidak teraba membesar
Kepala : Normochepali
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/Telinga, hidung, mulut : DBN
Thorax : Simetris
Paru : SN vesikuler, rhonci -/-, wheezing -/Jantung : BJ I/II reguler, mur-mur -, gallop -

Abdomen : Supel, hati limpa ginjal DBN, BU +

Pemeriksaan fisik
Status lokalis
Inspeksi
Tampak benjolan, warna benjolan sama dengan
sekitarnya, hiperemis (-).

Palpasi
Suhu sama dengan sekitarnya, benjolan
berukuran 4 x 5 x 3 cm, konsistensi kenyal,
permukaan rata, nyeri tekan (-).

Pemeriksaan khusus
Finger tip test (+) benjolan menyentuh ujung jari.

1.Pemeriksaan Penunjang:
Laboratorium
Darah rutin
-Leukosit
: 5000/mm3
-Eritrosit
: 5,02 x 106/mm3
-Hemoglobin
: 13,2 gr/dl
-Hematokrit : 45,8 %
-Trombosit : 430.000/mm3

Resume
Anamnesis
Pasien datang ke poliklinik bedah RSAL Mintohardjo dengan
keluhan adanya benjolan pada buah zakar. Benjolan berjumlah
satu disebelah kiri. Ukurannya sebesar telur bebek. Pada
perabaan benjolan terasa lunak. Awalnya benjolan bisa
menghilang sendiri bila sedang dalam posisi berbaring, tetapi 2
bulan terakhir benjolan tidak dapat menghilang sendiri. Benjolan
tidak pernah terasa nyeri. Benjolan bisa membesar dan
mengecil. Biasanya benjolan akan membesar saat mengedan
dan batuk dan mengecil saat berbaring istirahat. Pasien tidak
memiliki riwayat batuk lama. Pasien bekerja sebagai karyawan
swasta di perusahaan produksi film dan sering mengangkat
barang berat.

Resume
Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum
: Tampak sakit ringan
GCS : E4 V5 M6
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Frekuensi nadi
: 84x/menit
Frekuensi nafas
: 18x/menit
Suhu : 36.50 C
BMI
: 22,85 (normal)
Inspeksi

Tampak benjolan, warna kulit sama dengan sekitarnya,


hiperemis (-).

Palpasi

Suhu sama dengan sekitarnya, benjolan berukuran 4 x 5 x


3 cm, konsistensi kenyal, permukaan rata, nyeri tekan (-).

Pemeriksaan khusus

Finger tip test (+) benjolan menyentuh ujung jari.

Diagnosis kerja

Hernia Scrotalis Sinistra Irreponibel

Laporan Pembedahan
Tanggal

16 April 2014

Ahli anestesi :

dr. Sanggam, SpAn

Ahli bedah

dr. Deddy, SpB

Preoperatif

Pasien diberikan spinal anestesi, dengan posisi supine.


Dilakukan tindakan a dan antiseptik.
Intraoperatif :
Incisi kiri bawah abdomen.
Funiculus dibebaskan.
Herniotomi.
Pasang mesh.
Postoperatif

Luka operasi dijahit lapis demi lapis hingga kulit.


Tutup luka jahitan.
Operasi selesai.

Penatalaksanaan
Herniotomy dan pemasangan Mesh
Laporan operasi
tgl 8 april 2015
pukul 24.00 WITA
Operator : dr. Darwin Sp.B Anastesi : dr. Haris Sp. An

Pre-operasi : pasien diberikan spinal anastesi dengan posisi supine

Dilakukan tindakan antiseptik

Melakukan incisi kiri bawah abdomen


Funikulus dibebaskan
Herniotomi
Pasang mesh
post operasi : Luka operasi dijahit lapis demi lapis hingga kulit
Tutup luka jahitan
Operasi selesai

Penatalaksanaan
Instruksi post op
Bed rest
Infus RL 14 tpm
Ceftriaxone 2 x 1 gr
Asam Mefenamat 3 x I tab

Anatomi
Canalis inguinalis

Anatomi
Funiculus spermaticus

Fisiologi canalis inguinalis


Mekanisme canalis inguinalis dalam mengatasi defek
Dinding anterior canalis inguinalis diperkuat oleh serabut-serabut musculus
obliquus abdominis internus dari ligamentum inguinale, tepat di depan annulus
inguinalis profundus.
Dinding posterior canalis inguinalis diperkuat oleh conjoint tendon tepat di
belakang anulus inguinalis superficialis.
Pada waktu batuk dan mengedan seperti pada miksi, defekasi, dan partus,
serabut terbawah musculus obliquua abdominis internus dan musculus
transversus abdominis yang melengkung membentuk atap canalis inguinalis
akan berkontraksi sehingga atap tersebut mendatar dan menekan isi canalis
ke dasar supaya menutup.
Bila diperlukan mengedan dengan kuat, secara alamiah orang cenderung
berada dalam posisi jongkok, articulatio coxae fleksi untuk melindungi bagian
bawah dinding anterior abdomen dengan tungkai atas.

Klasifikasi hernia
Berdasarkan terjadinya, dibagi atas :
Kongenital
Akuisita

Berdasarkan sifatnya, dibagi atas :


Reponibel
Irreponibel
Inkarserata
Strangulata

Klasifikasi
Berdasarkan lokasi di regio inguinal, terbagi
atas :
Hernia inguinalis medialis/direk, terjadi karena
peninggian tekanan intraabdomen kronik dan
kelemahan otot dinding di trigonum Hesselbach
disebelah medial dari arteri epigastrika inferior.

Klasifikasi
Hernia inguinalis lateralis atau indirek, menonjol
dari sisi lateral arteri epigastrika inferior, keluar
melalui dua pintu dan saluran, yaitu anulus dan
canalis inguinalis. Hernia dapat meluas hingga
menjadi hernia skrotalis atau labialis

Etiologi
Kongenital
Didapat
Faktor yang mempengaruhi
Defek pada processus vaginalis
Peninggian tekanan intra abdomen
Batuk kronik
Konstipasi
Ascites

Kelemahan dinding perut karena usia

Patofisiologi

Manifestasi klinis
Benjolan di lipat paha
Timbul saat mengedan, batuk, dan mengangkat
beban berat
Hilang saat berbaring

Perut kembung, mual, muntah


Gangguan BAB
Nyeri

Diagnosis
PF
Fingertip test

Penunjang
Lab darah
USG

Penatalaksanaan
Penanganan awal hernia di IGD
Analgetik
Tirah baring
Posisi Trendelenburg
Kompres dingin
Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk
mencegah penonjolan yang berlanjut selama
proses reduksi penonjolan
Konsul bedah

Penatalaksanaan
Terapi pembedahan
Open anterior repair (cara Bassini, McVay,
Shouldice), secar umum melakukan rekonstruksi
dinding posterior dengan cara menjahit fascia
transveralis, musculus transversus abdominis dan
musculus obliquus abdominis internus yang
membentuk conjoint tendon dengan ligamentum
inguinale.
Open posterior repair (cara illiopubic tract repair,
teknik Nyhus), perbedannya dengan teknik
pertama adalah rekonstruksi dilakukan dari bagian
dalam.

Penatalaksanaan

Tension free repair dengan mesh (Teknik


Lichtenstein
dan
Rutkow),
menggunakan
pendekatan awal yang sama dengan teknik
pertama, namun tidak menjahit lapisan fascia
untuk memperbaiki defek, melainkan dengan
menempatkan prostetik berupa mesh. Cara ini
dilakukan supaya tidak menimbulka tegangan
pada dinding abdomen sehingga hasil operasi
lebih baik dan angka kekambuhan berkurang.

Penatalaksanaan
Lapraskopi, cara yang dilakukan dapat berupa
transabdomilan preperitoneal (TAPP) atau total
extraperitoneal (TEP), dengan cara meletakkan
mesh secara lapasaskopik.

Komplikasi
Hernia inkarserata
Hernia strangulata
Komplikasi pascabedah
Infeksi
Nyeri
Cedera organ visceral

Prognosis
Prognosis hernia adalah baik selama keadaan
umum pasien masih baik (belum terjadi
inkarserata atau strangulate yang sampai
mengancam nyawa). Angka kekambuhan pada
operasi tension-free repair adalah dibawah 1%.

Anda mungkin juga menyukai