Anda di halaman 1dari 27

PSIKOLOGI EGO

Anna Freud, Robert W. White, Heinz Hartmann


Anna Freud
Konsep pokok

1. Terapi gabungan: Kekaguman dan


Kepercayaan
2. Melampaui Konflik Struktural : Bahaya
Perkembangan
3. Asesmen Metapsikologi
Keuntungan Memakai Profil Asesmen
Metapsikologi

• Memberi arahan yang konkrit dan seragam


• Mengharuskan terapis untuk mengintegrasikan hasil observasi
dengan data sejarah menjadi gambaran yang utuh tentang
bagaimana kepribadian anak berfungsi dan berkembang.
• Membutuhkan kecanggihan penerapan teori perkembangan
psikoanalitik, teori dorongan , dan teori ego, untuk
memperoleh makna “metapsikologi” dari data hasil observasi.
Pentingnya Realistas Sosial

Tidak seperti orang dewasa, anak lebih tergantung


dan lebih mudah dipengaruhi oleh realistas
eksternal saat itu. Psikoanalisis anak harus siap
menerima proposisi bahwa ketergantungan klien
kepada orangtuanya, konflik dengan saudara-
saudaranya, hubungan dengan guru dan otoritas
lainnya tercermin dalam gangguan yang mereka
alami. Pada anak, suatu symptom bisa disebabkan
oleh peristiwa yang baru saja terjadi.
Garis Perkembangan (Developmental Lines)

suatu urutan, tahap-tahap kematangan anak


dari ketergantungan menjadi mandiri, dari
irasional menjadi rasional, dan hubungan
yang pasif dengan realita menjadi aktif.
enam garis perkembangan

1. Dari ketergantungan menjadi percaya diri.


2. Dari mengisap menjadi makan makanan keras.
3. Dari ngompol dan ngobrok menjadi dapat
mengontrol urinasi/defakasi.
4. Dari tidak bertanggung jawab menjadi bertanggung
jawab mengatur tubuh.
5. Dari egosentrik menjadi kerjasama.
6. Dari tubuh menjadi mainan, dan dari bermain
menjadi bekerja.
Mekanisme Pertahanan (defense mechanism)

Sigmund Freud mengajukan 7 defences


(identifikasi, displasemen, represi, projeksi,
reaksi formasi, fiksasi dan regresi) yang
ditambah Anna Freud dengan repressin,
isolation,ascetism, denial, sublimation, indoing,
introjections, reversal, turning againt the self
sublimation/displacement. Anna Juga meneliti
hubungan antara tingkat perkembangan dengan
pilihan defense.
Heinz Hartmann
Fungsi Ego di Di Ranah Bebas Konflik
(Conflict Free Sphere)
Menurut Hartmann, istilah ranah bebas konflik
diadaptasi dari psikoanalis untuk merancang
kegiatan ego yangterjadi diluar ranah konflik
mental. Menurutnya fungsi ego tergantung
pada tujuan yang akan diselesaikan.
Ego bukan berasal dari id, akan tetapi mereka
muncul secara bersamaan. Berfungsi
independen dan sinkron dengan insting.
Otonomi Primer dan Otonomi
skunder Ego : Adaptasi
Ada dua jenis otonomi ego: otonomi primer dan
otonomi sekunder.
1. Otonomi primer mengacuke sumber biologis
kemasakan fungsi persepsi, belajar, ingatan, dan
gerakan membuat ego menjadi berfungsi otonom.
2. Otonomi sekunder merupakan kemampuan ego
untuk mengubah fungsi-fungsi yang dikembangkan
dalam konflik dengan id menjadi sarana yang juga
membantu adaptasi yang sehat dengan kehidupan.
Fungsi Ego dan Prinsip Realita

Ego memakai prinsip realita dalam arti


yang luas yakni; kemampuan untuk
mengantisipasi kebutuhan aksi pada masa
yang akan dating, yang tujuan utamanya
terus-menerus menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang diharapkan.
Ada empat harmoni di dalam dan diluar diri yang
harus dipertahankan ego, yakni:

1. Mempertahankan keseimbangan yang indah


antara keseluruhan individu dengan realitas
eksternal social dan fisik.
2. Ego harus memantapkan harmoni keseimbangan
di dalam ranah id.
3. Ego harus menyeimbangkan tiga unsure mental
yang saling bersaing, id-ego-superego.
4. Ego harus menjada harmoni di antara berbagai
tujuannya sendiri yang saling berbeda.
Hartmann mengemukakan 12 fungsi ego yang harus
diperhatikan, agar fungsi social dan kognitif dapat
berjalan dengan baik.
1. Mengatur gerakan (spontan).
2. Mengorganisasi persepsi di dalam dan diluar realita.
3. Membuat batas yang melindungi diri dari stimulasi internal dan eksternal yang
berlebihan.
4. Uji realitas.
5. Berfikir dan intelegensi.
6. Menterjemahkan fikiran menjadi perbuatan.
7. Menghambat atau menunda pengurangan tegangan.
8. Mengenali bahaya, member tanda kecemasan dan pertahanan.
9. Antisipasi aksi, tujuan, dampak, dan konsekuensi pada masa yang akan datang.
10. Persepsi waktu.
11. Pembentukan karakter (gaya pribadi).
12. Kemampuan sintetik.
Robert H. White
Tema Kompetensi dalam Tahap
Psikoseksual
Teori White merupakan rekonseptualisasi dari tahap-
tahap perkembangan psikoseksual, memakai tema
belajar tuntas. Menurutnya kecenderungan untuk
mempengaruhi rangsangan, aktif berusaha
mempengaruhi lingkungan disebut effectance
motivation. Apabila usaha ini berhasil, orang merasa
kompeten (competence) yang membuat orang itu
tumbuh, masak, dan siap menghadapi tantangan
hidup. Perasaan bisa menghadapi realitas lingkungan
semacam itu disebut efikasi diri. (self efficacy)
Effectance Motivation

Konsep pokok dari White adalah effetance


motivation. Manusia mempunyai dorongan
instingtif untuk belajar, memahami
lingkungan, kompeten mempengaruhi
lingkungan untuk kepentingan
kesejahteraan dirinya. Fenomena motif
belajar dapat dilihat dari aktifitas uji
realitas, pemisahan diri dan non diri serta
penyimpangan perkembangan ego.
Uji realita: kompetensi melalui
kegiatan
Teori klasik tentang reality testing
menempatkan ego dalam posisi sentral yang
menghubungkan kepuasan objektif dengan
realita.
Perkembangan aktivitas insting yang diajukan
Freud dapat kita bandingkan dengan
perkembangan kompetensi yang dipelajari
yang diajukan oleh White sebagai berikut:
1. Tahap Oral
Aktivitas Insting (Freud) Kompetensi yang dipelajari (White)

a. Insting lapar berjuang a. Makan sebagai tempat berlatih


untukmereduksi tagangan; menguasai diri sendiri dan belajar
menguasai lingkungan manusia;
b. Ketergantungan pasif pada obyek b. Belajar menguasai orang lain melalui
yang dicintai untuk bertahan hidup; memaksi-malkan cinta dan
meminimalkan pengabaian;
c. Memasukkan makanan dan obyek c. Sensori motor berperan sebagai
cinta sebagai bagian dari self. latihan ketrampilan motoric dan
kognitif masa yang akan datang.
2. Tahap Anal
Aktivitas Insting (Freud) Kompetensi yang dipelajari (White)

a. Kepuasan libido dari menahan dan a. Perkembanan intinsik negativism


mengeluarkan kotoran; anak usia 2 tahun;
b. Belajar patuh kepada tuntutan b. Memakai gerakan dan negativism
kultural orang tua; untuk mengembangkan otonomi;
c. Mungkin reaksi defensive terhadap c. Tiga sifat (kikir, keras kepala, dan
kepribadian anal erotic, menjadi sifat sangat teratur) dipandang sebagai
kikir, keras kepala, dan atau sangat cara penyesuaian terhadap
teratur. lingkungan, kalau dikembangkan
pada tingkat cukupan.
3. Tahap Falis
Aktivitas Insting (Freud) Kompetensi yang dipelajari (White)

a. Odipus kompleks dengan sensitivitas a. Gerakan, bahasa, dan imajinasi


genital; dikembangkan untuk menguasai
b. Perkembangan superego melalui kata-kata dan mengembangkan
indentifikasi dengan ayah, dan takut perasaan berkemampuan;
dangan kemarahan ayah; b. Dramatisasi-diri dan meniru peran
c. Interest seksual diarahkan ke anggota dewasa dengan tekanan pada
keluarga. produktivitas pribadi.
4. Tahap Laten
Aktivitas Insting (Freud) Kompetensi yang dipelajari (White)
a. Menghilangnya motif seksual; a. Memantapkan kopetensi sosial
b. Periode yang relatif tenang dalam kelompok sebaya dan
aktivitas sekolah dan hubungan
heteroseksual;
b. Kerja nyata di sekolah, tempat kerja,
permainan;
c. Belajar kompromi diri dan
bagaimana melindungi diri.
5. Tahap Genital
Aktivitas Insting (Freud) Kompetensi yang dipelajari (White)
a. Pilihan obyek heteroseksual; a. Perasaan identitas, perasaan
b. Ekspresi libido dalamwujud kompetens masa lalu yang kini
genital. disatukan;
b. Pilihan pekerjaan yang aktif
dipelajari atau disiapkan;
c. Pacaran sebagai kepuasan sosial
dan seksual.
Memisahkan Diri Dengan Non-Diri

Salah satu kemampuan yang


dikembangkan ego sejak awal
perkembangan adalah memisahkan mana
yang bagian dari diri dan mana yang bukan
diri. Menurut White, hubungan bayi
dengan realita tidak pasif, yang timbul
sebagai akibat ada dorongan yang harus
dipuaskan dengan realita.
Perkembangan Ego menjadi Patologis

Konsep asli dari Teori Freud menyatakan bahwa


patologi adalah kegagalan ego berkembang normal.
White dengan kompetensi dan motivasi efektannya,
mengubah fokus perhatian, dari apa yang
menyebabkan kapasitas ego gagal memenangi
energi id, menjadi apa yang salah dari
perkembangan perasaan efikasinya. Menurut White,
sebagian dari kesalahan perkembangan ego, ada
pada bayi itu sendiri.
White mengemukakan tiga penyebab
kerusakan motivasi efektan, yaitu:
1. Insting lapar dan insting bebas dari rasa sakit
terus menerus muncul karena pengasuhan
yang kurang baik.
2. Bayi tidak memperoleh reinforsemen dari
usaha pengembangan efikasi dirinya dan ibu
tidak mau terpengaruh oleh aktivitas bayinya.
3. Gangguan atau hambatan langsung terhadap
aktivitas bermain.
Aplikasi Psikologi Ego
Psikologi Ego merupakan kelengkapan yang dilakukan
oleh pengikut-pengikut Freud ketika mengaplikasikan
psikoanalisis.
Anna freud menjadi pelopor psikoanalisis kepada
anak-anak yang dengan cermat menyiapkan metodelosi
dan sistematik dari psikoanalisis anak bahkan dewasa,
Hartman dan White banyak memberi masukan tentang
kerja ego, dan konsep-konsep psikologi ego sangat
membantu usaha mengembangkan kompetensi ego
menguasai intersystem dan intrasistem.

Anda mungkin juga menyukai