Anda di halaman 1dari 66

Subyek Pajak

1.

2.
3.

4.

Subyek Pajak adalah orang atau badan yang


menurut Undang-undang dikenakan pajak (Pasal
1 UU PPh)
Subyek Pajak yang menerima atau memperoleh
penghasilan disebut Wajib Pajak
Dikenakan pajak atas penghasilan yang diterima
atau diperolehnya selama tahun pajak, atau
bagian tahun pajak.
Subyek Pajak orang pribadi dibedakan Subyek
Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan Subyek
Pajak Orang Pribadi Luar Negeri

PPh Orang Pribadi

Subyek Pajak Orang Pribadi DN


1.

Orang Pribadi
Orang pribadi dianggap subyek pajak dalam negeri bila
bertempat tinggal di Ind atau berada di Ind lebih dari
183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau berada di
Ind dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Ind
Contoh:
Tn. Azizan lahir dan tinggal selama hidupnya di Ind
Mr. Ballack selama 1 tahun berada di Indonesia lebih
dari 183 hari berada di Indonesia walaupun sering
pulang pergi ke negaranya.
Mr. Sheva mulai bekerja di Ind bulan Okt 05 tapi berniat
untuk menetap di Ind, maka untuk tahun pajak 2005
dianggap SPOPDN dan dikenakan tarif PPh DN
PPh Orang Pribadi

Subyek Pajak Orang Pribadi DN


2.

Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan


menggantikan yang berhak
Warisan dianggap sebagai Subyek Pajak Dalam Negeri
dengan mengikuti status pewaris, dimana pemenuhan
kewajiban perpajakannya digantikan oleh warisan
tersebut sampai dengan terbagi kepada yang berhak
(ahli waris)
Contoh :
Tn. X meninggal dunia dan mewariskan UD Maju
kepada para ahli warisnya, selama UD Maju belum
dibagikan kepada ahli warisnya, kewajiban pajak
dilaksanakan oleh UD Maju
PPh Orang Pribadi

Subyek Pajak Orang Pribadi LN


Subyek Pajak Orang Pribadi Luar Negeri adalah orang
pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan, tapi memperoleh penghasilan dari
Indonesia
Contoh
Mr. Tan Po Sugwan tinggal di Korea membeli saham PT.
Y di BEJ. Bila PT. Y membagi deviden kepadanya,
deviden tersebut akan tetap dipotong pajak (PPh psl 26)
Mr. Drogba bekerja di Ind sebagai expatriate selama 2
bulan. Karena Mr. Drogba tinggal di Ind kurang dari 183
hari maka atas gajinya tidak dipotong PPh Pasal 21 tetapi
pph pasal 26
PPh Orang Pribadi

Kewajiban pajak

SPOPDN

SPOPLN

Negara sumber
penghasilan yang
dikenakan pajak

Penghasilan dari Ind


dan dari Luar Ind
(World Wide Income)

Penghasilan yang
berasal dari Ind saja
(asas sumber)

Dasar Pengenaan
Pajak

Penghasilan Netto

Penghasilan Bruto

Tarif Pajak

Tarif Umum PPh


pasal 17

Tarif PPh pasal 26


atau sesuai dengan
Tax Treaty jika sudah
terdapat Tax Treaty

Kewajiban Lapor SPT Wajib menyampaikan Tidak Wajib


SPT Tahunan
menyampaikan SPT

PPh Orang Pribadi

Bukan Subyek PPh Orang Pribadi

Orang Pribadi walaupun tinggal di Indonesia lebih dari


183 hari dalam 1 tahun tetapi tidak dianggap sebagai
subyek pajak
Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pjabat
lain dari ngr asing, dan org diperbantukan kpd mereka
yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama dg
syarat bukan WNI dan di Ind tidak menerima atau
memperoleh pghasilan dan ada azas timbal balik
contoh: duta besar, konsulat, atase beserta keluarga
Pejabat perwakilan organisasi Internasional yang
ditetapkan Menkeu dengan syarat bukan WNI dan tidak
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan usaha
untuk memperoleh penghasilan di Ind. Contoh : Unesco
PPh Orang Pribadi

Saat timbul dan berakhirnya kewajiban Pajak


Subyektif
1.

Subyek Pajak Dalam Negeri


Orang Pribadi, dimulai saat orang pribadi tersebut dilahirkan,
berada atau berniat untuk bertempat tinggal di Ind. Berakhir pada
saat orang pribadi tersebut meninggal dunia atau meninggalkan
Ind untuk selama-lamanya
contoh : Mr. Z menandatangani kontrak bekerja di Indonesia
selama 1 tahun, maka pada saat penandatanganan kontrak
tersebut Mr. Z dianggap sudah berniat untuk bertempat tinggal di
Indonesia dan sudah merupakan subyek Pajak Dalam Negeri
Warisan, dimulai saat warisan yang belum terbagi itu timbul,
berakhir pada saat warisan tersebut selesai dibagikan.
Contoh : Tn. X meninggal dunia dan mewariskan UD Maju
kepada para ahli warisnya. Pada saat meninggal itulah UD Maju
menjadi subyek pajak. Setelah warisan habis dibagi kepada ahli
waris, saat itu kewajiban pajak subyektif berakhir
PPh Orang Pribadi

Saat timbul dan berakhirnya kewajiban Pajak


Subyektif
2.

Subyek Pajak Luar Negeri


Yang memperoleh pghasilan dgn bekerja pada perusahaan atau
berinvestasi di Ind, dimulai pada saat memperoleh atau menerima
pghasilan di Ind, berakhir pada saat tidak lagi memperoleh atau
menerima pghasilan di Ind.
Yang memperoleh penghasilan di Ind dengan membuka usaha
(menjalankan BUT) dimulai pada saat menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia, berakhir pada saat
tidak lagi menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di
Indonesia.
Apabila kewajiban pajak subyektif orang pribadi yang bertempat
tinggal atau berada di Indonesia hanya meliputi sebagian tahun
pajak, maka bagian tahun pajak tersebut menggantikan tahun
pajak

PPh Orang Pribadi

Obyek Pajak
Obyek PPh Orang Pribadi adalah Penghasilan, yaitu
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh orang pribadi, baik yang berasal dari
Indonesia atau dari luar Indonesia, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib
Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam
bentuk apapun.

PPh Orang Pribadi

Kelompok Penghasilan
1.

2.

3.

Penghasilan dari pekerjaan


Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh
Hadiah dari pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.
Penghasilan dari usaha atau kegiatan
Laba usaha
Penghasilan dari modal (investasi)
Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang
Deviden, dengan nama dan bentuk apapun, termasuk deviden dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian
hasil usaha koperasi
Royalti
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
PPh Orang Pribadi

10

Kelompok Penghasilan
4.

Penghasilan lain-lain
Hadiah dari undian
Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah
dibebankan sebagai biaya
Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai
dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan
peraturan pemerintah
Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
Tambahan kekayaan netto yang berasal dari
penghasilan yang belum dikenakan pajak
PPh Orang Pribadi

11

Jenis Penghasilan
1. Penghasilan yang merupakan obyek pajak PPh
tidak bersifat final (pasal 4 ayat (1))
2. Penghasilan yang merupakan obyek pajak yang
dipotong PPh Final (pasal 4 ayat (2))
3. Penghasilan yang bukan obyek pajak (Pasal 4
ayat (3))

PPh Orang Pribadi

12

Hubungan Istmewa
Hubungan istimewa timbul jika Subyek Pajak Orang
Pribadi memiliki hubungan keluarga baik sedarah
ataupun semenda dalam garis keturunan lurus dan atau
kesamping satu derajat (pasal 18 ayat 4 UU PPh).
Hubungan Istimewa berakibat pada :
Penggabungan penghasilan anak yang belum dewasa
dengan penghasilan orang tuanya (Pasal 8 ayat 4)
Keuntungan atas jual beli aktiva tetap diantara orang
pribadi yang memiliki hubungan istimewa yaitu dengan
menghitung harga pasar wajar dibandingkan dengan nilai
buku aktiva tersebut

PPh Orang Pribadi

13

Obyek Pajak yang dikenakan PPh


final
Yang dimaksud PPh final adalan Pajak Penghasilan
yang dipotong atau dibayar sendiri dari suatu
penghasilan yang pada akhir tahun penghasilan
tersebut tidak diperhitungkan sebagai pembayaran
pajak yang dibayar dimuka atau kredit pajak.
Contoh : Tn. Sabar adalah WPOP pemilik gudang yang
disewa oleh PT. Adil. Pada saat pembayaran uang
sewa PT. Adil memotong PPh Final atas sewa
bangunan sebesar 10%. Penghasilan sewa ruangan
tersebut tidak lagi diperhitungkan dalam SPT Tahunan.
Pototngan pajak final atas sewa ruangan juga tidak lagi
diperhitungkan sebagai kredit pajak
PPh Orang Pribadi

14

Obyek Pajak yang dikenakan PPh final


WPOP harus memisahkan pencatatan penghasilanpenghasilan yang dikenakan PPh Final dari
Penghasilan-penghasilan yang dikenakan PPh non
final. Selain itu atas biaya yang telah dikeluarkan atas
Penghasilan yang berupa final, tidak boleh dimasukan
sebagai pengurang penghasilan dalam menghitung
PPh terutang pada SPT Tahunan.
Contoh : Atas penyewaan gudang tersebut telah
dikeluarkan biaya-biaya sebesar Rp. 1.000.000.
Karena biaya tersebut digunakan untuk mendapatkan
penghasilan yang dipotong PPh Final maka biaya
tersebut tidak boleh diperhitungkan lagi dalam SPT
Tahunan.
PPh Orang Pribadi

15

Obyek Pajak

Tarif

Dasar Hukum

Penghasillan yang diterima/diperoleh WP OP


dari transaksi penjualan saham dibursa efek:
- Untuk semua transaksi semua saham;
- Untuk transaksi penjual saham pendiri;

0,1% x Ph Bruto
(0,1% x PPh Bruto
+ 0,5% x nilai
saham pada saat
IPO)

PP No.41/1994
jo.PP No.14/1997
jo.282/KMK.04/199
7 jo.SE06/Pj.04/1997

Penghasilan WPOP berupa hadiah undian

25% x Ph Bruto

PP No.132/2000

Penghasilan bunga deposito yang diterima


WPOP, termasuk simpanan pada bank DN
yang memiliki cabang di LN

20% x Ph Bruto

PP No.131 /2000
KMK 51
/KMK.04/2001

Penghasilan bunga deposito/tabungan, jasa


giro dan diskonto SBI

20% x Ph Bruto

PP No.131 /2000
KMK 51
/KMK.04/2001

Penghasilan WPOP dari sewa tanah dan/atau


bangunan

10% x Ph Bruto

PP.5/2002.
KMK.N0.120/
KMK.03/2001

Penghasilan yang diterima olleh WPOP dari


investor atas penyerahan bangunan dengan
kontrak BOT

5% x Nilai tertinggi
dari nilai pasar dan
NJOP

248/KMK.04/1995

PPh Orang Pribadi

16

Penghasilan WPOP yang melakukan


transaksi pengalihan hak atas
tanah/bangunan

5% x Nilai tertinggi
dari nilai pasar dan
NJOP

Penghasilan yang diterima/diperoleh WPOP


atau Badan berupa bunga atau diskonto
obligasi yang dijual di bursa efek
- Diterima WP DN
- Diterima WP LN

PP No.48/1994 jo.
PP No 27/1996 jo.
PP79/1999 392/
KMK.04/1996 jo.SE04/PJ.33 /1996
PP No.139/2000
558/KMK.04/2000
Jo PP No.6/2002

20% x Ph Bruto
20% x Ph Bruto
Penghasilan WPOP berupa dividen yang
diterima dari WP Badan DN

10% x Ph bruto

Pasal 17 2(c) UU
PPh; PP 19/2009

Penghasilan yang diterima/diperoleh WPOP


DN sehubungan dengan pekerjaan, jasa
dan kegiatan tertentu berupa
- Uang tebusan pensiun & THT yang
dibayar sekaligus
- Uang pesangon

- 5% x (diatas 25
juta - 50 juta);
- 10% x (diatas 50
juta -100 juta);
- 15% x (diatas 100
juta 200 juta)
- 25% x (diatas 200
juta
PP149/2000

Pesangon
0 -50 juta = TKP
>50 jt 100 jt = 5%
>100jt 500jt=15%
>500jt = 25%
Pensiun
0-50 juta = TKP
17
>50 juta = 5%
PP 68/2009

PPh Orang Pribadi

Penghasilan yang diterima


oleh OP dengan statujs WP
LN berupa imbalan atas pe
kerjaan, jasa atau pekerjaan

Psal 26 UU PPh jo KEP


545/PJ./2000
20% x Ph Bruto

Penghasilan yang diterima


pejabat negara, PNS, TNI/
Polri dan pensiunan berupa
honorarium dan imbalan lain
yang dibebankan kepada ke
uangan negara atau keuang
an daerah, kecuali pega wai
golongan II/d ke bawah

15% x Ph Bruto

PP No.45/1994
jo.636/KMK.04/1994 KEP545/PJ/2000

Penghasilan WPOP berupa


bunga simpanan anggota
koperasi

10% x Ph Bruto
Bunga diatas 240.000

Pasal 23 ayat (1) UU PPh;


PP 15/2009

Penghasilan dari penjualan


harta di Indonesia yang
diterima WP LN selain BUT
di Indonesia dan premi
asuransi ya;ng dibayarkan
kepada perusahaan
asuransi di LN

20% x Perkiraan Ph Bruto

Pasal 26 UU PPh

PPh Orang Pribadi

18

Penghasilan bukan obyek pajak


Penghasilan yang tidak dikenakan PPh pada saat
WPOP menerima penghasilan. Penerima penghasilan
tidak dipotong PPh dan pemberi penghasilan tidak
memotong PPh namun penerima penghasilan tetap
melaporkan pada SPT Tahunannya.
Karakteristik ini sama dengan Penghasilan yang
dikenakan PPh final. Pelaporannya harus dipisahkan
dengan Penghasilannya yang dikenakan PPh.
Demikian juga dengan biaya-biaya yang nyata-nyata
dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan yang
bukan obyek PPh tidak boleh dimasukkan sebagai
pengurang pengahsilan dalam menghitung PPh
terutang pada akhir tahun di SPT Tahunan.
PPh Orang Pribadi

19

Jenis-jenis Penghasilan yang bukan obyek


pajak

Kriteria karena adanya pengalihan obyek pajak

1.

Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan


amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan
pemerintah dan para penerima zakat yang berhak
Harta hibaan yang diterima oleh keluarga sedarah garis keturunan
lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan
atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan
Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan
dari wajib pajak atau pemerintah; penghasilan-penghasilan di atas
bukan merupakan obyek pajak karena titik pemajakan atas
penghasilan tersebut bukan pada pihak yang menerima tetapi pada
pihak yang memberikan penghasilan. Pihak yang menyerahkan
penghasilan dikenakan pajak atas sumbangan, bantuan dan
penggantian dalam bentuk natura dikenakan bukan pada pihak yang
menerima sumbangan bantuan atau natura tetapi pada pihak yang
memberikan penghasilan tersebut.

2.

3.

PPh Orang Pribadi

20

Jenis-jenis Penghasilan yang bukan


obyek pajak

1.

2.

Kriteria karena adanya pengalihan saat dikenakan


pajak
Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang
pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan,
asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi beasiswa;
Iuaran yang diterima atau diperoleh dana pensiun
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun oleh karyawan;

PPh Orang Pribadi

21

Jenis-jenis Penghasilan yang bukan


obyek pajak

Kriteria karena adanya pelaksanaan investasi

1.

Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai wajib pajak
dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia
dengan syarat;
Dividen berasal dari cadangan laba ditahan perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Daerah
yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling
rendah 25% dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar
kepemilikan saham tersebut;
Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan, dalam bidang tertentu yang ditetapkan dengan keputusan Menteri
Keuangan;
Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selam 5 tahun pertama
sejak pendirian perusahaan atau pemberi ijin usaha;
Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari
badan psangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha dan kegiatan di Indonesia,
dengan syarat badan pasangan tersebut:
a. Merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan
dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Keuangan;
b. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

2.

3.

4.
5.

PPh Orang Pribadi

22

Jenis-jenis Penghasilan yang bukan


obyek pajak

Kriteria karena adanya standar akuntansi yang


berlaku

1.
2.

Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai


pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;
Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak dibagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi.

Alasan Perdata

1.

Penghasilan yang tidak termasuk obyek pajak karena alasan perdata


adalah warisan.

PPh Orang Pribadi

23

Menghitung PPh Orang Pribadi

1.
2.
3.

Penghasilan neto
WP menyelenggarakan pembukuan
WP tidak menyelenggarakan pembukuan
WP berstatus sebagai karyawan
Penghasilan Tidak Kena Pajak
Penghasilan Kena Pajak
Tarif
Kredit Pajak

PPh Orang Pribadi

24

Penghasilan neto WP menggunakan


pembukuan

Untuk menghitung Penghasilan neto, atas


penghasilan bruto yang diterima dapat
dikurangkan dari biaya-biaya yang dapat
dikurangkan sesuai dengan UU PPh Pasal 6
ayat (1). Biaya-biaya yang bersifat bukan
pengurang (UU PPh pasal 9 ayat (1)), biayabiaya yang terkait dgn penghasilan bukan
obyek pajak (UU PPh pasal 4 ayat (3)) dan
biaya-biaya yang terkait dgn obyek pajak yang
dikenakan PPh final. Tidak dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto.
Penghasilan Bruto Biaya-biaya deductible =
Penghasilan neto

PPh Orang Pribadi

25

Deductible expense
Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan, yaitu biaya-biaya yang
berhubungan langsung dengan kegiatan usaha
yang penghasilannya merupakan objek pajak
Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh
harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran
untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang
memiliki masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun,
sepanjang harta yang disusutkan atau diamortisasi
tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan (objek pajak).

PPh Orang Pribadi

26

Deductible ..
Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan
Kerugian karena penjualan atau pengalihan
harta yang dimiliki untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan
Kerugian dari selisih kurs mata uang asing
Biaya penelitian dan pengembangan
perusahaan yang dilakukan di Indonesia
PPh Orang Pribadi

27

Deductible ..
Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan
dengan memperhatikan kewajaran dan
kepentingan perusahaan
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
Kompensasi kerugian tahun-tahun yang lalu
(maksimum 5 tahun).
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), khusus
bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
PPh Orang Pribadi

28

Contoh Kompensasi Rugi:


Dalam tahun 2000 PT. X menderita Rugi Fiskal sebesar Rp 1,2 Milyar. Dalam
5 tahun berikutnya laba (rugi) fiskal PT. X sbb :
2001 : Rp 200.000.000
2004 : Rp 100.000.000
2002 : (Rp 300.000.000)
2005 : Rp 800.000.000
2003 : N I H I L
2006 : Rp 500.000.000

Kompensasi kerugian dilakukan sbb :


Rugi fiskal Thn 2000
Laba fiskal Thn 2001
Sisa rugi fiskal Thn 2000
Rugi fiskal Thn 2002
Sisa rugi fiskal Thn 2000
Laba fiskal Thn 2003
Sisa rugi fiskal Thn 2000
Laba fiskal Thn 2004
Sisa rugi fiskal Thn 2000
Laba fiskal Thn 2005
Sisa rugi fiskal Thn 2000

(Rp 1.200.000.000,00)
Rp 200.000.000,00(+)
(Rp 1.000.000.000,00)
(Rp 300.000.000,00)
(Rp 1.000.000.000,00)
N I H I L
(+)
(Rp 1.000.000.000,00)
Rp 100.000.000,00(+)
(Rp 900.000.000,00)
Rp 800.000.000,00
(Rp 100.000.000,00) TIDAK BISA DIKOMPENSASIKAN
DENGAN LABA FISKAL THN 2006

Rugi fiskal Thn 2002


Laba fiskal Thn 2006
Laba
Kena
Pajak
Thn 2006
PPh
Orang
Pribadi

(Rp 300.000.000,00)
Rp 500.000.000,00 (+)
Rp 200.000.000,00

29

Undeductible expense
Pembagian laba dengan nama dan dalam
bentuk apapun, seperti dividen, termasuk
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan
asuransi kepada pemegang polis dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi.
Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk
kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu,
atau anggota
Pembentukan atau pemupukan dana cadangan
PPh Orang Pribadi

30

Undeductible ..
Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi
bea siswa yang dibayar oleh wajib pajak orang
pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja
dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan
bagi wajib pajak orang pribadi yang
bersangkutan (wajib dipotong PPh Pasal 21).
Penggantian atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura dan
kenikmatan
PPh Orang Pribadi

31

Undeductible ..
Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan
kepada pemegang saham atau pihak yang memiliki
hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan
Harta yang dihibahkan, bantuan, sumbangan, dan
warisan, kecuali zakat atas penghasilan yang nyatanyata dibayar oleh wajib pajak orang pribadi
pemeluk agama islam dan atau wajib pajak badan
dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama
islam kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil
Zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah

PPh Orang Pribadi

32

Undeductible ..
Pajak Penghasilan
Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk
kepentingan pribadi wajib pajak atau orang yang
menjadi tanggungannya
Gaji yang dibayarkan kepada anggota perseutuan,
firma, atau perseroan komanditer yang modalnya
tidak terbagi atas saham
Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan
kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang
berkenaan dengan pelaksanaan perundangundangan di bidang perpajakan

PPh Orang Pribadi

33

Undeductible ..
Pajak Masukan atas Perolehan BKP/JKP yang
tidak dapat dikreditkan karena tidak sesuai
dengan ketentuan
Biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang bukan
merupakan obyek pajak, yang pengenaan
pajaknya bersifat final, pengenaan pajaknya
berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan
Netto dan Norma Penghitungan Khusus
PPh Orang Pribadi

34

Undeductible ..
PPh yang ditanggung pemberi penghasilan,
kecuali PPh Pasal 26, sepanjang PPh tersebut
ditambahkan sebagai dasar penghitungan
untuk pemotongan PPh PPh Pasal 26 tersebut
Kerugian dari harta atau utang yang tidak
dimiliki dan tidak dipergunakan dalam usaha
atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan yang merupakan
Obyek Pajak
PPh Orang Pribadi

35

Berikut ini laporan laba rugi komersial usaha Tn Abadi selama tahun 2005
Penghasilan dari usaha
Penjualan
Harga pokok penjualan
Laba Kotor
Biaya operasi
Gaji pegawai
Alat tulis kantor
Biaya pemeliharaan bangunan yang disewakan
PPh Pasal 25
Sanksi keterlambatan penyampaian SPT
PBB
Biaya listrik, air, telpon kantor
Biaya listrik, air, telpon rumah
Sumbangan HUT RI
Jumlah biaya usaha
Penghasilan luar usaha
Penghasilan dari persewaan bangunan
Bunga pinjaman
Bagian Laba Firma Abadi & Rekan
Jumlah
PPhpenghasilan
Orang Pribadi luar usaha
Laba Bersih

Rp 130,000,000
Rp 60,000,000
Rp 70,000,000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

9,000,000
8,000,000
7,000,000
6,000,000
5,000,000
4,000,000
3,000,000
2,000,000
1,000,000
Rp 45,000,000

Rp 50,000,000
Rp 10,000,000
Rp 2,000,000
Rp 62,000,000
36
Rp 87,000,000

Penghasilan neto WP tidak menggunakan


pembukuan
Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang tidak
menyelenggarakan pembukuan, maka mempunyai
kewajiban menyelenggarakan pencatatan. Untuk
menghitung penghasilan netonya dengan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto
(NPPN) sesuai dengan pasal 14 UU PPh.
Besarnya persentase NPPN ditetapkan dengan KMK.
Penetapannya ditetapkan lebih lanjut dengan
keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP536/PJ./2000
Penghasilan bruto x Prosentase NPPN = Penghasilan
neto
PPh Orang Pribadi

37

WP OP
Omset 1 th < 4,8 Miliar
Boleh melakukan
pencatatan

Omset 1 th 4,8 Miliar


Wajib melakukan
pembukuan

Pengh netto =

Pengh netto =

Pengh brutto x Norma pengh netto %

Pengh brutto pengurang pengh


brutto`

Pengh Kena Pajak =

Pengh Kena Pajak =

(Pengh brutto x Norma pengh netto %)


- PTKP

(Pengh brutto Biaya deductible


Kompensasi Kerugian PTKP)

PPh terutang = Tarif psl 17 x Pengh Kena Pajak

PPh Orang Pribadi

38

Norma Penghasilan Netto


Kep 536/PJ./2000
Pengelompokan menurut jenis usaha &
wilayah
10 ibu kota propinsi

Medan
Palembang
Jakarta
Bandung
Semarang

- Surabaya
- Denpasar
- Manado
- Makasar
- Pontianak

Ibu kota propinsi lainnya


Daerah lainnya
PPh Orang Pribadi

39

Ex. Lampiran Kep 536/PJ./2000


Kode

Jenis Usaha

10 ibu
kota
kota
propinsi
propinsi lainnya

Daerah
lainnya

32200 Industri pakaian jadi kecuali untuk kaki

13,5

13

12,5

32300 Industri kulit & barang dari kulit kec utk kaki

17,5

16,5

16

32400 Industri barang keperluan kaki

17

16

15

62200 Perdgn eceran brg kelontong, supermarket

30

25

20

62420 Perdagangan eceran tekstil, pakaian jadi,


hasil pengolahan kulit termasuk brg
keperluan kaki

30

25

20

62422 Perdagangan eceran brg elektronik

30

25

20

62100 Rumah makan dan minum

25

20

20

62920 Jasa akuntansi dan pembukuan

36

35

35

93213 Dokter

45

42,5

40

97110 Reparasi kendaraan bermotor

20

18,5

17,5

97400 Pangkas rambut dan salon kecantikan

30

28

27

PPh Orang Pribadi

40

Wajib Pajak yang berstatus sebagai


karyawan atau pegawai
Untuk Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus
sebagai karyawan, berhak atas penghasilannya yaitu
gaji berupa biaya jabatan atau biaya pensiun yang
diberikan kepada pegawai tetap atau pensiunan, untuk
dijadikan sebagai pengurang dari penghasilan bruto
berupa gaji, tunjangan, uang lembur, premi asuransi
JPK, JKK, JKM, Bonus dan lain-lain yang diterima
pegawai tetap. Jika karyawan membayar premi
Jaminan Hari Tua (JHT) juga dapat dijadikan sebagai
pengurang penghasilan bruto baik untuk penghitungan
PPh Pasal 21 maupun perhitungan PPh orang pribadi.
Penghasilan bruto biaya jabatan/biaya pensiun =
penghasilan neto
PPh Orang Pribadi

41

Penghasilan
istri
Bekerja pada
satu pemberi kerja

Penghasilan istri
tidak digabung
Status K/...
PPh 21 atas
penghasilan istri
bersifat final (tidak
dapat dikreditkan)
PPh Orang Pribadi

Bekerja pada lebih dari satu


pemberi kerja, dan/atau
Melakukan usaha, dan/atau
Melakukan pekerjaan bebas

Penghasilan istri digabung


Status K/I/...
PPh 21/22/23 atas
penghasilan istri dapat
dikreditkan

42

SUAMI-ISTRI DIKENAKAN PAJAK


SECARA TERPISAH
Pasal 8 ayat (2) dan (3)

HIDUP BERPISAH

PENGHITUNGAN PKP DAN


PENGENAAN PAJAKNYA
DILAKUKAN SENDIRISENDIRI

MENGADAKAN PERJANJIAN
PEMISAHAN HARTA DAN
PENGHASILAN SECARATERTULIS

PENGHITUNGAN PAJAKNYA
BERDASAR
- Penghasilan Neto suami isteri
digabung
- Besarnya pajak yg harus dilunasi oleh
masing-masing suami-isteri, sebanding
dgn Penghasilan Neto

43

Penghasilan Tidak Kena Pajak


Kepada OP sebagai WPDN diberikan pengurangan berupa PTKP
Besarnya PTKP ditentukan keadaan pada awal tahun takwim.
Untuk penghasilan istri digabung, tambahan seorang istri(hanya
seorang istri) dilakukan dalam hal istri :

bukan karyawati, tetapi mempunyai penghasilan dari usaha/pekerjaan


bebas yang tidak ada hubungannya dengan usaha/pekerjaan bebas suami,
anak/anak angkat yang belum dewasa
bekerja sebagai karyawati pada pemberi kerja yang bukan sebagai
pemotong pajak walaupun tidak mempunyai penghasilan dari
usaha/pekerjaan bebas
bekerja sebagai karyawati pada lebih dari 1 (satu) pemberi kerja

Warisan yang belum terbagi sbg WP menggantikan yg berhak tidak


memperoleh pengurangan PTKP
PTKP bagi WP masing-masing suami istri yang telah hidup berpisah
untuk diri masing-masing WP diperlakukan seperti Wajib Pajak tidak
kawin, sedangkan tanggungan sesuai dengan kenyataan sebenarnya
yang diperkenankan.
PTKP untuk Wajib Pajak yang melakukan pisah harta adalah sebesar
PTKP masing-masing. Namun status kawin dan tanggungan disertakan
pada suami sebagai kepala keluarga.

PPh Orang Pribadi

44

Penghasilan Tidak Kena


Pajak
Rp 15.840.000,00

UNTUK DIRI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Rp 1.320.000,00
Rp 15.840.000,00

Rp 1.320.000,00

TAMBAHAN UNTUK WAJIB


PAJAK KAWIN
TAMBAHAN UNTUK SEORANG
ISTERI YG PENGHASILANNYA DIGABUNG
DENGAN
PENGHASILAN SUAMI
TAMBAHAN UNTUK SETIAP ANGGOTA
KELUARGA SEDARAH SEMENDA DALAM
GARIS KETURUNAN LURUS SERTA ANAK
ANGKAT YG MENJADI TANGGUNGAN
SEPENUHNYA MAKSIMAL 3 ORANG

PENERAPAN PTKP DITENTUKAN OLEH KEADAAN


PADA AWAL TAHUN PAJAK
ATAU
PPh Orang Pribadi
AWAL BAGIAN TAHUN PAJAK

45

Penghasilan Tidak Kena


Pajak
berlaku mulai 1 jan 2013
Rp 24.300.000,00

UNTUK DIRI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Rp 2.025.000,00
Rp 24.300.000,00

Rp 2.025.000,00

TAMBAHAN UNTUK WAJIB


PAJAK KAWIN
TAMBAHAN UNTUK SEORANG
ISTERI YG PENGHASILANNYA DIGABUNG
DENGAN
PENGHASILAN SUAMI
TAMBAHAN UNTUK SETIAP ANGGOTA
KELUARGA SEDARAH SEMENDA DALAM
GARIS KETURUNAN LURUS SERTA ANAK
ANGKAT YG MENJADI TANGGUNGAN
SEPENUHNYA MAKSIMAL 3 ORANG

PENERAPAN PTKP DITENTUKAN OLEH KEADAAN


PADA AWAL TAHUN PAJAK
ATAU
PPh Orang Pribadi
AWAL BAGIAN TAHUN PAJAK

46

Status PTKP
TK/... tidak kawin, ditambah dengan banyaknya
tanggungan anggota keluarga;
K/... Kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan
anggota keluarga;
K/I/...Kawin, tambahan untuk isteri (hanya seorang)
yang penghasilannya digabung dengan penghasilan
suami, ditambah dengan banyaknya tanggungan
anggota keluarga;
PH Wajib Pajak kawin yang secara tertulis melakukan
perjanjian pemisahan harta dan penghasilan;
HB/...Wajib Pajak kawin yang telah hidup berpisah
ditambah banyaknya tanggungan anggota keluarga.
PPh Orang Pribadi

47

PTKP: K/I/. Diberikan


kpd: SUAMI ISTERI YANG PENGHASILANNYA
DIGABUNG DLM MENGHITUNG PENGH. NETO

MENURUT UU PPh PENGHASILAN /KERUGIAN ISTERI DIANGGAP


SEBAGAI PENGHASILAN ATAU
KERUGIAN SUAMINYA

KECUALI
1. PENGHASILAN TSB SEMATA-MATA DITERIMA
ATAU DIPEROLEH DARI SATU PEMBERI KERJA
YG TELAH DIPOTONG PPh PASAL 21,
DAN
2. PEKERJAAN TSB TIDAK ADA HUBUNGANNYA
DENGAN USAHA ATAU PEKERJAAN BEBAS
SUAMI ATAU ANGGOTA KELUARGA LAINNYA
PPh Orang Pribadi

48

HUBUNGAN KELUARGA

SEMENDA

SEDARAH
AYAH
+
IBU

KE

WP + ISTRI

SAM

SAM

PING

IPAR WP

PING

ANAK
KANDUNG
SEDARAH

10
KE

10 KE BAWAH

PPh Orang Pribadi

10 KE ATAS

10 KE ATAS

10
SAUDARA
KANDUNG

MERTUA
WP

10 KE BAWAH
ANAK
TIRI WP
SEMENDA
49

PKP (Penghasilan Kena Pajak)


=
Penghasilan Neto (Fiskal)
-/- Zakat Atas Penghasilan
-/- Kompensasi Rugi (bagi WP yang
menyelenggarakan Pembukuan)
-/- PTKP (Pengh. Tidak Kena Pajak)

PPh Orang Pribadi

50

Zakat atas Penghasilan


Dibayarkan WP OP Muslim
Kepada BAZ atau LAZ yang disahkan
Pemerintah
Bukti yang sah
Atas Penghasilan yang merupakan
obyek PPh tidak final (maks. 2,5%)

PPh Orang Pribadi

51

Menghitung PPh
PPh terutang = Tarif Pasal 17 x
PKP
TARIF PPh BAGI WP ORANG PRIBADI DN
LAPISAN PKP
- S/D Rp 50.000.000,00

TARIF PAJAK
5%

- DI ATAS Rp 50.000.000,00
S/D Rp 250.000.000,00

15 %

- DI ATAS Rp 250.000.000,00
S/D Rp 500.000.000

25 %

- DI ATAS Rp 500.000.000

30 %

PPh Orang Pribadi

52

CONTOH PENERAPAN
TARIF PPh BAGI WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI DN

JUMLAH PKP
Rp 590.000.950
Untuk penghitungan tarif PKP menjadi
Rp 590.000.000 (pembulatan kebawah ribuan)
PPh TERUTANG :
5% X Rp 50.000.000 =
Rp 2.500.000
Text
15% X Rp 200.000.000 =
Rp 30.000.000
Tex
25% X Rp 250.000.000 =
Rp 62.500.000
t
Text
Text
30% X Rp 90.000.000 =
Rp 27.000.000
Rp 122.000.000
PPh Orang Pribadi

53

Kredit PPh
dan
Perhitungan PPh akhir tahun

PPh Orang Pribadi

54

KREDIT PAJAK BAGI


WP OP DALAM NEGERI

PASAL 22

PEMUNGUTAN PPh DARI KEGIATAN DI BIDANG IMPOR


ATAU KEGIATAN USAHA DI BIDANG LAIN

PASAL 23

PEMOTONGAN PPh DARI


DIVIDEN,BUNGA,ROYALTI,SEWA,
HADIAH DAN PENGHARGAAN,
DAN IMBALAN LAIN

PASAL 24

PAJAK YG DIBAYAR ATAU TERUTANG ATAS


PENGHASILAN DARI LUAR NEGERI YANG BOLEH
DIKREDITKAN

PASAL 25

PEMBAYARAN YG DILAKUKAN OLEH WAJIB PAJAK


SENDIRI

PASAL 21

PEMOTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN DARI


PEKERJAAN/JASA/KEGIATAN

TIDAK BOLEH
DIKREDITKAN

PPh Orang Pribadi

SANKSI ADMINISTRASI BERUPA


BUNGA, DENDA DAN KENAIKAN
SERTA SANKSI PIDANA BERUPA DENDA

55

CONTOH PENGHITUNGAN KREDIT PAJAK:


PPh TERUTANG

Rp 80.000.000,00

KREDIT PAJAK :
a.
b.
c.
d.
e.

PPh Pasal 21
PPh Pasal 22
PPh Pasal 23
KPLN (Pasal 24)
DIBAYAR SENDIRI
OLEH WP (Pasal 25)

JUMLAH PPh YG
DPT DIKURANGKAN

Rp
Rp
Rp
Rp

5.000.000,00
5.000.000,00
10.000.000,00
15.000.000,00

Rp 10.000.000,00
(Rp 45.000.000,00)

PPh YG MASIH HARUS DIBAYAR Rp 35.000.000,00


PPh Orang Pribadi

56

Kredit PPh Pasal 24


PPh YANG DIBAYAR ATAU TERUTANG DI LUAR NEGERI ATAS
PENGHASILAN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH DARI
LUAR NEGERI OLEH WP DALAM NEGERI BOLEH DIKREDITKAN
DENGAN PPh YANG TERUTANG DLM THN PAJAK YANG SAMA
SEBESAR YANG TERKECIL ANTARA:
PAJAK PENGHASILAN YANG DIBAYAR/TERUTANG
DI LUAR NEGERI

Jumlah Penghasilan Dari LN


Penghasilan Kena Pajak

Total PPh terutang

Total PPh Terutang


PPh Orang Pribadi

57

PPh Pasal 25
Penghitungan PPh Pasal 25 Secara Umum
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun
berjalan sama dengan PPh yang terutang menurut
SPT Tahunan PPh tahun pajak yang lalu dikurangi
dengan PPh yang telah dipotong/dipungut pihak lain
(PPh Pasal 21, 22 dan PPh Pasal 23) dan PPh yang
terutang di Luar Negeri yang boleh dikreditkan (PPh
Pasal 24) dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam
bagian tahun pajak.

PPh Orang Pribadi

58

PPh Pasal 25
Besarnya PPh Pasal 25 untuk bulan-bulan sebelum batas waktu
penyampaian SPT Tahunan PPh adalah sama dengan besarnya
angsuran PPh untuk bulan terakhir tahun pajak yang lalu.
Apabila terdapat kompensasi rugi, maka penghasilan neto sebagai dasar
Perhit. PPh Pasal 25 Tahun Pajak berikutnya dihitung atas dasar pengh.
neto dengan memperhitungkan sisa rugi yang belum dikompensasi
Apabila terdapat penghasilan tidak teratur dalam Tahun Pajak ybs,
maka angsuran bulanan PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan penghasilan neto
seluruhnya dikurangi dengan penghasilan tidak teratur.
Apabila dalam tahun berjalan diterbitkan SKP untuk tahun pajak yang lalu,
maka PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan surat ketetapan pajak tersebut, &
berlaku mulai bulan berikutnya setelah diterbitkannya SKP
Apabila terjadiperubahan keadaan usaha/kegiatan wajib pajak (penurunan
atau peningkatan usaha).
PPh Orang Pribadi

59

Wajib Pajak Orang


Pribadi Pengusaha
Tertentu
WP OPPT adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang

melakukan kegiatan usaha grosir/eceran barang


konsumsi melalui tempat usaha/gerai/outlet yg tersebar
di beberapa lokasi (tdk termasuk perdagangan kend
bermotor & restoran).
WP yang memiliki beberapa tempat usaha dalam satu
wilayah kerja KPP, harus mendaftarkan masing-masing
tempat usahanya di KPP yang bersangkutan.
WP yang memiliki beberapa tempat usaha di lebih dari
1 wilayah kerja KPP, harus mendaftarkan setiap tempat
usahanya di KPP masing-masing tempat usaha Wajib
Pajak berada.

PPh Orang Pribadi

60

WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGUSAHA


TERTENTU

KEP-171/PJ/2002
WP OP USAHA PERDAGANGAN GROSIR DAN ATAU ECERAN
DENGAN BEBERAPA TEMPAT USAHA (GERAI);
KECUALI PEDAGANG KENDARAAN BERMOTOR & RESTORAN

WAJIB
MENDAFTARKAN NPWP DI :
KPP DOMISILI (MELIPUTI TEMPAT TINGGAL WP) DAN,
KPP LOKASI (MELIPUTI TEMPAT USAHA/GERAI;
TIAP GERAI WAJIB MENDAFTARKAN NPWP)

ANGSURAN
PPh PASAL 25
SEBESAR
Max 0.75% DARI JML PEREDARAN BRUTO TIAP BULAN;
DIBAYAR ATAS NAMA DAN NPWP MASING MASING TEMPAT USAHA
dilunasi paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya
dilaporkan ke KPP Lokasi paling

PPh Orang Pribadi

61

Angsuran PPh Pasal 25


WP OP Pengusaha
Tertentu
JIKA WP TIDAK MENERIMA
PENGHASILAN LAIN YANG
TIDAK DIKENAKAN PPh FINAL

KERUGIAN TAHUN-TAHUN
SEBELUMNYA

JIKA WP MENERIMA
PENGHASILAN LAIN YANG
TIDAK DIKENAKAN PPh FINAL

KERUGIAN TAHUN-TAHUN
SEBELUMNYA

PPh Orang Pribadi

MERUPAKAN

PELUNASAN

TIDAK DAPAT
DIKOMPENSASIKAN

MERUPAKAN

KREDIT
PAJAK

DAPAT
DIKOMPENSASIKAN

62

SPT Tahunan PPh Orang


Pribadi
Bentuk Formulir baru dan perbedaan
peruntukan :
Form 1770
Form 1770 S (Sederhana)
Form 1770 SS (Sangat Sederhana)

PPh Orang Pribadi

63

Form 1770 diperuntukkan bagi :


WP Orang Pribadi yang melakukan kegiatan
usaha/pekerjaan bebas baik memakai Norma atau
Pembukuan
menerima atau memperoleh penghasilan dari satu atau
lebih pemberi kerja; dan/atau
menerima atau memperoleh penghasilan yang telah
dikenakan pajak bersifat final; dan/atau
menerima penghasilan lainnya (dari harta atau luar
negeri) ; dan/atau
menerima penghasilan yang bukan merupakan obyek
pajak
PPh Orang Pribadi

64

Form 1770 S (Sedehana) diperuntukkan


bagi :

menerima atau memperoleh penghasilan dari


satu atau lebih pemberi kerja; dan/atau
menerima atau memperoleh penghasilan yang
telah dikenakan pajak bersifat final;
dan/atau
menerima penghasilan lainnya (dari harta
atau luar negeri)
menerima penghasilan yang bukan merupakan
obyek pajak
PPh Orang Pribadi

65

Form 1770 SS (Sangat Sederhana)


diperuntukkan bagi :

mempunyai penghasilan hanya dari satu pemberi kerja


dengan jumlah penghasilan bruto dari pekerjaan tidak
melebihi dari Rp 60.000.000 (Empat puluh Delapan juta
rupiah) setahun dan
tidak mempunyai penghasilan lain kecuali penghasilan
bunga bank dan/atau bunga koperasi
Formulir 1721-A1 atau Formulir 1721-A2 merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang
Pribadi Sangat Sederhana
PPh Orang Pribadi

66

Anda mungkin juga menyukai