Anda di halaman 1dari 37

Nama

: Nn. I. A
Usia
: 19 tahun
Alamat
: Jl. Badak, Semarang
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Siswa
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
St. Pernikahan : Belum menikah
No. RM
: 10-21-068681

Diambil secara autoanamnesis di Poli Mata


RS Bhayangkara pada hari Senin, 25 Mei
2015.

KU : Penglihatan di kedua mata buram.

Keluhan tambahan : nyeri kepala.

Pasien datang ke poliklinik mata RS Bhayangkara dengan


keluhan bahwa penglihatan pada kedua matanya sudah
mulai terasa buram/ kabur jika melihat objek yang jauh,
keluhan dirasakan sejak 4 bulan yang lalu dan disertai
nyeri kepala dibagian depan yang hilang timbul.
Keluhan dirasakan semakin bertambah perlahan-lahan
dalam 4 bulan terakhir. Keluhan makin terasa apabila
pasien membaca atau melihat dengan jarak jauh.
Pasien mengaku penglihatannya lebih jelas apabila
melihat objek dari jarak dekat atau dengan mata yang
dipicingkan, namun setelahnya pasien merasa nyeri
kepala dan pegal disekitar mata.

Pasien sering melepaskan kacamata apabila


sudah mulai terasa capek di kedua matanya.
Pasien juga mengaku sering memiring-miringkan
kepalanya saat dikelas pada waktu guru
menerangkan di papan tulis.
Kebiasaan pasien sering menonton TV dan
membaca buku dengan jarak yang dekat 2-3
meter dan sambil tiduran/ tengkurap. Sehari
pasien bisa menghabiskan waktunya 3-4 jam
didepan TV atau laptop.

Pasien sebelumnya sudah pernah memakai


kacamata sejak umur 10 tahun, awalnya pasien
memeriksakan matanya ke optik dan diberi resep
kacamata -2,00 dengan C -1,00.
Pasien terakhir mengganti kacamatanya pada
tahun 2010 dengan ukuran kacamata -5,00 dan
C -0,5 untuk mata kanan dan -5,00 dan C -0,75
untuk mata kiri. Pasien menyangkal pernah
mengalami trauma disekitar matanya.

Ibu pasien juga memakai kacamata minus


untuk melihat jarak jauh dan kacamata
plus untuk membaca.

Pasien
sering
menonton
TV
dan
membaca buku dengan jarak yang dekat
2-3
meter
dan
sambil
tiduran/
tengkurap.
Sehari
pasien
bisa
menghabiskan waktunya 3-4 jam
didepan TV atau laptop.

Cerebrospinal : Pasien mengeluh nyeri


kepala di dahi dan di sekitar mata.
Cor : tidak ada keluhan
Respirasi/ Pulmo : tidak ada keluhan
Abdomen : tidak ada keluhan
Urogenital : tidak ada keluhan
Ekstremitas/ Musculoskeletal : tidak ada
keluhan

1.

Penglihatan pada kedua matanya sudah mulai terasa


buram/ kabur jika melihat objek yang jauh, keluhan
dirasakan sejak 4 bulan yang lalu

2.

Disertai nyeri kepala dibagian depan yang hilang


timbul

3.

Keluhan dirasakan semakin bertambah perlahan-lahan.

4.

Penglihatannya lebih jelas apabila melihat objek dari


jarak dekat atau dengan mata yang dipicingkan.

5.

Pasien mengaku sering melepaskan kacamata apabila


sudah mulai terasa capek di kedua matanya.

6.

Pasien juga mengaku sering memiring-miringkan


kepalanya saat dikelas

7.
8.
9.

Pasien sebelumnya sudah pernah memakai


kacamata sejak umur 10 tahun.
Ibu pasien juga memakai kacamata minus dan
plus.
Kebiasaan pasien sering menonton TV dan
membaca buku dengan jarak yang dekat 2-3
meter dan sambil tiduran/ tengkurap. Sehari
pasien bisa menghabiskan waktunya 3-4 jam
didepan TV atau laptop.

Pemeriksaan

OD

OS

Penilaian
Dikerjaka
Tidak
n

Visus Jauh
Refraksi

Koreksi
Visus Dekat
Proyeksi Sinar
Persepsi
Warna
(merah, hijau)

3/60 ph 0,3

3/60 ph

S -6,50 C

0,2
S -6,00 C

-0,75 axs

-1,00 axs

170o
1,0
-

20o
1,0
-

OD :

OS :

VOD : 3/60 ph 0,3 S -6,50 C -0,75

VOS : 3/60 ph 0,2 S -6,00 C -1,00

axs 170o 1,0

axs 20o 1,0

Dari pemeriksaan visus didapatkan :

VOD : 3/60 ph 0,3 S -6,50 C -0,75 axs 170o


1,0
VOS : 3/60 ph 0,2 S -6,00 C -1,00 axs 20o
1,0

Pada pemeriksaan objektif lainnya dalam


batas normal.

ODS Astigmatisme Miopia Compositus

Miopia
Hipermetropia

Non medikamentosa :
a. Koreksi kacamata untuk jarak jauh :
OD : S -6,50 C -0,75 axs 170o
OS : S -6,00 C -1,00 axs 20o

Edukasi

Menjaga kesehatan mata dengan mengkonsumsi


makanan seperti buah dan sayuran yang
mengandung banyak vitamin
Istirahatkan mata apabila sudah mulai terasa lelah
Bila membaca jangan terus-menerus dan
usahakan dalam posisi tegak dengan jarak min 30
cm dan penerangan yang cukup.
Kurangi durasi menonton TV dan bermain laptop,
jarak antara mata dengan objek jangan terlalu
dekat
Kontrol/ periksa mata tiap 6 bulan sekali
Kacamata harus terus dipakai

Ad
Ad
Ad
Ad

Vitam
Visam
Fungtionam
Kosmetikan

:
:
:
:

Bonam
Dubia ad bonam
Bonam
Dubia

PEMBAHASAN KASUS

Astigmatisme : suatu kelainan refraksi dimana


sinar sejajar dengan garis pandang oleh mata
tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada satu titik
tetapi
lebih
dari
satu
titik
sehingga
menghasilkan suatu bayangan dengan titik atau
garis fokus multipel.1,2

Penglihatan yang buram


Sering memiringkan kepala atau head tilting agar
dapat melihat benda dengan jelas
Menyipitkan/ memicingkan mata seperti halnya
pada penderita miopia, hal ini dilakukan untuk
mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite
untuk menurunkan disversi cahaya yang berlebihan
Pada saat membaca penderita astigmatismus
memegang bacaannya mendekati mata
Mata yang cepat lelah
Sakit kepala pada bagian frontal

1.

Astigmatismus Myopicus Simplex

2.

Astigmatismus Hypermetropicus Simplex

3.

Astigmatismus Myopicus Compositus

4.

Astigmatismus Hypermetropicus
Compositus

5.

Astigmatismus Mixtus

Miopia/ rabun jauh : jenis kerusakan mata yang


disebabkan pertumbuhan bola mata yang terlalu
panjang atau kelengkungan kornea yang
berlebihan. Miopia adalah keadaan pada mata
dimana cahaya atau benda yang jaraknya jauh
jatuh/ difokuskan didepan retina, mempunyai
kekuatan pembiasan sinar yang terlalu kuat.1,2

Penglihatan kabur bila melihat jauh


Membaca atau melihat benda kecil harus dari
jarak dekat
Cepat lelah bila membaca (karena konvergensi
yang tidak sesuai dengan akomodasi)
Astenovergens

1.

Myopia simpleks miopia yang timbul pada umur


masih muda, kemudian menetap setelah dewasa.
Besar dioptrinya kurang dari -5,00 atau -6,00 D.

2.

Myopia progresif miopia yang ditemukan pada


semua umur, bertambah terus pada usia dewasa
akibat bertambah panjangnya bola mata. Besar
dioptri > -6,00 D.

3.

Myopia maligna/ degeneratif miopia yang


berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi
retina atau kebutaan.

Ringan : lensa koreksinya < 3,00 D


Sedang: lensa koreksinya 3,00 6,00 D
Berat: lensa koreksinya > 6,00 D

Hipermetropia : rabun saat melihat dekat dan


melihat jauh yang merupakan gangguan
kekuatan pembiasan mata, pada keadaan ini
sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga
titik fokusnya terletak di belakang retina. Mata
hipermetropidisebabkan oleh keadaan fisik lensa
mata yang terlalu pipih atau tidak dapat
mencembung dengan optimal.1,2

Sejauh ini yang dilakukan adalah mencoba


mencari bagaimana mencegah kelainan refraksi
atau mencegah jangan sampai menjadi parah,
salah satu terapi kelainan refraksi yaitu dengan
koreksi lensa koreksi miopia dengan
menggunakan lensa konkaf atau lensa (-), perlu
diingat bahwa cahaya yang melalui lensa konkaf
akan disebarkan.
Pasien miopia dikoreksi dengan kacamata sferis
negatif terkecil yang memberikan ketajaman
penglihatan maksimal.

Astigmatismus
dapat
dikoreksi
kelainannya
dengan
bantuan
lensa
silinder. Karena dengan koreksi lensa
cylinder penderita astigmatismus akan
dapat membiaskan sinar sejajar tepat
diretina, sehingga penglihatan akan
bertambah jelas.1

Sekitar 30 % dari semua orang memiliki silindris.


Dalam sebagian besar kasus, kondisi tidak
berubah banyak setelah usia 25 tahun. Rabun
pada anak/ remaja perlu perhatian khusus dan
koreksi mata yang tepat. Hal ini disebabkan
karena apabila mata tidak dirawat dengan tepat
dan benar dapat menyebabkan ambliopia (mata
malas). Pada kasus dengan miopia tinggi,
komplikasi yang sering terjadi adalah ablatio
retina dan esotropia.2,7

1.
2.

3.
4.
5.

6.
7.

Whitcher J P and Eva P R, Low Vision. In Whitcher J P and Eva P R, Vaughan &
Asburys General Ophtalmology. Eds 17. New York: Mc Graw Hill, 2007.
Ilyas S, Mailangkay H, Taim H, Saman R dan Simarmata M, 2003. Ilmu
Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan mahasiswa Kedokteran Edisi Ke-2.
Jakarta.
James B, Chew C and Bron A, Lecture Notes on Ophtalmology. New York:
Blackwell Publishing, 2003; 20-26.
Wijana N. Astigmatisme. Ilmu Penyakit Mata. Eds 3. Jakarta, 1983;260-64.
Ilyas S, Mailangkay H, Taim H, Saman R dan Simarmata M, 2003. Ilmu
Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran Edisi Ke-2.
Jakarta.
Roque M., 2009. Astigmatism, PRK. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1220845-overview#a0101
Harvey M. E., 2009. Development and Treatment of Astigmatism-Related
Amblyopia. Optom Vis Sci 86(6): 634-639. Diunduh dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2706277/pdf/nihms114434.pdf
??tool=pmcentrez

Anda mungkin juga menyukai