Anda di halaman 1dari 21

NERACA BAHAN MAKANAN

Nurce Ariiati, SKM, MKM

DEFINISI NERACA BAHAN


MAKANAN
NBM : Tabel yang memberikan gambaran
situasi ketersediaan pangan untuk
dikonsumsi penduduk suatu wilayah
(negara/prov/kab/kota) dalam kurun waktu
tertentu (bulan/ tahun)
NBM menyajikan informasi situasi pangan
suatu wilayah dalam suatu periode waktu
yang menunjukkan PASOKAN,
PENGGUNAAN, dan KETERSEDIAAN
pangan untuk dikonsumsi masyarakat

NBM merujuk pada metode dari FAO


dan disesuaikan dengan data di Indonesia
Neraca bahan makanan merupakan alat
kunci analisis yang menggambarkan data
pangan dan pertanian di suatu negara,
memberikan gambaran menyeluruh
tentang pasokan makanan suatu negara
dalam periode waktu tertentu,
menunjukan ketersediaan secara nasional
dari masing-masing jenis pangan.

TUJUAN NBM
Mengetahui gambaran pengadaan (produksi,
stok, impor) makanan
Mengetahui penggunaan dan ketersediaan
makanan untuk konsumsi penduduk
Memperoleh gambaran detail tentang
ketersediaan makanan, swamsembada pangan,
ketergantungan pada impor, efisiensi pasca
panen, kompetisi penggunaan pangan untuk
manusia dan ternak, kecenderungan produksi,
ekspor, impor, stok pangan, maupun kualitas
dan komposisi pangan yang tersedia.

MANFAAT DAN SUMBER


DATA
Manfaat NBM :
untuk EVALUASI : pengadaan, penggunaan, komposisi/ pola
ketersediaan energi/ zat gizi
Sebagai Acuan dalam perencanaan produksi/ pengadaan pangan
Sebagai acuan / bahan kebijakan pangan dan gizi

Sumber Data : komponen penyediaan merupakan data


pokok untuk menyusun NBM, sumbernya dari instansi
terkait:
Data produksi padi, palawija, hortikultura BPS
Produksi Sub Sektor perkebunan, peternakan, perikanan
instansi terkait (deptan)
Data impor, ekspor, industri, jumlah penduduk tengah tahun
BPS
Stok Beras Perum Bulog

Mekanisme Penyusunan
NBM
1. Membentuk tim penyusun NBM yang bertugas
mengumpulkan data dan menetapkan situasi
ketersediaan pangan.
2. Mengumpulkan data yang diperlukan
3. Konsolidasi data
4. Penyusunan data oleh tim penyusun NBM
5. Analisis ketersediaan pangan wilayah berdasarkan
SKPD
6. Pelaporan atau publikasi
7. Advokasi
8. Pemanfaatan NBM untuk menyusun perencanaan
pangan wilayah.

CAKUPAN BAHAN
MAKANAN

BAHAN MAKANAN
Padi-padian : terdiri dari padi/gabah, gabah/beras, jagung, jagung basah
atau muda, gandum, dan tepung gandum
Makanan berpati : Terdiri dari ubi jalar, ubi kayu, gaplek, tapioka, sagu
atau tepung sagu.
Gula : terdiri dari gula pasir dan gula mangkuk.
Buah biji berminya: terdiri dari kacang tanah berkulit, kacang tanah
lepas kulit, kedelai, kacang hijau, kelapa berkulit dan kelapa daging atau
kopra.
Buah-buahan : terdiri dari alpokat, jeruk, duku, durian, jambu, mangga,
nanas, pepaya, pisang, rambutan, salak, sawo, semangka, belimbing,
manggis, nanka/cempedak, markisa, sirsak, sukun dan lainnya.
Sayur-sayuran : terdiri dari bawang merah, ketimun, kacang merah,
kacang panjang, kentang, kubis, tomat, wortel, cabe, terong, petsai/sawi,
bawang daun, kangkung, lobak, labu siam, buncis, bayam, bawang
putih, kembang kol, jamur, melinjau, petai dan lainnya .

Daging : terdiri dari daging sapi, daging kerbau, daging


kambing, daging domba, daging kuda/lainnya, daging
babi, daging ayam buras, daging ayam ras, daging itik
dan jeroan semua jenis.
Telur : terdiri dari telur ayam buras, telur ayam ras dan
telur itik.
Susu: terdiri dari susu sapi dan susu impor.
Ikan : terdiri dari ikan tuna/cakalang/tongkol, kakap,
cucut, bawal, teri, lemuru, kembung, tenggiri, bandeng,
belanak, mujair, ikan mas, udang, rajungan, kerang
darah, cumi-cumi, sotong dan lainnya.
Minyak dan lemak: terdiri dari kacang tanah/minyak,
kopra/minyak goreng, minyak sawit/ minyak goreng,
lemak sapi, lemak kerbau, lemak kambing, lemak domba,
dan lemak babi..

KOLOM NBM

PENJELASAN KOLOM
Kolom 1 berisi jenis bahan makanan dalam NBM itu
dikelompokan dalam 11 komoditi utama, yaitu padi-padian,
makanan berpati, gula, buah/biji berminyak, buah,
sayuran, ikan, daging, susu, telur, minyak dan lemak
(hewani dan nabati). Bisa diringkas menjadi 9 komoditi
utama, padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, buah,
sayur, biji berminyak, minyak gula, pangan hewani.
Kolom 2 & 3 merupakan jumlah produksi hasil pertanian,
baik yang belum atau sudah mengalami pengolahan,
dibedakan menjadi : masukan dan keluaran. Produksi
masukan adalah hasil produksi yang masih dalam bentuk
asli atau olahan yang akan mengalami proses pengolahan
selanjutnya. Produksi keluaran adalah hasil produksi
pertanian yang sudah menjadi produksi hasil turunan.

Kolom 4 berisi perubahan stok yang


merupakan selisih dari stok akhir dikurangi
stok awal. Bila stok meningkat (+) berarti
ketersediaan menurun, sebaliknya bila stok
menurun (-) ketersediaan meningkat.
Kolom 5 berisi data impor bahan pangan yang
masuk dari negara atau wilayah administrasi
lain melalui perdagangan antar pulau dan
provinsi.
Kolom 6 merupakan data penyediaan dalam
negeri sebelum ekspor. Sejumlah bahan
makanan dari produksi keluaran dikurangi
dengan perubahan stok dan ditambah impor.

Kolom 7 berisi data ekspor, yaitu jumlah


pangann yang dikeluarkan ke negara atau
wilayah administratif lain.
Kolom 8 penyediaan bahan makanan :
produksi (keluaran) perubahan stok + impor
ekspor.
Penggunaan bahan makanan untuk bibit,
pakan, penggunaan dalam industri makanan
dan non makanan, yang tercecer/penyusutan
dan bahan makanan terdapat pada kolom 814.
Kolom 15-19 mencakup sejumlah bahan
makanan yang dapat dikonsumsi oleh setiap
penduduk dalam suatu negara atau daerah.

CARA PERHITUNGAN
Tabel NBM dibagi menjadi 3
kelompok penyajian :
A. Pengadaan/ Penyediaan
B. Penggunaan / Pemakaian
C. Ketersediaan Per Kapita

PENYEDIAAN

PENGGUNAAN

KETERSEDIAAN
Ketersedian bahan
makanan (pangan) per
kapita, diperoleh dari
ketersediaan masingmasing bahan makanan
dibagi dengan jumlah
penduduk, disajikan
dalam bentuk kuantum
(volume) dan kandungan
gizinya dalam satuan
Kalori energi, gram
protein dan gram lemak.

PERLAKUAN
KHUSUS
Bagi komoditas yang data
produksinya tidak tersedia,
perhitungan dimulai dari
kolom 15 yaitu ketersediaan
perkapita (kg/tahun). Kolom
15 ini diperoleh dengan
menggunakan pendekatan
data konsumsi hasil Susenas
(modul) di-mark-up 10%
dengan asumsi bahwa
perbedaan antara angka
kecukupan energi pada
tingkat konsumsi dengan
angka kecukupan energi di
tingkat ketersediaan sebesar
10%.

PREDIKSI RASIO
Rasio kecukupan atau Self Sufficiency Ratio
(SSR) dan rasio ketergantungan impor atau
Import Dependency Ratio (IDR). Rasio
kecukupan menggambarkan seberapa besar
produksi pangan atau komoditas tertentu
dalam menyumbang atau dapat memenuhi
ketersediaan pangan suatu wilayah. Rasio
ketergantungan import adalah perbandingan
impor dan net impor (impor dikurangi ekspor)
terhadap ketersediaan pangan wilayah maupun
ketersediaan pangan yang siap dikonsumsi.

KONSUMSI BERAS

PERTIMBANGAN DALAM
PENYUSUNAN NBM
Posisi Pangan berperan menjaga kestabilan politik & sosial
Pangan : kebutuhan dasar manusia pemenuhannya merupakan hak
asasi manusia. Juga Sebagai komponen dasar dalam membangun
SDM yang berkualitas
Setiap negara melakukan pengamanan terhadap kebutuhan pangan
penduduknya, karena melalui penguatan ketersediaan pangan
dapat dilakukan perbaikan konsumsi pangan dan status gizi).

Regulasi Pangan
(PP 68/2002 tentang Ketahanan Pangan, Inpres no. 5 tahun 2011
tentang pengamanan produksi beras nasional dalam menghadapi
cuaca ekstrim, dan PP 38/2009 tentang tugas dan kewenangan
pemerintah pusat dan daerah dalam urusan wajib pangan).

Kebijakan Pangan
(Kebijakan umum pembangunan ketahanan pangan 2010-2014,
DKP 2011)

Anda mungkin juga menyukai