TUJUAN NBM
Mengetahui gambaran pengadaan (produksi,
stok, impor) makanan
Mengetahui penggunaan dan ketersediaan
makanan untuk konsumsi penduduk
Memperoleh gambaran detail tentang
ketersediaan makanan, swamsembada pangan,
ketergantungan pada impor, efisiensi pasca
panen, kompetisi penggunaan pangan untuk
manusia dan ternak, kecenderungan produksi,
ekspor, impor, stok pangan, maupun kualitas
dan komposisi pangan yang tersedia.
Mekanisme Penyusunan
NBM
1. Membentuk tim penyusun NBM yang bertugas
mengumpulkan data dan menetapkan situasi
ketersediaan pangan.
2. Mengumpulkan data yang diperlukan
3. Konsolidasi data
4. Penyusunan data oleh tim penyusun NBM
5. Analisis ketersediaan pangan wilayah berdasarkan
SKPD
6. Pelaporan atau publikasi
7. Advokasi
8. Pemanfaatan NBM untuk menyusun perencanaan
pangan wilayah.
CAKUPAN BAHAN
MAKANAN
BAHAN MAKANAN
Padi-padian : terdiri dari padi/gabah, gabah/beras, jagung, jagung basah
atau muda, gandum, dan tepung gandum
Makanan berpati : Terdiri dari ubi jalar, ubi kayu, gaplek, tapioka, sagu
atau tepung sagu.
Gula : terdiri dari gula pasir dan gula mangkuk.
Buah biji berminya: terdiri dari kacang tanah berkulit, kacang tanah
lepas kulit, kedelai, kacang hijau, kelapa berkulit dan kelapa daging atau
kopra.
Buah-buahan : terdiri dari alpokat, jeruk, duku, durian, jambu, mangga,
nanas, pepaya, pisang, rambutan, salak, sawo, semangka, belimbing,
manggis, nanka/cempedak, markisa, sirsak, sukun dan lainnya.
Sayur-sayuran : terdiri dari bawang merah, ketimun, kacang merah,
kacang panjang, kentang, kubis, tomat, wortel, cabe, terong, petsai/sawi,
bawang daun, kangkung, lobak, labu siam, buncis, bayam, bawang
putih, kembang kol, jamur, melinjau, petai dan lainnya .
KOLOM NBM
PENJELASAN KOLOM
Kolom 1 berisi jenis bahan makanan dalam NBM itu
dikelompokan dalam 11 komoditi utama, yaitu padi-padian,
makanan berpati, gula, buah/biji berminyak, buah,
sayuran, ikan, daging, susu, telur, minyak dan lemak
(hewani dan nabati). Bisa diringkas menjadi 9 komoditi
utama, padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, buah,
sayur, biji berminyak, minyak gula, pangan hewani.
Kolom 2 & 3 merupakan jumlah produksi hasil pertanian,
baik yang belum atau sudah mengalami pengolahan,
dibedakan menjadi : masukan dan keluaran. Produksi
masukan adalah hasil produksi yang masih dalam bentuk
asli atau olahan yang akan mengalami proses pengolahan
selanjutnya. Produksi keluaran adalah hasil produksi
pertanian yang sudah menjadi produksi hasil turunan.
CARA PERHITUNGAN
Tabel NBM dibagi menjadi 3
kelompok penyajian :
A. Pengadaan/ Penyediaan
B. Penggunaan / Pemakaian
C. Ketersediaan Per Kapita
PENYEDIAAN
PENGGUNAAN
KETERSEDIAAN
Ketersedian bahan
makanan (pangan) per
kapita, diperoleh dari
ketersediaan masingmasing bahan makanan
dibagi dengan jumlah
penduduk, disajikan
dalam bentuk kuantum
(volume) dan kandungan
gizinya dalam satuan
Kalori energi, gram
protein dan gram lemak.
PERLAKUAN
KHUSUS
Bagi komoditas yang data
produksinya tidak tersedia,
perhitungan dimulai dari
kolom 15 yaitu ketersediaan
perkapita (kg/tahun). Kolom
15 ini diperoleh dengan
menggunakan pendekatan
data konsumsi hasil Susenas
(modul) di-mark-up 10%
dengan asumsi bahwa
perbedaan antara angka
kecukupan energi pada
tingkat konsumsi dengan
angka kecukupan energi di
tingkat ketersediaan sebesar
10%.
PREDIKSI RASIO
Rasio kecukupan atau Self Sufficiency Ratio
(SSR) dan rasio ketergantungan impor atau
Import Dependency Ratio (IDR). Rasio
kecukupan menggambarkan seberapa besar
produksi pangan atau komoditas tertentu
dalam menyumbang atau dapat memenuhi
ketersediaan pangan suatu wilayah. Rasio
ketergantungan import adalah perbandingan
impor dan net impor (impor dikurangi ekspor)
terhadap ketersediaan pangan wilayah maupun
ketersediaan pangan yang siap dikonsumsi.
KONSUMSI BERAS
PERTIMBANGAN DALAM
PENYUSUNAN NBM
Posisi Pangan berperan menjaga kestabilan politik & sosial
Pangan : kebutuhan dasar manusia pemenuhannya merupakan hak
asasi manusia. Juga Sebagai komponen dasar dalam membangun
SDM yang berkualitas
Setiap negara melakukan pengamanan terhadap kebutuhan pangan
penduduknya, karena melalui penguatan ketersediaan pangan
dapat dilakukan perbaikan konsumsi pangan dan status gizi).
Regulasi Pangan
(PP 68/2002 tentang Ketahanan Pangan, Inpres no. 5 tahun 2011
tentang pengamanan produksi beras nasional dalam menghadapi
cuaca ekstrim, dan PP 38/2009 tentang tugas dan kewenangan
pemerintah pusat dan daerah dalam urusan wajib pangan).
Kebijakan Pangan
(Kebijakan umum pembangunan ketahanan pangan 2010-2014,
DKP 2011)