KEDOKTERAN
FORENSIK
Oleh
Sofwan Dahlan
DEFINISI
Ilmu Kedokteran Forensik adalah:
Ilmu yang mempelajari penerapan ilmu
kedokteran untuk kepentingan peradilan
(medicine for the law).
Sebutan lain: Forensic Medicine, Medical
Jurisprudence, atau Medicina Forense.
Forense berasal dari kata forum, yang
artinya sidang pengadilan.
TUJUAN MEMPELAJARI
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
1. Memahami betapa pentingnya peranan ilmu
kedokteran dan Dr dalam membantu mengungkap
perkara pidana.
2. Mengerti pada kasus yang bagaimana diperlukan
bantuan ilmu kedokteran dan Dr.
3. Mengerti status Dr dalam proses peradilan pidana.
4. Mengerti tatalaksana meminta bantuan kepada Dr
(dalam kapasitasnya sebagai AHLI).
5. Mengerti prinsip-prinsip pemeriksaan forensik.
6. Mampu memahami keterangan yang diberikan Dr
7. Mengerti batas kemampuan Dr dalam membantu
proses peradilan pidana.
CARA KEMATIAN
A. Pembunuhan:
o
letak luka di sembarang tempat pada tubuh.
o
sering ada luka tangkis (defensive wounds).
o
pakaian di daerah luka ikut terkena senjata.
B. Bunuh diri:
o
letak luka pada bagian tubuh yang
mematikan
dan dapat terjangkau tangan yang bunuh diri.
o
ditemukan luka percobaan (tentative
wounds).
o
pakaian di daerah luka tidak ikut terkena
senjata.
C. Kecelakaan:
o
tidak menunjukkan ciri khas bunuh diri
LUKA TANGKISAN
Disebabkan oleh reflek ketika sadar mendapat serangan.
Ciri-cirinya:
o
letak luka tangkis pada lengan bawah bagian luar
atau
tangan bagian luar (punggung tangan).
o
jumlah luka tangkis bisa banyak.
o
luka tersebut tidak mematikan.
LUKA PERCOBAAN
Disebabkan yang bersangkutan masih mencoba-coba.
Ciri-cirinya:
o
letak luka di sekitar luka yang mematikan.
o
jumlahnya banyak (multipel).
o
kualitas luka dangkal.
o
luka percobaan tersebut tidak mematikan.
IDENTIFIKASI KORBAN
o Identifikasi Umum:
- jenis kelamin.
- umur.
- tinggi badan.
- golongan darah.
- suku bangsa, dll.
o Identifikasi Personal:
- si Bambang atau bukan.
- si Ahmad atau bukan.
- si Fatimah atau bukan.
Untuk identifikasi personal diperlukan DATA antemortum utk pembanding (sidik jari, gigi geligi, DNA).
IDENTIFIKASI PELAKU
Identifikasi pelaku dapat dilaksanakan dengan
memeriksa bahan-bahan medis, misalnya:
o Darah pelaku yang tercecer.
o Sel-sel dari jaringan tubuh pelaku yang berhasil
dicakar oleh korban, misalnya:
- sel kulit.
- sel darah, dll.
o Sperma pelaku.
o Air liur pelaku.
o Rambut pelaku (rambut kepala atau kemaluan).
o Gigi pelaku yang tanggal.
o Jejas gigitan pada korban akibat gigitan pelaku.
BANTUAN DOKTER
DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM
1. Memberikan keterangan tentang:
a. Korban (hidup atau mati).
b.Tersangka / terdakwa, yaitu tentang:
- umur yang sebenarnya.
- kemampuan bertanggung jawab.
- kemampuan melakukan coitus.
- pelaku infanticide yang menyangkal melahirkan.
c. Barang bukti medis, misalnya:
- darah, sperma, dll.
FUNGSI
KETERANGAN DOKTER DI SIDANG PENGADILAN
1. Sebagai ALAT BUKTI katagori:
a. Keterangan Ahli, bila diberikan secara lisan di sidang
pengadilan dengan sumpah atau janji.
b. Surat, bila diberikan secara tertulis dengan mengingat
sumpah saat menerima jabatan (Visum et Repertum).
2. Sebagai Keterangan yang disamakan nilainya dengan
alat bukti, bila diberikan didepan penyidik dgn sumpah
atau janji tetapi kemudian keterangan tersebut dibacakan
di sidang pengadilan karena Dr tidak dapat didatangkan
karena alasan yang syah.
3. Sebagai Keterangan yg hanya Menguatkan Keyakinan
Hakim, yaitu bila diberikan di sidang pengadilan setelah
Dr selesai menjalani penyanderaan karena tanpa
KEWAJIBAN
MENGUCAPKAN SUMPAH ATAU JANJI
Bila diminta keterangannya maka Dr wajib mengucapkan
sumpah atau janji.
Jika dokter menolak mengucapkan sumpah atau janji tanpa
alasan hukum yang sah maka Dr:
odisandera di Rumah Tahanan Negara maksimal 14 hari bila
penolakannya dilakukan di sidang pengadilan.
otidak boleh disandera di Rumah Tahanan Negara jika
penolakannya dilakukan di depan penyidik.
INGAT :
Disandera = dirampas kemerdekaannya (sebagai upaya
paksa) agar Dr bersedia mengucap sumpah atau janji.
Ditahan = dirampas kemerdekaannya agar tidak mengulangi
perbuatannya, tidak lari, atau menghilangkan barang bukti.
KETERANGAN DOKTER
Keterangan Dr yang diberikan kpd penegak
hukum bisa berupa:
1. Keterangan Lisan, dapat disampaikan:
a. di depan Penyidik; atau
b. ketika dipanggil di sidang Pengadilan.
2. Keterangan Tertulis (Visum et Repertum),
dapat diserahkan:
a. pada tingkat penyidikan, atau
b. pada tingkat sidang pengadilan.
VISUM ET REPERTUM
Keterangan tertulis yang dibuat oleh
Dr/Drg dalam kapasitasnya sebagai ahli
atas permintaan tertulis dari penegak
hukum yang berwenang tentang apa
yang dilihat dan ditemukan pada korban
atau barang bukti medis yg diperiksanya
dengan mengingat sumpah / janji ketika
menerima jabatan sebagai Dr/Drg.
VISUM ET REPERTUM
1. Dibuat oleh Dr yang punya kompetensi untuk itu;
2. Atas permintaan tertulis dari penegak
hukum yang berwenang, yaitu:
a. penyidik (Polri, Provost atau PM);
b. hakim (yaitu hakim ketua sidang).
SYARAT
VISUM ET REPERTUM
Syarat Materiel:
o
faktual (factually correct); dan
o
tidak bertentangan dgn ilmu kedokteran.
Syarat Formiel:
o dibuat dengan sumpah/ janji; atau
o dibuat dengan mengingat sumpah/ janji
ketika menerima jabatan sbg Dr.
Syarat Pembuat:
o
dibuat oleh Dr yang memiliki kompetensi.
STANDAR
VISUM ET REPERTUM
1. Menggunakan bahasa yg mudah difahami
oleh penegak hukum yang awam medis.
2. Materinya faktual, relevan dgn maksud dan
tujuan dimintakannya Visum et Repertum.
3. Memenuhi syarat formiel, yaitu dibuat
dengan mengucapkan sumpah atau janji
sebelum memeriksa atau dibuat dgn mengingat sumpah/ janji ketika menerima jabatan.
4. Dibuat oleh Dr yang memiliki kompetensi.
VR PSIKIATRIK
o Menderita sakit jiwa atau tidak?
o Jika ya, apa jenis penyakit jiwa tersebut?
o Apa dengan jenis penyakit jiwa tersebut
ybs masih mampu bertanggungjawab atau
tidak terhadap perbuatan yang dilakukan?
VR KORBAN HIDUP
o Ada luka-luka atau tidak?
o Jika ada maka:
1. Apa jenis lukanya?
2. Apa jenis benda penyebab luka?
3. Derajat luka (ringan, sedang, berat)?
VR KORBAN MATI
o Ada luka-luka atau tidak?
o Jika ada maka:
1. Apa jenis lukanya?
2. Apa jenis benda penyebab luka?
3. Apa penyebab kematian korban?
OTOPSI
PENGERTIAN OTOPSI:
Dari kata auto (sendiri) dan opsis (melihat).
Makna sesungguhnya adalah pemeriksaan atas
jenazah, meliputi bagian luar & dalam, oleh tenaga
kesehatan yang berwenang dengan menggunakan
cara yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah dan hukum.
JENIS OTOPSI:
1.Otopsi Anatomik: untuk pendidikan kesehatan.
2.Otopsi Klinik: untuk penyelidikan suatu penyakit.
3. Otopsi Forensik: untuk tujuan penegakan hukum.
PEMINTA OTOPSI:
Penyidik (untuk polisi minimal AIPDA dan untuk
polisi militer minimal PELDA).
KEWAJIBAN BAGI PEMINTA OTOPSI:
Memberitahu keluarga korban tentang maksud dan
tujuan dimintakannya OTOPSI.
Jadi bukan minta izin dari keluarga korban !!!
TEMPAT DIMINTAKANNYA OTOPSI:
1.Rumah Sakit Pemerintah.
2.Rumah Sakit Militer atau Ruman Sakit Kepolisian.
3.Rumah Sakit Swasta.
4.Puskesmas.
PELAKSANAAN OTOPSI
PRINSIP OTOPSI:
Perlu dilaksanakan sesegera mungkin guna menghindari
hilangnya data-data medik akibat proses pembusukan.
TEKNIS PELAKSANAAN OTOPSI:
o Menunggu klarifikasi keluarga paling lama 2 hari.
o Jika keluarga keberatan maka dokter (mewakili penyidik)
menjelaskan pentingnya otopsi.
o Jika tetap berkeberatan atau keluarga tidak ditemukan,
maka dapat melakukan otopsi sesudah 2 hari.
o Hendaknya penyidik hadir ditempat otopsi agar dapat
saling bertukar informasi guna memperlancar proses otopsi
dan penyidikan, serta untuk menciptakan rasa aman bagi
dokter yang melakukan otopsi.
SARANA OTOPSI
SARANA TEMPAT:
o
Kamar otopsi khusus.
o
Kamar jenazah, gudang atau halaman bisa disulap
menjadi tempat otopsi apabila kamar otopsi khusus
tidak tersedia.
SARANA ALAT:
o
Pisau (bisa scalpel atau pisau dapur).
o
Gergaji listrik (bisa gergaji besi).
o Benang yang dan jarum yang besar.
o
Alat ukur (penggaris dan timbangan).
o
Air yang cukup.
SARANA PENUNJANG:
o
Toksikologi, histopatologi, laboratorium, dll.
Bila tidak tersedia maka Dr wajib memberitahu penyidik
agar dapat diminta ke tempat lain.
LANGKAH-LANGKAH OTOPSI
PEMERIKSAAN LUAR:
Memeriksa seluruh bagian luar dari tubuh jenazah, mulai
dari ujung rambut sampai ujung jari kaki.
PEMERIKSAAN DALAM, dengan cara :
a.melakukan insisi (pengirisan) untuk membuka rongga
kepala, leher, dada, perut dan panggul.
b.mengeluarkan seluruh organ dalam tubuh.
c.memeriksa seluruh organ dalam tubuh satu-persatu.
d.mengembalikan seluruh organ dalam ke tempat semula.
e.menutup dan menjahit.
PEMERIKSAAN PENUNJANG, antara lain :
a.melakukan pemeriksaan histopatologik.
b.melakukan pemeriksaan toksikologik.
c.melakukan pemeriksaan penunjang lainnya.
Jika tidak mampu dilakukan, informasikan kepada penyidik.
KEWAJIBAN
BAGI PEMINTA OTOPSI
Mengajukan permintaan otopsi secara TERTULIS.
Mencari dan menghubungi keluarga korban utk memberitahu
rencana penyidik meminta otopsi.
Menjelaskan sekali lagi kepada keluarga yang berkeberatan
Dengan rencana otopsi, termasuk menjelaskan adanya sanksi
pidana bagi siapa saja yang menghalangi-halangi otopsi.
Hadir pada saat otopsi untuk memberikan tambahan informasi
kepada Dr atau untuk menerima informasi penting dari Dr dan
memberi rasa aman.
Menyita barangbukti (mis: anak peluru) dari otopsi.
Menerima jaringan utk pemeriksaan penunjang di tempat lain.
Menjelaskan tentang sanksi pidana bagi Dr yang tanpa alasan
hukum menolak melakukan otopsi (Pasal 224 KUHP).
OTOPSI
JENAZAH YANG SUDAH DIKUBUR
Meskipun jenazah sudah dikubur lama maka otopsi jenazah
tersebut tetap perlu karena:
a. bekas kekerasan pada jaringan lunak mungkin masih bisa
dapat dikenali.
b. bekas kekerasan pada tengkorak, tulang dan gigi akan
dapat dikenali meskipun sudah lama terkubur.
c. racun-racun masih dapat ditemukan pada jaringan lunak,
tulang, kuku, rambut, kafan, peti dan tanah.
Sebelum otopsi harus dilakukan pembongkaran lebih dahulu.
Faktor musim (misalnya penghujan) bisa dijadikan salah satu
pertimbangan untuk menunda pembongkaran.
Demi efisiensi maka otopsi dapat dilaksanakan di tempat
pembongkaran jenazah.
VISUM et REPERTUM
PENDAHULUAN:
o Identitas peminta visum et repertum.
o Identitas dokter yang melakukan pemeriksaan.
o Identitas korban yang diperiksa.
o Alasan dimintakan visum et repertum.
o Kapan dilakukan pemeriksaan.
o Tempat dilakukan pemeriksaan.
HASIL PEMERIKSAAN:
o Fakta yang ditemukan sendiri oleh dokter.
o Fakta dari hasil pemeriksaan bersama dokter lain.
KESIMPULAN:
o Interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dari
fakta-fakta di atas, dikaitkan dengan maksud dimintakannya V et R.
(Kesimpulan bukan ringkasan atau mengulang-ulang fakta)
PENUTUP:
o Pernyataan bahwa keterangan tertulis ini dibuat dengan mengingat
sumpah / janji ketika menerima jabatan atau dengan mengucapkan
sumpah / janji sebelum melakukan pemeriksaan.
o Tanda tangan dokter pemeriksa dan pembuat visum et repertum.
Luka Berat:
o tidak dapat diharapkan sembuh dgn sempurna.
o luka yang dapat mendatangkan bahaya maut.
o luka yang menimbulkan rintangan tetap dalam
o
o
o
o
o
Luka Sedang:
luka yang mengakibatkan penyakit atau
halangan djm menjalankan pekerjaan jabatan
atau pekerjaan matapencarian untuk
sementara waktu.
Luka Ringan:
luka yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan dlm menjalankan pekerjaan jabatan
atau mata-pencarian.