SINDROMA DISPEPSIA
Disusun oleh :
Hoiriyah
1102011119
Dokter Pembimbing :
dr. Johnson Manurung, Sp. PD
PENDAHULUAN
Dispepsia merupakan keadaan klinis yang sering dijumpai dalam praktek
sehari-hari. Dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys- (buruk) dan
-peptein (pencernaan). Berdasarkan konsensus International Panel of Clinical
Investigators, dispepsia didefinisikan sebagai rasa nyeri atau tidak nyaman
yang terutama dirasakan di daerah perut bagian atas. Sindroma atau
keluhan ini dapat disebabkan atau didasari oleh berbagai penyakit, tentunya
termasuk pula penyakit pada lambung, yang diasumsikan oleh orang awam
sebagai penyakit maag atau lambung 1.
Dijumpai pada 30% dari pasien dokter praktek umum. Keluhan dispepsia
merupakan keluhan umum yang dialami oleh seseorang dalam waktu
tertentu dan bersifat kronik yang berdampak pada kualitas hidup penderita
dan beban ekonomi secara langsung maupun tidak langsung 3.
DEFINISI
Sindroma dispepsia merupakan
kumpulan gejala rasa tidak nyaman
yang berasal dari daerah abdomen
bagian atas, yaitu :
Kronis
nyeri
epigastrium
Cepat
kenyang
Rasa penuh
setelah
makan
Rasa
kembung
pada saluran
cerna bagian
atas
Mual
Muntah
Sendawa
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi
Sindroma Dispepsia
Dunia
13% 40%
Indonesi
a
15% 40%
KLASIFIKASI
Dispepsia akibat
gangguan motilitas
Sindroma
Dispepsia
Organik
Fungsional
Sindrom
Distress Postprandial
Sindrom
Nyeri
Epigastrik
Klasifikasi Sindrom
Dispepsia
Berdasarkan Gejala
Klinis
Dispepsia akibat
tukak
Dispepsia akibat
refluks
Dispepsia tidak
spesifik
ETIOLOGI
Sindroma
Dispepsia
Organik
Fungsional
Tukak Peptik
Gastritis
Hipersensitivi
tas Viseral
Gangguan
Motilitas
NSAID
Keganasan
Perubahan
Sekresi Asam
Stress
Penyakit
sistemik
Penyakit
pancreas dan
hepatobilier
Predisposisi
Genetik
Infeksi
Kuman
Helicobacter
pylori
PATOFISIOLOGI
Sekresi Asam
Lambung
Infeksi
Helicobacter
pylori
Perlambatan
Pengosongan
Lambung
Hipersensitivitas
Viseral
Genetik
Stress
Gangguan
Akomodasi
Lambung
NSAID
Ulkus Peptikum
Manifestasi Klinis
Tanda
Bahaya
Disfagia
Muntah
terus
menerus
Berat
Badan
Turun
Massa di
Perut
Bagian
Atas
ENDOSKOPI
OAINS
Perdarahan
Saluran
Cerna
Diagnosis
Anamnesis : Gejala, lokasi keluhan, Riwayat penyakit
sebelumnya.
Pemeriksaan fisik abdomen:
Nyeri tekan/lepas, organomegali, massa tumor
Laboratorium:
Jumlah lekosit
Serologi
Amilase & lipase
Marker tumor (keganasan sal.cerna) : CEA, CA 19-9, AFP
Endoskopi (esofagoduodenoskopi),
diindikasikan bila:
Dispepsia + Alarm symptoms :
Petunjuk awal akan kemungkinan adanya kelainan
organik: BB, anemia, muntah2 hebat, dugaan
obstruksi, hematemesis, melena, keluhan berulang,
umur > 45 th.
Endoskopi dapat mengidentifikasi kelainan organik
pada lumen saluran cerna, biopsi dan pengambilan
spesimen untuk biakan kuman H. pylori
USG
Batu empedu, kolesistitis, sirosis hati,
hepatoma dsb
Radiologi (Barium meal) :
Dapat mengidentifikasi kelainan pada mukosa
Tata Laksana
Dispepsia Fungsional
Ulkus Peptikum
NSAID
Eradikasi H. pylori
KOMPLIKASI
1
Perdarahan Gastrointestinal
Perforasi
PROGNOSIS
Dispepsia fungsional memiliki prognosis baik jika dilakukan
pemeriksaan klinis dan penunjang yang akurat serta tatalaksana yang
baik 1.
Quo ad Vitam:
Ad bonam
Quo ad
Fungsional:
Dubia ad
bonam
Quo ad
Sanationam:
Ad bonam
KESIMPULAN
Dispepsia merupakan suatu simptom atau kelompok
keluhan atau gejala dan bukan merupakan suatu
diagnosis.
Gejala dispepsia diantaranya nyeri epigastrium, rasa terbakar di
epigastrium, rasa penuh setelah makan, cepat kenyang, rasa
kembung pada saluran cerna bagian atas, mual, muntah, dan
sendawa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, A.W et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: InternaPublishing. Hal: 516-517 dan 529-533.
2. Jones, M.P. 2003. Evaluation and treatmentof dyspepsia. Post Graduate Medical Jurnal. 79:25-29.
3. Rani, A.A., Simadibrata, K.M., Syam, A.F. 2011. Buku Ajar Gastroenterologi. Jakarta: InternaPublishing. Hal: 131-142.
4. Simadibrata, M.K., Dadang, M., Abdullah, M., et al. 2014. KONSENSUS NASIONAL: Penatalaksanaan Dispepsia dan lnfeksi Helicobacter pylori.
Perkumpulan Gastoenterologi Indonesia.
5. Tack, J. Nicholas J. Talley, Camilleri M, et al. 2006. Functional Gastroduodenal Disorder. Gastroenterology. 130:1466-1479.
6. Harahap, Y. 2009. Karakteristik penderita dispepsia rawat inap di RS Martha Friska Medan Tahun 2007. Edisi 2010. (online)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14681/1/10E00274.pdf . Diakses tanggal 2 Juni 2015.
7. Tanto, C., Liwang, F., Hanifati., et al. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV. Jakarta : Media Aesculapius. Hal: 591-595.
8. Laksono, R.D. 2011. Dispepsia. USU. (online) http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23015/4/Chapter%20II.pdf. Diakses tanggal 28 Mei 2015.
9. Abdulah, M. dan Gunawan, J. 2012. Dispepsia. Jakarta : Divisi Gastroenterologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
39 (9) : 647-651.
10. Firmansyah, M.A., Makmun, D., Abdullah, M. 2013. Role of Digestive Tract Hormone in Functional Dyspepsia. Jakarta : Divisi Gastroenterologi Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 14 (1):39-43.
11. Glenda, N.L. 2006. Gangguan lambung dan duodenum. Patofisiologi. Edisi ke-6. EGC. Hal 417-419.
12. Indra, I. 2013. Dispepsia. USU. (online) http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38021/4/chapter%20II.pdf . Diakses tanggal 3 Juni 2015.
13. Miwa, H., Ghoshal,U.C., Sutep, G., et al. 2012. Asian Consensus Report on Functional Dyspepsia. J Neurogastroenterol Motil. 18(2): 150-168.
14. Valle, J.D. 2011. Peptic Ulcer Disease and Related Disorders. In Fauci, A.S., et al. HARRISONS Principles of Internal Medicine 18 th edition Volume 2. USA :
McGraw-Hill.
15. New Zealand Guidelines Group. 2003. Management of dyspepsia and heartburn. Wellington: New Zealand Guidelines Group.