Anda di halaman 1dari 108

DEFINISI STIMULASI

STIMULASI
Stimulasi adalah suatu pekerjaan yang dilakukan terhadap sumur
dengan tujuan meningkatkan laju produksi dengan jalan
memperbaiki dan atau meningkatkan harga permeabilitas batuan.
Ada dua cara untuk memperbaiki permeabilitas, yaitu :
Acidizing
Hydraulic Fracturing

DEFINISI ACIDIZING

ACIDIZING
Adalah pekerjaan yang dilakukan untuk menanggulangi kerusakan
formasi/meningkatkan kemampuan formasi yaitu dengan
menginjeksikan asam ke formasi untuk melarutkan partikel-partikel
penyumbat pori atau meningkatkan permeabilitas batuan dengan
harapan laju produksi kembali meningkat.

KERUSAKAN
FORMASI

IDENTIFIKASI KERUSAKAN FORMASI


Kerusakan formasi dapat diidentifikasi dengan Well Test yaitu
dengan :
Pressure Build-up Test
Pressure Drawdown Test

Selain itu juga dilakukan analisa air formasi untuk mengetahui


kecenderungan terbentuknya scale dari air formasi.

Dari well Test ini kita dapatkan informasi yaitu :


Permeabilitas formasi (kf)
162.6 q o
k
mh

Harga Skin Faktor


P1jam - Pwf

S 1.151

k
- log
3.23
2

C t rw

Penurunan tekanan karena adanya skin (Ps)


Pskin 0.87 m S

PROBLEM SCALE
Air formasi terdiri dari kation dan anion dimana keduanya terlarut
dalam air membentuk senyawa yang mengakibatkan terjadinya
proses kelarutan (solubility).
Proses terlarutnya ion-ion dalam air formasi dipengaruhi oleh
tekanan, temperatur serta waktu kontak.
Air mempunyai batas kemampuan dalam mempertahankan
senyawa ion-ion tersebut agar tetap dalam larutan sampai pada
tekanan dan temperatur tertentu.

Gambar Scale CaCO3 di Tubing

IDENTIFIKASI SCALE
Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi problem scale salah
satunya adalah dengan menghitung Scaling Index, dengan metode
Stiff & Davis.
Persaman :

SI pH - K pCa PAlk

Keterangan :
SI

= Scaling Index

= konstanta yang merupakan fungsi dari kadar garam,


konsentrasi dan temperatur (dari grafik)

pH = pH air sebenarnya

4
.5977
0.4327
ln
Ca
pCa =

pAlk =

4.8139 - 0.4375 ln CO 3

Jika SI >

HCO 3

0 maka larutan kelewat jenuh dan scale cenderung

terbentuk.
Jika

SI < 0 maka sistem berada pada keadaan dibawah

kondisi jenuh sehinga scale cenderung tidak terbentuk.


Jika

SI = 0, maka sistem berada pada kondisi stabil

(setimbang).

JENIS ACIDIZING

Matrix Acidizing
Adalah proses penginjeksian asam kedalam formasi produktif pada
tekanan dibawah tekanan rekah formasi dengan tujuan agar reaksi
dapat menyebar secara radial.

Acid Fracturing
Adalah proses pelarutan yang bertujuan memperbesar rekahan
sehingga terjadi peningkatan permeabilitas. Acid Fracturing ini
hanya dapat diterapkan pada batugamping dan dolomit.

Acid Washing
Adalah proses untuk menghilangkan endapan scale yang terdapat
di pipa atau di perforasi dengan menempatkan asam di posisi scale
dan dibiarkan bereaksi.

MATRIX ACIDIZING

Asam diinjeksikan dibawah tekanan rekah formasi

Matriks aicidizing efektif digunakan bila terdapat kerusakan


formasi.

Pengasaman pada batupasir bertujuan untuk menghilangkan


skin damage

ACID FRACTURING

Asam diinjeksikan diatas tekanan rekah formasi

Hanya dilakukan pada reservoir batugamping

Acid fracturing baik dilakukan pada formasi yang memiliki


permeabilitas alami kecil.

ACID FRACTURING

Metode ini dapat digunakan untuk menghilangkan kerusakan


formasi juga dapat untuk meningkatkan permeabilitas formasi
yang tidak mengalami kerusakan.

ACID FRACTURING

Prinsip dasar acid fracturing sama dengan hydraulic fracturing,


bedanya adalah bagaimana konduktivitas rekahan itu dibuat
dan bagaimana cara mempertahankan agar rekahan itu tetap
terbuka.

ACID WASHING
Acid washing adalah proses untuk menghilangkan endapan scale
yang terdapat di peralatan produksi dan di perforasi dengan
menempatkan asam di posisi scale berada dan membiarkan
bereaksi

POKOK POKOK PENGASAMAN


1. Mineralogi Batuan
2. Jenis asam yang digunakan
3. Konsentrasi asam
4. Jumlahnya.

Pengasaman harus menghilangkan kerusakan formasi


tanpa menimbulkan kerusakan lain di formasi;
Oleh karena itu diperlukan pemahaman tentang
mineral batuan.

Tingkat
pengasaman:

keberhasilan

Batupasir : Kurang dari 70%


Karbonat : lebih dari 90%

Jenis clay dan lokasinya didalam formasi


akan menentukan keberhasilan
pengasaman

Sandstone dengan Calcite > 20% dapat

rusak jika diasam dengan mud acid.


Formasi dengan kadar chlorite diatas 10%
dapat rusak karena HCl 15%.
Clay di matrix lebih stabil dibandingkan
dengan yang ada di pori.

Clay di matrix tidak menyebebkan


kerusakan formasi yang besar.
Mineralogi batuan karbonat lebih sederhana
dibandingkan batupasir
Jangan menggunakan HF didalam formasi
karbonat karena reaksi antara HF dengan Ca
akan mengendapkan CaF2.

JENIS ACID

ACID YANG DIGUNAKAN DI BATUAN


KARBONAT

Asam yang digunakan adalah Hydrochloric Acid (HCl), Acetic


Acid (CH3COOH), dan Formic Acid (HCOOH)

Konsentrasi HCl yang biasa digunakan adalah 15%, untuk


membersihkan tubing sekitar 5%. Konsentrasi HCl >15%
disebut asam konsentrasi tinggi.

Konsentrasi acetic yang biasa digunakan adalah 10%. Manfaat


lainnya adalah sebagai fluida perforasi pada sumur karbonat,
secara alami mengurangi timbulnya unsur besi.

Konsentrasi formic yang biasa digunakan adalah 9-10%.

Asam acetic dan formic umumnya digunakan pada temperatur


yang tinggi karena tidak begitu korosif dibanding HCl, juga
untuk kedalaman yang sangat dalam.

Urutan kekuatan reaksinya adalah HCl > Formic > Acetic

Campuran Formic Acetic akan sukses diaplikasikan pada


temperatur tinggi dimana dibutuhkan reaksi yang lebih lambat
dan penetrasi asam pada kedalaman yang lebih dalam.

Hydrochloric Acid (HCl)


Merupakan jenis asam yang paling sering digunakan. Umumnya
konsentrasi yang digunakan adalah 15 % HCl (untuk batugamping
dan dolomite), sedangkan untuk batupasir konsentrasi yang
digunakan adalah 5 7% HCl.
KEUNTUNGAN
KEKURANGAN
Daya reaksi yang cukup
Memiliki sifat korosif yang
tinggi terhadap
tinggi, terutama pada
batugamping dan dolomite.
temperatur diatas 250
Harganya relatif lebih
murah dibanding dengan
asam jenis lain.

Agar temperatur tidak melebihi tingkat korosifitasnya, pada


penggunaan HCl biasanya ditambahkan additif
yaitu
Corrosion Inhibitor. Berikut adalah reaksi antara HCl dengan
beberapa mineral batuan :
Calcite/limestone
2HCl + CaCO3

4HCl + CaMg(CO3)2

2HCl + FeCO3

FeCl2 + CO2 + H2O

2HCl + FeS

FeCl2 + H2S

2FeCl3 + 3H2O

Dolmite

Siderite

Ferrous sulfide
Ferric oxide
6HCl + Fe2O3

CaCl2 + CO2 + H2O


CaCl2 + MgCl2 + CO2 + H2O

ACID YANG DIPAKAI DI BATUPASIR

Asam yang biasa digunakan adalah Hydrochloric Acid


(HCl), Acetic (CH3COOH), Formic (HCOOH), dan
Hydrofluoric Acid (HF).

HF lebih umum digunakan dikombinasikan dengan HCl. HF


tidak pernah dipompakan sendiri tapi dikombinasikan
dengan organik acid, acetic, atau formic.

GELLED ACIDS

Gelled Acids merupakan asam yang berbentuk gel yang


berguna untuk memperlambat laju reaksi asam.

Perlambatan yang dihasilkan oleh asam ini yaitu dengan cara


peningkatan viskositas fluida asamnya.

Peningkatan viskositas cenderung membatasi asamnya


bergerak ke dalam pori-pori yang lebih besar sehingga
penetrasinya lebih jauh.

Gelling agent yang biasanya digunakan adalah polymer yang


dapat larut dalam air dan penggunaannya terbatas pada
formasi dengan temperatur yang rendah karena kebanyakan
gelling agent akan terurai secara cepat dalam larutan asam
pada temperatur lebih dari 130oF.
Asam ini diatur agar bentuk gel nya dapat rusak dengan
sendirinya dalam formasi karena jika bentuk gelnya setelah
acidizing belum rusak sepenuhnya, maka gel tersebut dapat
menimbulkan kerusakan.

Stuichiometry () :
Jumlah mol setiap komponen yang bereaksi (asam dan batuan)
Contoh :
2HCl + CaCO3

CaCl2 + CO2 + H2O

4HF + SiO2

SiF4 + 2H2O

SiF4 + 2HF

H2SiF6

Reaksi Kimia HCL & HF dengan Mineral


Batuan

Sampai Disini (8/11/2012)

Gravimetric dissoving power ( ) :


Massa mineral yang dilarutkan oleh sejumlah massa asam

min eral x MWmin eral

asam x MWasam
Contoh :
Dissoving power pada reaksi antara 100% HCL
dengan CaCO3 sbb

lbmCaCO 3
(1)(100.1)
100
1.37
(2)(36.5)
lbmHCl
Untuk konsentrasi asam 15%
15 = 0.15 (100) = 0.21 lbm CaCO3/lbm HCl

Dissoving power volumetric (X) :


Volume mineral yang dilarutkan oleh sejumlah volume asam

asam
X
min eral
Contoh : Reaksi antara 15% HCl dengan CaCO3
(SG asam = 1.07, densitas CaCO3 =169lb/cuft)
lbcaco3
X 0.21

lb15% HCL

X 0.082

(1.07)(62.4)(lb15% HCl ) /( ft 315% HCl )

ft 3CaCO3

ft 315% HCl

169(lbCaCO3 ) /( ft 3CaCO3 )

Dissolving Power Berbagai Jenis Asam)

Batuan

Asam

= 100 %

X =5 %

X =10 %

X =15 %

X =30 %

HCl

1,37

0,026

0,053

0,082

0,175

CHOOH

1,09

0,020

0,041

0,062

0,129

CH3COOH

0,83

0,016

0,031

0,047

0,096

HCl

1,27

0,023

0,046

0,071

0,152

CHOOH

1,00

0,018

0,036

0,054

0,112

CH3COOH

0,77

0,014

0,027

0,041

0,08

Limestone
(CaCO3)
=2,71 gr/cc

Dolomite
CaMg(CO)3)2
=2,87 gr/cc

Volume Konsentrat
(Vol .laru tan )(% HCl )( SGlaru tan )
Vol .Consentrate
(% HClconcentrate )( SGconcentrate )
Contoh:
Untuk mendapatkan 1000 gal 15% dari concentrate
32% mula-mula maka diperlukan.

(1000)(15)(1.075)
Vol .concentrate
434 gal
(32)(1.16)
; Jadi perlu penambahan 566 gal air
SG larutan didekati dengan; SG larutan =(fraksi HCl/2)+1
Misalkan untuk 32% SG = (0.32/2)+1 = 1.16
15% SG = (0.15/2)+1 = 1.075

JENIS ACID
ADDITIVE

ADDITIF UNTUK
ACIDIZING

1. Surfactant

2. Aromatic Solvent
3. Alcohol
4. Clay Stabilizer
5. Corrosion Inhibitor
6. Mutual Solvent
7. Nitrogen
8. Diverting Agent

SURFACTANT
Berfungsi sebagai :
Emulsifiers dan Non-emulsifiers (membuat dan mencegah
emulsi)
Emulsion breakers (pemecah emulsi 5%)
Antisludging agents (sebagai stabilizer pencegah
terbentuknya sludge. Konsentrasi yang umum digunakan
0.1-1 %.)
Wetting agents
Foaming agents
Interfacial tension reducers (merubah tegangan pemukaan
0.05%)

SURFACTANT
Dari fungsinya tersebut, kegunaan surfactants dalam acidizing yaitu
mempercepat pembersihan, mencegah sludge (lumpur) dan emulsi pada
formasi, membuat formasi menjadi water wet, dan meningkatkan aliran
minyak dan gas.

1.
2.
3.
4.

Surfactan dapat dibagi menjadi empat kategori


berdasarkan muatan ionnya, yaitu :
Cationic
bermuatan positif
Anionic
bermuatan negatif
Non-ionic
tidak bermuatan
Amphoteric
muatan tergantung PH dari sistem

Water soluble
Group

Oil soluble
Group

Molekul Surfactan

Orientasi Muatan Pada Surfactant


Anionic dan Sifat Wettingnya

Orientasi Muatan Pada Surfactant


Cationic dan Sifat Wettingnya

AROMATIC SOLVENT

Solvent digunakan sebagai preflush atau pendispersi dalam


fluida asam untuk melarutkan hidrokarbon sehingga asam
dapat bereaksi dengan material formasi atau partikel
penyumbat pori.

Formasi dengan minyak berat, sludge (gumpalan atau


endapan), asphalt dan scale berlapis minyak perlu digunakan
aromatic solvent untuk melarutkannya agar kerja asam lebih
baik lagi.
Aromatic solvent yang umum digunakan yaitu xylene dan
toluene. Jenis lain seperti A-Sol, N.L.Chekersol, Paravan G-15
dan Torgan.

Aplikasi Aromatic Solvent


Produk

Xylene
Toluene

A-Sol
Solvent

Aplikasi
Melarutkan segala endapan hidrokarbon seperti
sludge, asphaltenes, oily coatings. Digunakan
untuk preflush pada pengasaman. Dengan
penambahan surfactant bisa larut di asam.
Pembersih perforasi dan batuan yang dilapisi
minyak sehingga asam bisa bereaksi.
Campuran bermacam alcohol dan membantu
pengasaman dengan membersihkan lapisan
(coating) hidrokarbon, menurunkan surface
tension, dan membuat formasi water wet.
Tergantung jenisnya sampai 80 % volume bisa
dipakai di HCl, juga bisa dipakai sendiri sebagai
preflush.

Aplikasi Aromatic Solvent


Produk

Aplikasi
Tersebar di asam. Digunakan dengan sekaligus
pada asamnya untuk melarutkan coating
N.L.
Checkers hidrokarbon dan scale dan material lain yang
akan bereaksi dengan asam. Maksimum 5 %
ol
volume.
Dapat dipakai di asam maksimum 5 % volume
Paravon atau sebagai additif untuk menggiatkan
G-5
kelarutan xylene dan toluene.
Targon

Digunakan untuk menghilangkan asphalthene


dan deposit minyak. Dipompa sebagai preflush.
Konsentrasi 5 % volume.

ALCOHOL

Berfungsi meningkatkan efisiensi pembersihan sumur pada


operasi pengasaman untuk sumur gas. Alcohol dan campuran
antara alcohol-asam mempunyai tegangan permukaan yang
lebih rendah dari campuran asam. Konsentrasi yang biasa
digunakan berkisar 5 - 50% volume.

CLAY STABILIZER

Digunakan untuk meminimalkan kerusakan formasi akibat


pengembangan lempung (clay swelling).

Clay stabilizer yang digunakan dalam pengasaman adalah


polyamines, cationic organic polymer dan cationic surfactant.

Clay stabilizer tidak perlu digunakan kecuali memang


diperlukan yang didasarkan pada hasil pengujian di
laboratorium atau berdasarkan pengalaman sebelumnya yang
menunjukkan perlunya penggunaan material ini.

CORROSION INHIBITOR

Berfungsi meminimalisir terjadinya korosi pada peralatan


akibat konsentrasi asam yang cukup tinggi dengan cara
membentuk lapisan film tipis di permukaan peralatan logam.

Fluida corrosion inhibitor biasanya cenderung terpisah dari


fluida asam. Pemisahan akan dapat dilihat pada permukaan
fluida asam yang telah didiamkan sekitar 15 menit berupa
lapisan film berminyak dan berwarna gelap.

MUTUAL SOLVENT
Meminimalisir adsorpsi oil-wetting surfactant pada
padatan formasi.
2. Mengurangi tegangan permukaan antara minyak dan air.
3. Bertindak sebagai pelarut untuk melarutkan minyak dalam
air.
4. Bertindak sebagai deterjen yang mampu menghilangkan
material oil wet dari permukaan.
1.

5. Meningkatkan kerja surfactant dan emulsifiers dalam kontak


dengan material formasi
6. Menurunkan emulsifikasi dan mempercepat pembersihan dalam
acidizing pada batu pasir.
7. EGMBE digunakan sebagai preflush dan bertindak sebagai
pembersih dan oil remover untuk meningkatkan efektivitas
stimulasi.

NITROGEN

Sebagai foaming acid pada acid fracturing dimana viskositas


foam membantu membuat rekahan dan sebagai retarded
acidnya.

Sebagai energi clean-up pada reservoir bertekanan rendah.

Sebagai sumber gas bagi foam untuk diverter.

DIVERTING AGENTS

Fungsi diverting agents adalah untuk memblok sementara saluran


perforasi pada saat asam sedang masuk ke lubang perforasi yang
lain. (Dengan kata lain diverting agents digunakan untuk
mengontrol asam agar dapat masuk ke zona yang dituju).

Material diversi yang digunakan antara lain ball sealer,rock salt,


benzoic acid flake, wax bead dan oil soluble resin.

Jenis diverting agents yang paling banyak digunakan adalah ball


sealer dan coiled tubing.

Contoh Diverting Agents


Disadur dari www.stimlab.com

Ball Sealers

Packer (Coiled Tubing)

Pemilihan dan Penggunaan Diverting Agent

Jenis Diverter Terlarut di

Sumur

Tempat

Rock Salt

Air,
Air garam,
HCl dilute

Minyak
Gas
Injeksi

Formasi
Perforasi
Perforasi

Benzoic Acid
Flakes (BAF)

Air
Air garam,
Minyak

Minyak
Injeksi
Gas

Formasi
Perforasi
Perforasi

Wax Beads
(Unibeads)2

Minyak

Minyak

Formasi

Pemilihan dan Penggunaan Diverting Agent

Oil Soluble
Resin (OSR)
Ball Sealers
(tak
mengapung)
Ball Sealers4
(mengapung)
Foam

Minyak

Minyak
Gas

Formasi

Minyak
Gas

Perforasi

Minyak
Gas
Injeksi

Perforasi

Minyak
Gas
Injeksi

Formasi

PERENCANAAN PENGASAMAN

Menentukan gradient rekah formasi


Gradien rekah formasi adalah parameter yang digunakan untuk
mengetahui besarnya penambahan tekanan yang dapat
merekahkan formasi (psi per foot of depth).
Pr

Gf Gob

Gf

Gob
Pr
D

= gradient rekah formasi , psi/ft


= konstanta yang besarnya 0.33 sampai 0.5, psi
= gradien overburden, psi/ft
= tekanan formasi, psi
= kedalaman, ft

Menentukan Q injeksi dan P max di Permukaan

Sama halnya dengan laju injeksi maksimum, tekanan injeksi di


permukaan juga diatur agar tidak menyebabkan perekahan dalam
formasi.
Keterangan :
Laju injeksi maksimum
Q maks

4.917 10 6 k avg ha G f D Pres

a ln re / rw

Tekanan injeksi maksimum


P maks Gf - G D

h = tebal formasi, ft
re = jari-jari pengurasan, ft
rw = jari-jari sumur
Gf = gradient rekah formasi, psi/ft
G = gradient hidrostatik, psi/ft
D = Kedalaman, ft
Q maks dalam bb;/mnt

Menentukan Volume Asam

Sama halnya dengan laju injeksi maksimum, volume injeksi juga


diatur agar sesuai kebutuhan.
Keterangan :

V 7.4805 h rp - rw
2

V = Volume asam, gallon


= porositas, fraksi
h = ketebalan bersih formasi, ft
rp = radius penetrasi asam, ft
rw = radius sumur, ft

MEMILIH CALON SUMUR


UNTUK PENGASAMAN

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Perbandingan produksi dengan sumur disekitarnya


Grafik sejarah produksi
Pressure Transient Analisys
Skin 1-7 belum perlu pengasaman
Skin > 8 perlu pengasaman
Analisa completionnya

7. Analisa sistem produksi sumurnya

TANDA-TANDA KERUSAKAN FORMASI


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Formasi dengan clay yang bisa membengkak


Sumur dibor mengalami loss circulation
Berat jenis lumpur pemboran berlebihan
Water loss berlebihan (> 5 cc/ 30 mnt)
Produksi sumur lebih rendah dari UKL nya
Sumur memproduksi lumpur
Sumur menurun produksinya setelah squeeze cementing
Sumur dengan Pws lebih tinggi tetapi lebih kecil
produksinya dibandingkan dengan sumur sekitar
9. Sumur yang tiba-tiba turun produksinya
10.Sumur yang memproduksi air sedikit pada waktu tertentu
11.Sumur yang dicompletion dengan overbalance

Hal-hal yang berhubungan dengan skin positif tetapi


bukan formation damage
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

GLR tinggi > 1000 MMcfd/bbl (sumur gas)


GOR tinggi > 1000 SCF/bbl (sumur minyak)
Produksi tiga fasa
Pressure drowdown tinggi > 1000 psi
Perforasi < 4 spf
Perforasi satu sisi (Zero phasing)
Diameter perforasi kecil ( diameter gun < 2)
Pr >Pb, tetapi Pwf nya < Pb
Produksi terlalu tinggi (q/h > 20 BPD/ft)

DISAIN
PENGASAMAN

Batuan Pasir
1. Berapa temperatur tertinggi? (Bottom hole temperature)
< 250o F; gunakanHCl:HF
> 250o F; gunakan Acetic:HF; Formic:HF
2. Sumur minyak atau gas?
Sumur minyak: Gunakan nonemulsifyer berdasarkan emulsion
testing /pengalaman
Sumur gas : Gunakan emulsifyer kalau ada kondensate; kalau tanpa
kondensate tidak perlu emulsifyer
3. Panjang interval?
Untuk panjang interval < 20 ft tidak perlu diversion

4.

Tekanan dasar sumur (BHP)


Jika BHP rendah dan tidak dapat mengangkat fluida gunakan nitroben
Jika BHP besar untuk mengangkat fluida, tidak diperlukan nitrogen

5. Kelarutan pada HCl?


Jika kelarutan di HCl diatas 20% jangan gunakan HCL:HF
Bila kelarutan di HCl < 20% gunakan HCl:HF.
6. Kadar clay di formasi?
Clay < 5% gunakan 12% HCl : 3% HF dengan preflush 15% HCl
Clay > 5% gunakan 6% HCl : 1.5% HF dengan preflush 5-10% HCl
Feldspar >20% gunakan 13.5 % HCl :1.5% HF & preflush HCl 15%
Chlorite > 10% gunakan 5% HCl : 1% HF dengan preflush HCl 5%

Batuan Carbonate
1. Berapa temperatur dasar sumur (BHT)?
> 250 o F gunakan campuran HCl :organic retarder HCl.
< 250 o F gunakan sampai 28% Hcl

2. Sumur minyak at gas?


Sumur minyak; gunakan non emulsifyer berdasarkan tes/pengalaman
Sumur gas; gunakan nonemulsifyer jika ada kondensate

3. Panjang interval pervorasi?


< 40 ft tidak perlu diverting
> 40 ft perlu diverting. Tergantung completionnya ball sealers sering

4. Tekanan dasar sumur (BHP)?


Jika BHP rendah dan tidak dapat mengangkat fluida gunakan nitroben
Jika BHP besar untuk mengangkat fluida, tidak diperlukan nitrogen
5. Kelarutan di HCl?
Dibawah 75% suspending agent perlu digunakan untuk mengalirkan
zat-zat yang tidak terlarut dari formasi.

TAHAP PELAKSANAAN ACIDIZING

TAHAP PELAKSANAAN ACIDIZING


Matrix Acidizing
1. Pickling stage, membersihkan tubing agar asam
mengalir
dengan
lancar.
Pickling
biasanya
menggunakan 5% HCl dicampur dengan iron-control
agent dan corrosion inhibitor.
2. Preflush, bertujuan menghilangkan endapan organik
dan inorganik yang tedapat pada lubang sumur dan
formasi, juga mencegah timbulnya emulsi asam dengan
minyak pada saat asam diinjeksikan.

3. Acid Stage, bertujuan untuk menanggulangi kerusakan


formasi. asam yang digunakan biasanya 15-28% HCl
dengan volume 10-300 gal/ft.Umumnya membutuhkan
25-150 gal/ft, tergantung dari kedalaman dimana terdapat
kerusakan dan porositas formasinya. Formasi dengan
porositas 10%, dibutuhkan 60 gal asam per feetnya untuk
mengisi pori yang jaraknya 5 feet dari lubang bor.

4. Overflush Stage, bertujuan untuk membersihkan sisasisa pengasaman dengan menempatkan asam di perforasi.
Umumnya menggunakan air sebagai overflush fluid.
Untuk sumur minyak, biasanya menggunakan diesel,
untuk sumur gas biasanya menggunakan gas nitrogen.

ACIDIZING
TAHAPAN
PREFLUS
H
SPOTTIN
G
AFTER FLU
SH

Acid Fracturing
1. Preflush, bertujuan untuk membuka rekahan awal dan
menurunkan temperatur disekitar rekahan.

Fluida preflush ini biasanya slightly gelled water.

Acid Fracturing
2. Viscous acid Stage,
memperbesar rekahan.

bertujuan untuk membuat

dan

Asam yang digunakan biasanya berupa gel, emulsi, dan


foam.

Acid Fracturing
3. Overflush, bertujuan untuk memindahkan asam dari lubang
sumur dan mendorong asam masuk ke dalam formasi.

Menambah jarak penetrasi saat viscous acid digunakan,

Overflush dalam jumlah besar akan sangat efektif dalam


menambah panjang rekahan.

ACID FRACTURING
TAHAPAN
FLUSH
PAD
MAIN FRACTURING ACID
AFTER FLUSH

Pengendapan Hasil Reaksi Asam


Endapan reaksi Kimia yang umum ditemui dan yang paling
merusak
Calcium Fluorida, CaF2
Colloidal Silica, Si(OH)2
Ferric Hydroxide, (Fe(OH)3
Asphaltene Sludge

Calcium Fluorida biasanya berasal dari hasil reaksi


antara HF debgan calcite
CaCO3 + 2HF

CaF2 + H2O + CO2

Pengendapan CaF2 dapat dicegah jika dilakukan


pre-flush HCl yang cukup mendahului pengasaman HF/HCl

Pengendapan collosoidal silica merupakan proses


pengendapan sisa asam
Untuk menghindari terjadinya pengendapan maka
pada waktu pengasaman disarankan:
1. Injeksi asam dilakukan dengan laju injeksi tinggi
2. Sisa asam segera dikeluarkan setelah selesai pengasaman

Ion Fe3+ bereaksi dengan sisa asam membentuk


Fe(OH)3 dan mengendap.
Pengendapan Fe(OH)3 dapat dihindari dengan
menambahkan sequestering agent dalam asam

Singgungan antara asam dengan minyak


dapat menghasilkan aspaltene sludge.
Untuk pencegahannya perlu ditambahkan
surface active additive

Sandstone dengan Calcite > 20% dapat


rusak jika diasam dengan mud acid.
Formasi dengan kadar chlorite diatas 10%
dapat rusak karena HCl 15%.
Clay di matrix lebih stabil dibandingkan
dengan yang ada di pori.

Clay di matrix tidak menyebebkan


kerusakan formasi yang besar.

Mineralogi batuan karbonat lebih sederhana


dibandingkan batupasir
Jangan menggunakan HF didalam formasi
karbonat karena reaksi antara HF dengan Ca
akan mengendapkan CaF2.

Cleanup Additive

Cleanup Additive

Cleanup Additive adalah additive yang digunakan untuk


membersihkan asam, produk hasil reaksi asam, dan material
lain setelah pengasaman dari reservoir.

Cleanup Additive
Additive

yang biasa digunakan dalam pembersihan


setelah acidizing yaitu gaseous nitrogen, alcohol, atau
surfactant.

Cleanup Additive

Alcohol dan surfactants berfungsi untuk menurunkan tegangan


permukaan antara asam dengan fluida formasi sehingga
mempercepat proses pembersihan.

Cleanup Additive

Fungsi utama dari nitrogen yaitu membantu mengangkat fluida


pengasaman keluar dari sumur ketika tekanan lubang sumur
berkurang.

EVALUASI

EVALUASI ACIDIZING
1. Berdasarkan Kurva IPR

EVALUASI ACIDIZING
2.
3.

Berdasarkan parameter laju produksi


Berdasarkan parameter produktivity index
PI

0,007082 k h
Bo o ln (re )
rw

PI aktual

q
Ps - Pwf

q
PI ideal
Ps - Pwf P skin )

EVALUASI ACIDIZING
4.

Berdasarkan parameter harga faktor skin

S > 0 = adanya kerusakan formasi di sekitar lubang sumur


S = 0 = Tidak terjadi kerusakan formasi disekitar lubang sumur
S < 0 = adanya perbaikan formasi di sekitar lubang sumur

EVALUASI ACIDIZING (Lanjutan)


5. Berdasarkan parameter efisiensi aliran (FE)
P * - Pwf - P skin
FE
P * - Pwf

FE = 1 maka tidak ada kerusakan


FE < 1 maka ada kerusakan
FE > 1 maka ada perbaikan

PERBANDINGAN ACID FRACTURING


DENGAN HIDRAULIK FRACTURING

PERBANDINGAN PENGGUNAAN ACID FRACTURING ATAU HYDRAULIC


FRACTURING

ACID FRACTURING

Formasi karbonat heterogen.


Formasi karbonat tersebut
didominasi oleh rekahan
alami.
Permeabilitasnya baik tetapi
terdapat kerusakan formasi.
Secara mekanik, rekahan
tersebut memang tidak
memerlukan proppant untuk
menutup rekahan.

HYDRAULIC FRACTURING

Formasi karbonat homogen (murni


batugamping)
Daya larut HCl rendah (< 65-75%)
Reaksi asam lambat (dolomit dengan
temperatur rendah; < 150).
Batuannya tidak kompak atau
tegangan untuk menutup rekahan
sangat tinggi.
Permeabilitas sangat rendah dan
membutuhkan rekahan yang sangat
panjang.

KEUNTUNGAN
ACID FRACTURING

Tidak perlu proppant


Resiko kegagalan lebih kecil.
Resiko konsekuensi terjadinya
aliran balik proppant tidak ada.
Biaya lebih murah, terutama
pada sumur yang dalam.
Sangat baik terutama pada
formasi yang memiliki rekahan
alami.

HYDRAULIC FRACTURING

Koefisien kebocoran, bentuk rekahan


dan konduktivitas rekahan lebih
mudah diestimasi atau diukur, karena
fluidanya tidak reaktif terhadap
batuan.
Pada formasi yang dalam dengan
high-closure-pressure yang tinggi,
proppant membentuk konduktivitas
rekahan yang lebih baik.

KEKURANGAN
ACID FRACTURING

Sulit mengontrol kebocoran


asam didalam rekahan.

HYDRAULIC FRACTURING

Pada formasi karbonat yang terdapat


banyak rekahan alami, HF sulit
diaplikasikan
khususnya
dalam
penempatan proppant.
Biaya lebih mahal.

SCREENING
CRITERIA

MATRIX
ACIDIZING
1.

2.

3.

Dapat dilakukan
di formasi
karbonat dan
batupasir.
Dilakukan jika
formasi
mengalami
kerusakan hanya
1-2 ft disekitar
lubang sumur.
Permeabilitas
yang dihasilkan
maksimal sama
dengan
permeabilitas
awal sebelum ada
kerusakan.

ACID FRACTURING
1.

2.

3.

4.

Hanya dapat
diapliklasikan pada
formasi karbonat
(heterogen ataupun
rekahan alami).
Permeabilitas alami kecil
dan terdapat kerusakan
formasi jauh dari lubang
sumur.
Secara mekanik, rekahan
tersebut memang tidak
memerlukan proppant
untuk menutup rekahan.
Permeabilitas yang
dihasilkan mampu
melebihi permeabilitas
awal sebelum ada
kerusakan.

HYDRAULIC
FRACTURING
1.

2.
3.

4.

5.

Dapat dilakukan di formasi


karbonat (homogen/murni
batugamping) dan
batupasir.
Daya larut HCl rendah (<
65-75%)
Batuannya tidak kompak
atau tegangan untuk
menutup rekahan sangat
tinggi sehingga perlu
pengganjal rekahan.
Permeabilitas alami sangat
rendah dan membutuhkan
rekahan yang sangat
panjang.
Permeabilitas yang
dihasilkan mampu melebihi
permeabilitas awal sebelum
ada kerusakan.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai