EKSTROFI BLADDER
Taufan Herwindo Dewangga
131621130506
I. Pendahuluan
Suatu kelainan kongenital dimana bayi lahir dengan
kandung kemih yang terekspos
Penyebab masih belum jelas, faktor genetik mungkin
memiliki peran
Bermula antara minggu ke IV-X kehamilan, dimana
berbagai organ, jaringan dan otot mulai membentuk
lapisan yang terpisah
Tujuan treatment mempertahankan fungsi ginjal dan
mempertahankan/menciptakan alat genitalia eksternal
yang berfungsi normal
Female Bladder
Male Bladder
III. Definisi
Etimologi Yunani, ekstrephein, membalik keluar
Merupakan sebuah malformasi kongenital dimana organ
berongga dindingnya berbalik dari dalam-keluar,
membuat hubungan dengan dunia luar
Ekstrofi adalah suatu kelainan congenital yang
menghasilkan defek pada urogenital dan system
musculoskeletal terhadap membrane cloaca
Terdapat tiga macam kelompok dengan tingkat keparahan dari defek yang
berbeda yaitu:
Cloacal Ekstrofi (10%).
suatu kelainan bawaan dimana VU terletak di bagian luar dari dinding abdomen.
Permukaan bagian dalam dinding belakang kandung kemih berada pada bagian
tengah dinding perut bagian bawah dengan pinggir mukosa yang bersatu dengan
kulit.
Epispadia (30%)
kelainan defek yang paling ringan dimana hanya uretra yang terbuka pada dorsum
penis
IV. Insidens
Sangat jarang terjadi
Angka kejadiannya berkisar 1:10.000 hingga 1:50.000
kelahiran hidup
3 hingga 6 kali lebih sering pada laki-laki dari pada
perempuan
seorang ibu dengan kelainan ini memiliki resiko 500x
lebih besar untuk memiliki anak dengan kelainan yang
sama
V. Etiopatogenesis
Penyebab pasti tidak diketahui, mungkin suatu gangguan
pembentukan dan perkembangan organ janin selama
kehamilan
Pertumbuhan mesodermal dari membran kloaka
formasi otot abdomen bagian bawah dan tulang pelvis
Pertumbuhan mesenkim pertumbuhan ke bawah dari
septum rektal membagi kloaka menjadi bladder (di
depan) dan rektum (di belakang)
VII. Diagnosis
1. Diagnosis Prenatal
Pemeriksaan berulang USG curiga jika:
Tidak ditemui pengisian VU,
Letak umbilikus yang lebih rendah dari biasanya,
Pelebaran ramus pubis,
Alat genital yang mengecil,
Peningkatan massa abdomen bagian bawah yang tidak sesuai masa
kehamilan, dan
Kesulitan untuk mengetahui jenis kelamin bayi
2. Diagnosis Pascanatal
KU baik, tampak sebagai bayi yang lahir aterm.
Bladder terbuka pada bagian bawah abdomen, dengan
mukosa yang seluruhnya tampak keluar melalui suatu
defek fascia triangular.
Dinding abdomen tampak memanjang disebabkan oleh
umbilikus letak rendah pada sisi atas bladder.
Jarak antara umbilikus dan anus memendek.
2. Bedah
Penatalaksaanan rekonstruksi fungsional bertahap terdiri dari tiga
tahap:
Tahap I, dilakukan saat kelahiran (<72 jam) untuk melindungi
saluran urinarius bagian atas dan mendukung rekonstruksi tahap
lanjut. Jika ditunda perlu osteotomi
Tahap II, dimulai pada umur 1 tahun memperbaiki struktur
genital, dan meningkatkan tahanan saluran keluar untuk mendukung
perkembangan bladder, melalui perbaikan epispadia.
Tahap III, setelah umur 4 tahun. Dilakukan rekonstruksi leher
bladder, untuk memungkinkan kontinensia urin dan koreksi refluks
vesikoureteral. Kontinensia diartikan sebagai kemampuan untuk
tetap kering sampai setidaknya 3 jam
Osteotomi
Penutupan dari cincin pelvis : penting untuk mencapai
kontinensia urin dan sebagai suatu kosmetik pada
dinding abdomen
Jika operasi dapat dilakukan 72 jam setelah kelahiran,
maka penutupan cincin pelvis dapat menutup secara
efektif tanpa memerlukan suatu osteotomi.
Jika diastasis dari pubis >4 cm atau terjadi kegagalan
dalam penutupan maka perlu osteotomi
X. Komplikasi
Abnormalitas fungsi ginjal refluks vesikoureteral
menyebabkan refluks nefropati yang menyebabkan gagal
ginjal sekunder
Inkontinensia urin
Abnormalitas pada bentuk dan ukuran alat genitalia
Keganasan
jarang
(squamous
sel
karsinoma,
rhabdomyosarcoma). Paling sering Adenokarsinoma
Komplikasi pasca bedah kegagalan penutupan bladder,
cidera pada alat genitalia, penurunan keadaan traktus
urinarius bagian atas, fungsi bladder yang abnormal, dan
prolapsus bladder
XI. Prognosis
Fungsi bladder dan/atau kontinensia uri dilaporkan
bervariasi bergantung dari tipe rekonstruksi.
Bladder dengan ekstrofi pada kebanyakan pasien, tidak
berfungsi normal setelah rekonstruksi dan dapat
memburuk seiring waktu.
Kembalinya fungsi kontinensia dapat kembali sampai
75-90% setelah melalui rekonstruksi bertahap, namun
biasanya dibutuhkan lebih dari satu prosedur.