Anda di halaman 1dari 39

BAB II

MANUSIA
A. Manusia Dan Mahluk Lain

Apa yang dapat disaksikan oleh mata di atas bumi ini dapat
dibedakan atas empat macam yang menggambarkan suatu tingkatan,
yaitu benda mati, tumbuh-tumbuhan, bintang, dan manusia. Yang pertama
merupakan anorganisme, sedangkan tiga yang terakhir merupakan
organisme. Benda mati yang merupakan anorganisme mempunyai ciri-ciri
tetap dan statis. Tumbuh-tumbuhan merupakan organisme dan
mempunyai tingkat yang lebih tinggi daripada benda mati. Tumbuh-
tumbuhan dapat berkembang dari tingkatan kecil dan besar dan memiliki
ciri-ciri kehidupan.
Binatang merupakan organisme yang mempunyai tingkat yang
lebih tinggi daripada tumbuhan. Ciri-ciri kehidupannya yang disamping
seperti yang dimiliki oleh tumbuh-tumbuhan , juga memiliki kelebihan lain,
yaitu dapat bergerak menurut kehendaknya sehingga dapat berpindah-
pindah. Manusia secara biologis juga termasuk binatang, khususnya
binatang menyusui. Namun karena manusia makin sadar kan
kelebihannnya daripada binatang dan supaya lebih terasa sifat
manusiawinya, maka dalam ilmu pengetahuan sosial, manusia dipisahkan
dari binatang.
Berdasarkan fisiknya, homosapiens dapat dibedakan atas tiga ras,
yaitu Negroid, Mongoloid, dan Caucasoid. Ciri-ciri fisik yang menonjol para
ras Negroid adalah kulit hitam, rambut keriting, sedangkan ras Mongoloid
adalah kulit kuning, rambut kejur lurus; dan pada ras Caucasoid adalah
kulit putih, rambut berombak. Akibat perkawinan campur (eksogami) yang
kian hari kian banyak, perbedaan fisik yang mencolok antar ras makin
kecil. Bagian dalam tubuhnya dapat dikatakan tidak berbeda antara ras
yang satu dan ras yang lain, perbedaan mereka yang lebih nyata terlihat
dalam kebudayaannya. Faktor alam serta sejarah ras atau bangsa akan
membentuk budaya khas.
Tingkah laku manusia (human) makin kompleks lagi. Manusia
dapat bergerak kemana ia mau, memiliki akal budi, wawasan (insight)
pikiran, dan kesadaran diri. Banyak kelebihan manusia dibandingkan
dengan binatang sehingga memungkinkan manusia menciptakan
kebudayaan. Manusia memerlukan materi untuk mencukupi kebutuhan
demi kelangsungan hidupnya di samping kebutuhan rohani untuk
memuaskan dirinya. Setelah manusia mampu mencukupi kebutuhan
fisiknya, ia akan meningkat ke tingkah laku absolute atau metafisis
(religius, transcendental). Dalam tingkat tingkah laku ini, manusia
menyembah kepada Sang Penciptanya menurut apa yang diperintahkan
dan menghindarkan diri dari larangan-Nya sesuai dengan agama yang
diyakininya. Dalam tingkat inilah benda mati dan makhluk hidup lainnya
tidak mungkin menyamai, apalagi melebihi manusia.
Dari uraian di atas, nyata bahwa manusia dibandingkan dengan
benda mati ataupun makhluk hidup yang lain menempati posisi teratas.
Oleh karena itu, sebutan manusia sebagai makhluk tertinggi dan paling
beradab tidak lain karena kemampuan-kemampuannya yang lebih
daripada primata lain. Manusia menjadi pencipta kedua (sesudah Tuhan)
dan menjadi penguasa dunia. Bahkan, mungkin pada masa yang akan
dating manusia akan menjadi penakluk planet lain!
B. Aspek-Aspek Manusia
Manusia terdiri atas dua aspek; tubuh dan jiwa. Tubuh yang tidak
disertai jiwa bukanlah tubuh manusia, tetapi mayat. Sebaliknya jiwa tanpa
tubuh (yang tampak) dikatakan setan atau jin. Sehingga yang dapat
disebut sebagai manusia haruslah mempunyai aspek tubuh dan jiwa
sebagai satu kesatuan yang utuh.
Tubuh atau jasmani bersifat materi, dapat dilihat, diraba, dan
dirasa sehingga wujudnya nyata atau konkret. Namun tubuh dinilai lebih
rendah daripada jiwa justru karena sifat materinya. Bila seseorang telah
mati, tubuhnya membusuk, hancur, dan akhirnya lenyap (tidak abadi)
sedangkan jiwa atau rohani sifatnya abadi. Karena begitu jiwa
meninggalkan tubuh, ia akan kembali ke asalnya, yaitu Tuhan secara
abadi dan tidak mengalami kehancuran.
Jiwa tidak tampak oleh mata karena sifatnya yang abstrak, telah
lama diketahui oleh manusia. Peristiwa orang mimpi yang tubuhnya
tergeletak di tempat tidur, tetapi perasaannya dapat ke mana-mana, dinilai
bahwa jiwanyalah yang berpergian. Demikian juga pada manusia yang
mati, karena kehilangan jiwa, manusia tidak dapat berjala, bercakap-
cakap, makan, minum, dan sebagainya. Karena jiwa sifatnya abstrak ,
sering diberikan penggambaran dalam bentuk analogi seperti berikut.
Tubuh dan jiwa dapat diperbandingkan dengan rumah dan
penghuninya. Rumah yang dibuat oleh manusia, tetapi tidak digunakan
memberikan kesan angker, menakutkan, seperti takutnya manusia
kepada jenazah yang sudah tidak berjiwa. Sebaliknya manusia tanpa
rumah juga menakutkan orang lain karena kemungkinan ia dapat berbuat
jahat.
Dapat pula kita bandingakn antara kapal dan nahkodanya. Ada
kapal tanpa nahkoda maka kapal itu tidak menentu arahnya, dapat
terombang-ambing oleh gelombang laut. Sebaliknya nahkoda tanpa kapal
tidak berfungsi sebagai nahkoda yang harus mengemudikan kapal. Kapal
sebagai tubuh, sedangakan nahkoda sebagai jiwa yang mengendalikan
tubuh.
Melihat peran dan fungsi dari kedua aspek yang saling kait-
mengkait tersebut, tidaklah mudah menentukan aspek yang lebih
penting ; tubuh dan jiwa? Tidak adanya kesatuan bahasa dan
pandangan, timbullah tiga aliran berikut.
a. Aliran Materialisme
Aliran materialisme berpendapat bahwa yang penting adalah
tubuh manusia. Jiwa dalam tubuh merupakan masalah yang kurang
penting, karena jiwa hanya membonceng saja dalam tubuh. Salah
seorang tokohnya ialah Ludwing Peuerbach (1804-1872), yang
berpendapat bahwa di balik manusia tidak ada makhluk lain yang
misterius yang disebut jiwa, seperti tidak adanya Tuhan di balik alam
ini.
Selanjutnya, ia berpendapat bahwa sesuatu itu disebut
nyata bila dapat dirasakan oleh panca indera. Manusia merupakan
makhluk jasmani yang dinamis. Jiwa merupakan gejala sampingan
sebagai kesan subjektif yang timbul karena secara pribadi menghayati
eksitensi kita sendiri. Jiwa merupakan sesuatu yang abstrak, hanya
tubuh yang merupakan sesuatu yang nyata dan benar, dan bersifat
objektif. Pada hakikatnya, teologi adalah antropologi karena pemikiran
tentang ketuhanan hanya merupakan proyeksi kemanusiaan. Dari
pendapat-pendapat tersebut, nyata bahwa paham materialisme bersifat
ateis, tidak mengakui Tuhan Sang Pencipta, asal dari segala-galanya
dan tempat lembali segala-galanya.
b. Aliran Spritualisme.
Aliran spiritualisme berpendapat bahwa yang terpenting pada diri
manusia adalah jiwa (Psyche). Tokohnya antara lain Plato (427-347 SM),
berpendapat bahwa jiwa lebih agung daripada badan, jiwa telah ada di
“alam atas” sebelum masuk ke dalam badan, jiwa itu terjatuh ke dalam
hidup duniawi, lalu terikar kepada badan dan lahirlah manusia yang fana.
Dalam kerukunannya, jiwa dan badan tidak berdiri berdampingan secara
setingkat, melainkan jiwa adalah sesuatu yang keadaannya bergerak
sehingga mempunyai taraf realitas yang lain jenis. Jiwa merupakan
“tawanan”, dia terkurung dalam badan demi hawa nafsu yang
pembebasannya dapat dilakukan dengan menjauhkan diri dari segala
kegiatan indrawi badan dan mencari kebenaran tidak melalui penyerapan.
Jiwa harus lepas dari penularan atau pembusukan (kontaminasi) badan
demi kemurniannya, sehingga badan merupakan rintangan atau
kontaminasi terhadap jiwa. Jiwa lebih asli daripada kenyataan duniawi dan
mempunyai pertalian dengan nilai-nilai yang abadi. Dunia yang indrawi
merupakan bayangan dari dunia itu sehingga tugas filsafat adalah melatih
diri dalam menanggalkan hubungan yang mengikat jiwa dan merupakan
persiapan untuk mati. Paham dari Plato yang spiritualistis bersifat etnis-
religius, pada waktu itu monoteisme belum ada.
c. Aliran Dualisme
Aliran dualisme berpendapat bahwa tubuh dan jiwa sama
pentingnya. Tokohnya, antara lain Rene Descartes (1596-1650), yang
mengatakan bahwa jiwa adalah substansi yang berpikir, sedangkan
badan sebagai substansi yang berkeluasan. Hubungan jiwa dan badan
bukanlah sesuatu yang ditambahkan, melainkan sesuatu yang hakiki
sehingga tanpa salah satu unsur itu bukan merupakan insan. Jiwa dan
tubuh merupakan substansi-substansi yang tersendiri dan lengkap
sebagai insan, tetapi ditilik dari hubungan substansi-substansi yang
tidak lengkap, jiwa mempunyai tabiat yang lain dari tubuh.
Pandangan dualisme dapat dibedakan atas paralelisme dan
monisme. Dalam paralelisme, antara tubuh dan jiwa terdapat
kesejajaran (paralel), keduanya sederajat. Sedangkan dalam monisme
antara tubuh dan jiwa telah terjadi perpaduan sehingga manunggal.
Pendapat terakhir inilah yang paling umum diterima, seperti telah
dikemukakan di depan bahwa tubuh tanpa jiwa merupakan mayat,
sedangkan jiwa tanpa tubuh merupakan setan. Manusia disebut
sebagai manusia dalam arti sebenarnya bila tubuh dan jiwa merupakan
kesatuan yang tidak terpisahkan.
Sebagai makhluk hidup manusia mengalami pertumbuhan, baik
tubuh maupun jiwanya. Secara umum pertumbuhan dapat dibedakan atas
tiga tahap: masa kanak-kanak, dewasa, dan orang tua. Dalam masa
kanak-kanak, pertumbuhan tubuh lebih menonjol, waktu itu seorang anak
memerlukan banyak makanan yang bergizi agar pertumbuhannya baik.
Pada masa itu, pertumbuhan jiwa juga terjadi, dasar-dasar kejiwaannya
diberikan melalui pendidikan dasar atau umum. Salah seorang dewasa
dan pertumbuhan tubuhnya tidak lagi sepesat pada watu kanak-kanak,
yang lebih diutamakan adalah pertumbuhan jiwanya sehingga seseorang
membentuk ’akunya’ sebagai suatu pribadi. Pada masa dewasa, terutama
bagi yang mendapat kesempatan belajar di perguruan tinggi, pribadinya
terbentuk di tingkat pendidikan tersebut. Setelah seseoranga tua, tubuh
tidak berkembang lagi, bahkan menyusut, daya berpikirnya juga tidak
berkembang seperti pada masa dewasa. Dalam tingkat ini, emosi dapat
diatur lebih baik, ia sudah menjadi manusia yang lebih tenang (nuchter).
C. Daya Dan Akal Manusia
Manusia lebih-lebih pada masa dibawah lima tahun ( balita ),
kondisinya sangat lemah bila dibandingkan dengan makhluk hidup
lainnya. Setelah melalui proses pematangan terutama pendidikan,
manusia menjadi raja dunia karena memiliki sejumlah kemampuan, seperti
akal, perasaan, kemauan, fantasi, dan perilaku yang khas sehingga
manusia ditempatkan di tingkat teratas. Namun apa dan bagaimana
sesungguhnya daya yang dimiliki manusia sehingga dapat menjadi raja
dunia yang memerintah makhluk hidup yang lain, berikut akan dibahas
secara rinci.
a. Akal dan Inteligensi.
Inteligensi merupakan kemampuan manusia yang bersifat
potensial. Oleh karena itu, pemikiran yang aktif merupakan kekuatan yang
bersifat fungsional. Akhirnya berpikir merupakan suatu perbuatan
operasional yang mendorong untuk aktif berbuat demi kepentingan dan
peningkatan hidup sebagai manusia.
Kemampuan manusia berfikir mempunyai fungsi untuk mengingat
kembali apa yang telah diketahui sebagai tugas dasarnya, kemudian
membentuk konsep-konsep untuk memecahkan masalah-masalah
sebagai tugas pokok dan akhirnya membentuk tingkah laku yang nyata
dalam usaha mencapai tujuan. Manusia meresapkan, mengecamkan
rangsangan yang ditangkap oleh indranya, menyimpan untuk waktu yang
lama, kemudian memproduksinya sebagai perbuatan mengingat.
Pembentukan konsep dilakukan dengan membentuk pengertian,
kemudian membentuk pendapat, untuk akhirnya memperoleh kesimpulan.
Inteligensi atau kecerdasan umum diukur dengan Inteligence Quotient (IQ)
yang diperoleh melalui hasil pembagian antara umur mental (mental age)
dan umur kelender (chronological age) dikalikan 100.
Rumusnya adalah :

M.A (mental age)


IQ  x100
C. A(chronogicalage)
Luning Park membagi tingkat IQ sebagai berikut :

PREDIKAT
TINGKAT IQ
130 - …. Pandai sekali
110 – 120 Pandai
90 – 110 Normal
70 – 90 Kurang Pandai
0 – 70 Lemah ingatan
30 – 70 a. debiel
20 – 30 b. imbediel
0 – 20 c. idiot
Inteligensi seseorang berbeda dengan orang lain. Ada tiga Faktor
yang menyebabkan perbedaan itu. Pertama, Faktor keturunan (hereditas),
yaitu pembawaan seseorang dari lahir yang kekuatannya dipengaruhi oleh
kedua orang tuanya. Oleh karena itu, ada anggapan bahwa seorang anak
yang orang tuanya cerdas pada umumnya juga cerdas walaupun tidak
tertutup kemungkinan adanya suatu penyimpangan. Kedua, Faktor
kematangan, yaitu saat kemampuan seseorang menerima masalah-
masalah yang dipikirkan. Misalnya, pada tingkat kanak-kanak merupakan
masa peka untuk menerima hafalan, sedangkan pada usia dewasa lebih
menerima hal-hal yang memerlukan pemikiran secara rasional, dan pada
usia tua seseorang lebih mudah menerima pemikiran yang abstrak.
Ketiga, Faktor motivasi (dorongan) yang banyak dijumpai dalam
kehidupan. Karena seseorang memperoleh motivasi yang kuat, misalnya
untuk memperoleh keuntungan besar maka pemikirannya berjalan dengan
cepat dan tepat.
Inteligensi dapat dibedakan atas dua macam, yaitu yang praktis
dan teoretis. Inteligensi praktis erat hubungannya dengan pekerjaan
sehinggga merupakan kegiatan keterapilan atau yang bersifat teknis.
Dalam usaha perekrutan pegawai di suatu kantor, dilakukan pemilihan
atau klasifikasi, seorang yang memiliki inteligensi praktis akan
ditempatkan di lapangan yang mempunyai sifat pekerjaan operasional.
Sedangkan bagi yang memiliki inteligensi teoretis lebih banyak dikaitkan
dengan masalah-masalah yang menggunakan pola berpikir atau hal-hal
yang sifatnya abstrak dan menurut logika dengan cermat dan tepat.
Mereka dikategorikan dalam kelompok ini ditempatkan di staf.
b. Perasaan dan Emosi.
Perasaan dan emosi merupakan dua bagian integral dari keseluruhan
aspek psikis seseorang. Perasaan merupakan warna atau .suasana psikis
seseorang yang mengiringi atau menyertai suatu kegiatan dalam situasi
yang khusus, serta berhubungan dengan adanya kesan setelah kegiatan
berlangsung.
Timbulnya perasaan masih merupakan masalah yang pelik, banyak
teori tentang timbulnya perasaan. James (Amerika) dan Lange (Denmark)
mengatakan bahwa perasaan ditimbulkan oleh adanya kekuatan dari luar
yang disebut stressful situation. Seseorang menangis bukan karena sedih,
melainkan karena menangis ia menjadi sedih. Seseorang bukan karena
takut maka ia lari, melainkan karena lari ia menjadi takut. Seseorang yang
berwajah cerah dikarenakan ia gembira. Dengan demikian, kedua ahli
yang terkenal dengan paham behaviorism itu mengabaikan perasaan
sadar seseorang, kondisi fisik dinilai lebih mewarnai perasaan seseorang.
Pada umumnya, perasaan dibedakan atas dua tingkatan, yaitu
rendah dan luhur. Perasaan rendah sangat erat kaitannya dengan hal-hal
yang sifatnya fisik dan biologis, yang dapat dibedakan atas empat jenis:
perasaan naluri, penginderaan, tanggapan, dan vital. Perasaan naluri
berhubungan dengan dorongan dasar individu, seperti lapar sehingga
ingin makan dan nafsu seks karena memperoleh keturunan. Perasaan
penginderaan timbul, anatara lain karena adanya suara keras sehingga
menutup telinga dan adanya sinar yang silau sekali sehingga menutup
mata. Perasaan tanggapan timbul atas suatu peristiwa, seperti perasaan
gembira karena menerima hadiah dan perasaan sedih karena mendapat
musibah. Perasaan vital timbul karena keadaan, misalnya dalam keadaan
dingin mendorong orang untuk berselimut atau menggunakan mantel dan
sebaliknya dalam suhu yang panas mendorong orang untuk
menggunakan kipas atau AC.
Perasaan luhur sangat erat kaitannya dengan hal-hal yang sifatnya
kerohanian yang memberi cirri-ciri manusiawi. Perasaan luhur dapat dibedakan
atas enam jenis.
1. Perasaan estetis (keindahan) dimiliki oleh manusia sebagai homo
esteticus, seperti manusia mampu membedakan keindahan warna,
bukan hanya hitam putih saja.
2. Perasaan intelek dimiliki oleh manusia sebagai homo sapiens, seperti
ilmu pengetahuan yang meningkatkan taraf hidupnya, manusia
merasa kurang puas apabila yang diinginin belum diperolehnya.
3. Perasaan diri yang pada umumnya diukur dengan diri orang lain
sehingga timbul perasaan kurang percaya diri (minderwaardigheids
complex atau inferieur) dan perasaan lebih percaya diri
(meerwaardigheids complex atau superieur, gede rasa). Orang yang
merasa kurang percaya diri akan bersikap mengecilkan diri sehingga
menarik diri dari pergaulan. Dalam kasus ini, orang sering berusaha
untuk melakukan kompensasi agar kekurangannya paling tidak dapat
diperkecil. Yang berbahaya adalah bila caranya berlebihan sehingga
terjadi kompensasi yang dapat menimbulkan perilaku yang tidak wajar,
misalnya seseorang yang merasa kalah cantik dari kawannya, lalu
memakai make-up secara berlebih-lebihan sehingga menimbulkan hal
yang aneh (norak).
4. Perasaan sosial yang dimiliki oleh manusia sebagai homo socius timbul
karena seseorang dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang
lain sehingga ia memperoleh simpati. Sebaliknya yang tidak dapat
merasakan suasana orang lain akan memperoleh penilaian antipati
atau sifat yang tidak sosial (asosial), misalnya seseorang yang tertawa
terbahak-bahak di tengah suasana orang-orang yang sedang
berkabung.
5. Perasaan etis atau susila yang berkaitan dengan nilai baik dan buruk
dalam masyarakat telah ditentukan norma-normanya, misalnya
mengambil barang orang lain tanpa izin lebih dahulu merupakan
kejahatan yang melanggar norma hukum, kumpul kebo atau zamen
leven (same live) melanggar norma agama atau etika.
6. Perasaan ketuhanan merupakan hasil penghayatan manusia sebagai
homo religius karena manusia sadar bahwa dirinya kecil sebagai mikro-
kosmos dibandingkan dengan kekuatan alam atau Tuhan sebagai
mikro-kosmos. Karena mikro-kosmos sangat menentukan kehidupan
mikro-kosmos maka orang menjadi takut, lalu bersujud atau
menyembah kepada yang Mahakuasa dan Mahatinggi. Sifat-sifat luhur
inilah yang tidak dimiliki oleh makhluk lain.
Yang erat kaitannya dengan perasaan adalah emosi sebagai wujud
perasaan yang kuat. Perasaan hanya menyangkut kerohanian,
sedangakan emosi mempengaruhi rohani dan jasmani. Perasaan tidak
menguasai individu, sedangkan emosi dapat menguasai individu.
Perasaan tidak selalu berhubungan dengan kejadian yang mengesankan
pada individu, sedangkan emosi sangat mengesankan sehingga dapat
berkembang menjadi sentiment. Perasaan berlangsung lama walaupun
kurang kuat, sedangkan emosi berlangsung singkat dan kuat. Bandingkan
dalam praktiknya, bagaimana perasaan seseorang yang sebenarnya halus,
tetapi karena suatu keadaan yang kurang menyenangkan, ia berubah
menjadi emosional.
c.Kemauan (konasi)
Kemauan adalah dorongan kehendak yng terarah pada tujuan-tujuan
hidup tertentu yang dikembalikan oleh pertimbangan akal budi. Secara
fisik kemauan manusia seperti juga pada hewan untuk mencukupi
keperluan fisiknya sebenarnya terbatas. Namun secara psikis manusia
mempunyai sifat serakah cenderung untuk tidak membatasi dirinya.
Manusia mempunyai unsure kebebasan psikis yang cenderung sebagai
nafsu yang tidak terbatas. Karena itu, manusia perlu didik dan dilatih
untuk mengendalikan kemauan dirinya. Dalam hal ini, manusia
memerlukan pendidikan kemauan yang diarahkan pada tujuan hidup yang
positif.
Proses terjadinya kemauan dapat dibedakan menjadi tiga fase.
Pertama, momendorongan merupakan fase yang mengandung motif
pendorongan bagi seseorang untuk melakukan sesuatu. Istilah yang
dikenal dengan motivasi itu dapat menjadi kekuatan yang hebat bagi
seseorang untuk berusaha memperoleh apa yang dikehendakinya. Kedua
momen pilihan merupakan fase seseorang sebagai homo sapiens atau
homo economicus dalam berpikir untuk memilih mana yang akan
dilakukannya dengan mempertimbangkan untung dan ruginya. Ketiga,
momen keputusan merupakan fase yang dijadikan arah yang akan
ditempuh oleh seseorang.
Kemauan dalam kaitannya dengan Ilmu Budaya Dasar akan
melahirkan keindahan. Karena adanya rasa indah itu perlu didukung
oleh adanya kemauan manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah.
Pandangan hidup juga ditentukan oleh kemauan manusia. Dalam hal ini,
setiap manusia bebas memilih pandangan hidup yang sesuai dengan
keyakinan ataupun tanggung jawabnya. Apabila seseorang telah berani
mengambil keputusan yang sesuai dengan kemauannya, pasti ia tidak
akan bimbang dan ragu dalam perjalanan hidupnya.
d. Fantasi.

Menurut Drs. Agus Sujanto, yang dimaksud dengan fantasi adalah


suatu daya jiwa untuk menciptakan sesuatu yang baru. Dengan fantasi,
manusia dapat membuat sesuatu yang baru merupakan suatu kreasi. Dalam
fantasi ini, terpadu unsure pemikiran dan perasaan yang ada pada manusia
yang memungkinkan manusia menciptakan kreasi baru yang dapat
dinikmati.
Ada dua pendapat berbeda yang menggaris bawahi fantasi ini yaitu,
pendapat lam dan pendapat baru. Pendapat lama mengatakan bahwa
fantasi mempunyai sifat yang pasif merupakan fantasi yang tidak
dipimpinoleh akal atau kemauan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari,
berfantasi secara pasif dikatakan melamun atau berkhayal, atau lari dari
kenyatan yang rill sehingga disebut juga sebagai mimpi di siang hari
(daydream). Mereka yang berbuat demuikian hanya akan menyesatkan
hidupnya serta tidak produktif. Namun ada pendapat baru yang mengatakan
bahwa fantasi mempunyai sfat yang aktif, didasari dan dipimpin oleh akal
atau kemauan manusia sehingga bersifat positif.
Fantasi memberikan arti penting dalam kehidupan manusia. Oleh
karena itu, dalam pendidikan diperlukan adanya pengarahan agar anak-
anak mampu berfantasi. Karena dengan fantasia lam pikiran seseorang
dapat dibawa ke negeri yang jauh, dapat juga menerobos masa silam.
fantasi yang berkembang dengan baik misalnya seseorang pembuat film
tentang binatang yang dapat melakukan perbuatan seperti manusia. Film
fantasi ini banyak memberikan daya tarik khusus kepada anak-anak, untuk
berpikir dan kemudian mendorong menciptakan sesuatu yang baru.
Menurut jenisnya fantasi yang didasarkan ada tiga macam, yaitu
Fantasi mencipta, fantasi terpimpin, dan fantasi melaksanakan.
1. Fantasi menciptakan ialah fantasi yang benar-benar dapat
menghasilkan sesuatu yang baru. Dengan kemajuan teknologi manusia
dapat menciptakan film fantasi. Contohnya Batman yaitu orang yang
diumpakan dapat terbang seperti kelelawar yang dijadikan
lambangnya.
2. Fantasi terpimpin ialah fantasi yang timbul karena adanya perangsang
dari luar. Misalnya seorang penulis novel jika ingin dikatakan berhasil
harus dapat membawa pembacanya ke fantasi yang diinginkannya.
3. Fantasi melaksanakan merupakan perpaduan antara fantasi mencipta
dan fantasi terpimpin. Contohnya seorang penyanyi yang ingin berhasil
dalam membawakan lagu penciptaan, walaupun secara tidak langsung
lagu itu telah membawanya ke dunia percintaan (fantasi terpimpin),
tetapi agar dapat lebih mengekspresikan, ia harus berfantasi atau
mengingat kembali bagaimana ia dahulu sedang bermesraan dengan
kekasihnya (fantasi mencipta/ kreasi). Dengan cara demikian, ia akan
berhasil dalam membawakan misinya.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan
bahwa fantasi ini penting dan memiliki kegunaan dalam kehidupan
manusia. Antara lain, dengan kemampuan berfantasi manusia dapat
menciptakan sesuatu yang baru.
Keempat daya yang dimiliki manusia diatas, yaitu akal, perasaan dan
emosi, kemauan, dan fantasi merupakan hal-hal yang, menentukan
perilaku seseorang. Secara umum perbedaan anatara manusia yang satu
dan yang lain ditentukan oleh dua Faktor, yaitu pembawaan dan
lingkungan.
Faktor pertama adalah pembawaan atau keturunan (hereditas)
yang terbentuk pada waktu terjadi pembuahan (fertilization). Berdasarkan
keturunan yang menentukan kepribadian seseorang, banyak
permasalahan yang timbul terutama dalam kaitannya dengan perkawinan.
Sejak zaman dahulu, orang-orang sering mengkaitkan tiga unsure dalam
perkawinan, yaitu bibit, bobot, dan bebet. “Bibit” mengandung pengertian
keturunan, kenudian ditambah dengan “bobot” artinya kedudukan dan
“bebet” artinya harta, ketiganya dijadikan pertimbangan untuk dijadikan
calon menantu.
Dengan berpegang kepada tiga hal di atas, diharapkan
perkawinan yang akan dilangsungkan dapat “bahagia” walaupun sampai
sekarang masih belum dapat ditentukan, berapa persen Faktor
keturunan akan menentukan pribadi seseorang. Namun pada umumnya
orang berpendapat bahwa keturunan orang baik-baik akan menurunkan
keturunan yang baik juga, sehingga orang-orang beranggapan bahwa
Faktor keturunan merupakan alam pertama (primary nature) yang
menentukan jati diri seseorang dalam masa kelahiran (pre-natal)
Faktor kedua adalah lingkungan (environment) yang merupakan
alam kedua (secondary nature) dalam masa setelah kelahiran (post-
natal) yang ikut membentuk karakter seseorang, bahkan memodifikasi
temperamennya sehingga membentuk suatu pribadi tertentu.
Lingkungan pertama yang ikut membentuk pribadi seseorang adalah
keluarga, terutama pada masa seseorang masih kanak-kanak.
Lingkungan kedua adalah lingkungan sekolah yang berperan pada
masa seseorang menjelang dewasa. Lingkungan ketiga adalah
masyarakat yang berperan penting waktu seseorang menjadi dewasa.
Jika pada lingkungan pertama, ibu atau ayah yang menjadi idola
seseorang, dalam lingkungan ketiga tokoh dalam masyarakatlah yang
menjadi idolanya. Misalnya apabila seseorang yang memiliki perhatian
dalam dunia politik, maka tokoh politiklah yang menjadi idolanya.
Kedua Faktor di atas, dalam praktiknya saling isi-mengisi agar
dapat membentuk suatu kepribadian yang utuh atas diri seseorang.
Kepribadian yang utuh dapat dilihat misalnya seseorang yang
berketurunan Batak dan dilahirkan di tanah Batak, maka dalam hidunya
orang itu akan berprilaku sebagai seorang Batak. Lain halnya apabila
orang keturunan Batak dilahirkan dan dibesarkan di jawa maka ia tidak
akan berprilaku Batak tulen, tetapi berprilaku Batak-Jawa.
D. Tipologi Manusia
Tipologi (typology) adalah pengetahuan yang mencoba
menggolong-golongkan manusia atas dasar kepribadian. Secara garis
besarnya pribadi manusia terdiri atas individualitas biologis dan
individualitas psikologis bahwa setiap manusia memiliki dua aspek, yaitu
aspek jasmaniah dan aspek rohaniah. Secara umum manusia memiliki
kesamaan dalam susunan jasmaninya, walaupun terdapat juga perbedaan
individual, namun tidak merupakan masalah pokok. Sedangkan
kepribadian atas dasar psikologia terasa lebih mencolok dalam tiga tingkat
kehidupannya. Pertama, pada tingkat vital terdapat kemampuan-
kemampuan psikis yang langsung berhubungandengan penghayatan
tubuh manusia, seperti perasaan haus, lapar, dan seks. Tingkat kedua
adalah tingkat psikologis sosial merupakan kemampuan-kemampuan
menangkap dan menghayati dalam bentuk yang konkret, seperti dorongan
hidup berkelompok, dorongan berkuasa, dan dorongan mengabdi. Ketiga
merupakan tingkat psiko-human yang didalamnya terdapat dorongan
manusia yang universal pada system nilai dan nilai religius. Sifat-sifat
totalitas manusia, baik yang bersamaan maupun yang berbeda
merupakan suatu totalitas kepribadian.
Kepribadian seseorang tersususun atas dasar vitalitas jasmani
dan rohaninya, di samping ada Faktor temperamen, karakter, dan baker.
Vitalitas jasmani seseorang tergantung pada konstruksi tubuhnya yang
terpengaruh oleh Faktor hereditas sehingga keadaannya dapat dikatakan
tetap atau konstan dan merupakan daya hidup yang sifatnya jasmaniah.
Sedangkan vitalitas psikis merupakan daya hidup psikis dan merupakan
energi hidup yang belum terarah secara intens, sebagian tergantung pada
alam lingkungan yang ikut membentuknya.
Tipologi manusia yang didasarkan pada kondisi tubuh manusia
antara lain dikemukakan oleh Lavater dan Galenus. Johann Gasper
Lavater (1741-1801). Seorang ahli berkebangsaan Jerman membedakan
tipe manusia berdasarkan tubuh. Lavater mengatakan bahwa tubuh yang
gemuk biasanya mempunyai tipe tenang dan sabar. Sedangkan mereka
yang bertubuh kecil dan panjang mempunyai tipe yang lincah dan kurang
sabar. Lebih jauh, ia juga mengemukakan tentang ilmu wajah
(fisiongnomis). Dahi dan alis mata menurutnya dapat memberikan
indikasi-indikasi tertentu mengenai inteligensi seseorang, sedangkan
hidung dan pipi mencerminkan kehidupan moral dan emosional. Mulut dan
dagu merefleksikan kehidupan yang masih animal dan mata
mencerminkan segenap kehidupan psikisnya.
Seorang pemikir Yunani kuno dan murid Hypocrates (ahli
kedokteran) yang bernama Claudius Galenus (129-200) mengadakan
tipologi berdasarkan tempramen, yaitu atas dasar cairan-cairan yang
terdapat dalam tubuh. Claudius menyebutjkan ada empat tipe manusia,
yaitu sanguinikus, melankholikus, kholerikus, dan flegmatikus.Berikut
penjelasannya masing-masing.

a. Tipe Sanguinikus
Orang – orang yang bertipe sanguinikus merupakan orang-orang
yang memiliki darah (sangai) yang banyak dalam tubuhnya. Perasaan
dasar (stemming dasar) orang demikian adalah riang dan optimis. Hal-hal
yang positif pada mereka antara lain adalah percaya kepada diri sendiri,
tidak takut menghadapi masa depan, mudah menyesuaikan diri, gerak
dan bicaranya banyak, dan mudah mengambil prakarsa.
Sedangkan yang negative, antara lain sifatnya mendatar,
perasaannya tidak stabil, kurang konsekuan, hidupnya kurang tertatur,
dan reaksinya tidak dipikirkan dalam-dalam. Yang cocok sebagai
partnernya adalah tipe flegmatis.
b. Tipe Melankholikus
Orang yang mempunyai tipe melankholikus memiliki banyak
empedu hitam (melankhole) dalam tubuhnya. Perasaan dasarnya adalah
sedih sehingga keadaanya kebalikan dari tipe sanguinikus. Segi
negatifnya adalah mereka selalu ketakutan, perasaannya mudah
tersentuh, sulit menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan sikapnya
kurang bergairah. Segi positifnya adalah berhati-hati dalam tindakannya,
konsekuen, mudah menepati janji, dan stabil jiwanya.
C. Tipe Kholerikus
Orang yang bertipe kholerikus, dalam tubuhnya banyak terdapat
empedu kuning (kholert), dengan perasaan dasarnya selalu merasa kurang
puas. Segi-segi negatifnya jauh lebih banyak daripada positifnya, antara
lain selalu gelisah, lekas eksplosif, mudah emosional, dan menag terus
atau menang sendiri, objektivitasnya kurang, kurang punya reserve atas
perasaannya sendiri, kurang rasional, dan mudah tersinggung. Segi
positifnya, perasaannya hebat dan kuat, kesukaran diatasi dengan energi
yang berkelebihan dan banyak prakarsa dalam usahanya.
d. Tipe Flegmentasi
Orang-orang flegmatikus dalam tubuhnya terdapat banyak lender
(flegma) dengan perasaan dasarnya tenang, netral, dan tidak ada warna
perasaannya yang jelas. Segi positifnya, antara lain tidak banyak
ketegangan perasaan, mudah merasa memiliki harapan-harapan yang
hebat, tidak emosional, tidak mudah terharu, tidak mudah panik, bersikap
tertib dan teratur, dan mudah mengampuni. Segi negatifnya, antara lain
perasaannya tidak begitu kuat (peka), dingin hati, penyesuaian terhadap
lingkungan selalu terlambat, peranannya reaktif atau pasif, menjemukan,
dan bersikap agak koservatif.
Gerardus Heymans (1857-1930), seorang ahli psikologis bangsa
Belanda mengadakan tipologi berdasarkan atas aspek kejiwaan. Heymans
membagi manusia atas delapan tipe, yaitu nerveus, sentimental,
kholerikus, sanguinkus, flegmatikus, apathikus, amorf, dan gepassioneerd.
A. Tipe Nerveus (selalu gugup) merupakan lawan dari tipe flegmatikus.
Ia dikuasai keadaan sesaat yang meluap-luap, perasaannya mudah
tersinggung, suka bicara keras-keras, haus akan emosi, kurang peka
terhadap objektivitas.
B. Tipe Sentimental (terlalu perasa, rapuh hati) merupakan lawan dari
tipe sangkuinikus. Ia sangat perasa, pemalu, tertutup, berat dalam
memandang suatu persoalan.
C. Tipe Kholerikus (kholeris artinya muda marah) merupakan lawan dari
apathikus.
D. Tipe Sanguinikus merupakan lawan tipe amorf, flegmatikus, ataupun
gepassioneerd.
E. Tipe Flegmatikus merupakan lawan dan tipe nerveus.
F. Tipe Apathikus (artinya tidak atau tanpa, pathos atau pathe
artinya persaan) merupakan lawan tipe kholerikus. Ciri-ciri mereka
adalah aktivitasnya lamban, menyukai cara yang mudah, suka berpikir
panjang, cenderung tidak suka berbuat sesuatu, sosiobilitasnya
lemah, sukar berdamai, suka menarik diri, acuh tak acuh terhadap
pendapat orang lain.
G. Tipe Amorf (artinya tidak, morphe artinya bentuk) merupakan lawan
dari tipe gepassioneerd. Ciri-cirinya antara lain aktivitasnya rendah,
suka menunda-nunda, sifatnya datar, ceroboh, tidak idealis, perasaan
terikatnya lemah, rasa kebersamaannya terhadap orang lain kurang.
H. Tipe Gepassioneerd (passie atau passio artinya derita atau hawa
nafsu) merupakan lawan tipe amorf. Ciri-ciri yang dimilikinya adalah
selalu sibuk dan rajin, jangkauannya jauh kedepan, hidup sangat
teratur, penuh cita-cita besar, perasaan keterikatannya sangat kuat.

Anda mungkin juga menyukai