Anda di halaman 1dari 45

LBM 2 KGD

esak Nafas Hebat & Pusi

SGD 4
EKO DESKURNIAWAN - 012116376

PENYEBAB
Anafilaksis bisa tejadi sebagai respon terhadap berbagai
alergen.
Penyebab anafilaksis yang paling sering ditemukan adalah:

Gigitan/sengatan serangga
Serum kuda (digunakan pada beberapa jenis vaksin)
Alergi makanan
Alergi obat
Latex

Anafilaksis mulai terjadi ketika alergen masuk ke dalam


aliran darah dan bereaksi dengan antibodi IgE. Reaksi ini
merangsang sel-sel untuk melepaskan histamin dan zat-zat
lain yang terlibat dalam reaksi kekebalan.
Beberapa jenis obat-obatan (misalnya polymyxin, morfin,
zat warna untuk rontgen) bisa menyebabkan reaksi
anafilaktoid (reaksi yang menyerupai anafilaksis). Tidak
seperti reaksi anafilaksis, reaksi anafilaktoid dapat terjadi
pada paparan pertama zat tertentu. Reaksi anafilaktoid
bukan merupakan suatu reaksi alergi karena tidak
dihasilkan oleh antibodi IgE. Reaksi anafilaktoid biasanya

Bagan lengkap syok


Reaksi Hipersensitivitas
(Anafilaktik )
anafilatik

Source : Imunologi dasar

N
0
1

MEDIATO
EFEK
R
Histamin H1 : peningkatan permeabilitas
vasodilatasi, konstriksi otot polos

vascular,

H2 : sekresi mukosa gaster, aritmia jantung


2
3

PG

Vasodilatasi, konstriksi otot polos, agregasi


trombosit
Bradikinin Peningkatan
permeabilitas
vascular,
vasodilatrasi, stimulasi ujung saraf nyeri

Lipoksin

Bronkonostriksi

Leukotrie
n

Konstriksi
otot
polos,
peningkayan
permeabilitas kapiler, kemotaksi

Source:
Fisiologi Guyton and
Hall
Patofisiologi Sylvia

Anafilaksis dikelompokkan dalam


hipersensitivitas tipe 1 atau reaksi
tipe segera (immediate type
reaction) oleh Coomb dan Gell
(1963). Anafilaksis diperantarai
melalui ikatan antigen kepada
antibodi IgE pada sel mast jaringan
ikat di seluruh tubuh individu dengan
predisposisi genetik, yang
menyebabkan terjadinya pelepasan
mediator inflamasi.

Urutan kejadian reaksi tipe I adalah sebagai


berikut:
1. Fase sensitasi yaitu waktu yang
dibutuhkan untuk pembentukan IgE
sampai diikatnya dengan reseptor
spesifik pada permukaan sel mast dan
basofil. Alergen yang masuk lewat kulit,
mukosa, saluran nafas atau saluran
pencernaan yang ditangkap oleh
makrofag. Makrofag segera
mempresentasikan antigen tersebut
kepada limfosit T yang akan
mensekresikan sitokin (IL-4, IL-3) yang
menginduksi limfosit B berfloriferasi
menjadi sel plasma (plasmosit).
Plasmosit akan memproduksi IgE

2. Fase aktivasi yaitu waktu yang


diperlukan antara pajanan ulang
dengan antigen yang sama dan
sel mast melepas isinya yang
berisikan granul yang menimbulkan
reaksi.
3. Fase efektor yaitu waktu
terjadinya respon yang kompleks
(anafilaksis) sebagai efek mediatormediator yang dilepas sel mast.

Sensitisasi yang diikuti oleh reaksi dapat


merupakan reaksi sendiri atau kombinasi
dengan hapten, sintesis IgE atau dapat
pula terikat pada permukaan sel mast atau
bisofil. Pada re-exposure antigen terikat
IgE, dipermukaan sel dapat terjadi
degranulasi sel mast sehingga
dibebaskan histamin, slow-reacting
substance of anaphylaxis (SRS-A),
eosinophilic chemotactic factor
anaphylaxis (ECF-A)
Tekanan arteri ditentukan oleh sfingter
arteriol. Bila sfingter ini berelaksasi
secara sistemik maka terjadilah shock
distributif. Ada empat hal yang

Secara neural, reseptor stimulasi adrenergik


alfa menyebabkan vasokontriksi akan tetapi
stimulasi adrenergik beta vasodilatasi. Adanya
zat mediator di dalam sirkulasi seperti
katekolamin, angoitensin dan mediator inflamasi
menyebabkan tonus vaskuler sistemik menurun.
Sementara hormon glukokortikoid menambah
sensitivitas terhadap katekolamin. Autoregulasi
terutama terdapat sebagai mekanisme pembuluh
darah ginjal dan otak untuk mempertahankan
pengaliran darah ke kedua organ ini bila terjadi
penurunan tekanan darah sistemik. Mediator lokal
mungkin sebagai pertahanan terakhir pembuluh
darah. Zat-zat seperti kalium, hidrogen, adenosin,
karbon dioksida dan asam laktat yang dihasilkan
oleh sel dapat menyebabkan vasodilatasi. Bila
terjadi pengurangan resistensi vaskuler secara
sistemik ( SVR ) menyebabkan tekanan darah

Antigen merangsang sel B untuk membentuk IgE dengan


bantuan sel Th2. IgE diikat oleh sel mast dan basofil
melalui reseptor Fc. Sel mast banyak ditemukan pada
jaringan ikat di bawah permukaan epitel, termasuk pada
jaringan submukosa traktus gastrointestinal, traktus
respiratorius, dan pada lapisan dermis kulit. Apabila
tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka
antigen tesebut akan diikat oleh IgE yang sudah ada
pada permukaan sel mast/basofil. Akibat ikatan antigen
IgE, sel mast/basofil mengalami degranulasi dan
melepas mediator antara lain histamin, leukotrien, dan
prostaglandin.Respon fisiologis terhadap mediator
tersebut antara lain spasme otot polos pada traktus
respiratorius dan gastrointestinal, vasodilatasi,
peningkatan permeabilitas vaskular, dan stimulasi ujung
saraf sensorik. Hal tersebut menyebabkan timbulnya
gejala klasik anafilaksis seperti flushing (kemerahan),
urtikaria, pruritus, spasme otot bronkus, dan kram pada
abdomen dengan nausea, vomitus, dan diare. Hipotensi
dan syok dapat tejadi sebagai akibat dari kehilangan

Histamin memperantarai efek tersebut di


atas melalui aktivasi resptor histamin 1 (H1)
dan histamin 2 (H2). Vasodilatasi diperantarai
oleh baik reseptor H1 maupun H2. reseptor H2
membeikan efek langsung pada otot polos
sementara reseptor H1 menstimulasi sel
endotel untuk memproduksi NO. Efek pada
jantung sebagian besar diperantarai oleh
reseptor H2. Resptor H1 secara primer
bertanggungjawab untuk kontraksi otot polos
extravaskular (misalnya otot bronkus dan otot
gasrointestinal).

(Johnson RF, Peebles RS. Anaphylactic Shock: Pathophysiology,


Recognition, and Treatment. Emedicine.)
(Krause RS. Anaphylaxis. 2008. Available from URL:
www.emedicine)
(Working Group of the Resuscitation Council (UK). Emergency

Mengapa didapatkan sesak nafas hebat


dan pusing setelah mendapatkan
suntikan
ketorolac ?
KETOROLAC (Ketorolac
tromethamine)
Indikasi
Ketorolac adalah obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID).
Indikasi penggunaan ketorolac adalah untuk inflamasi
akut dalam jangka waktu penggunaan maksimal selama
5 hari. Ketorolac selain digunakan sebagai anti inflamasi
juga memiliki efek anelgesik yang bisa digunakan
sebagai pengganti morfin pada keadaan pasca operasi
ringan dan sedang.
Farmakodinamik
Efeknya menghambat biosintesis prostaglandin. Kerjanya
menghambat enzim siklooksogenase (prostaglandin
sintetase). Selain menghambat sintese prostaglandin,
juga menghambat tromboksan A2. ketorolac
tromethamine memberikan efek anti inflamasi dengan
menghambat pelekatan granulosit pada pembuluh darah
yang rusak, menstabilkan membrane lisosom dan

Farmakokinetik
Ketorolac tromethamine 99% diikat oleh protein. Sebagian
besar ketorolac tromethamine dimetabolisme di hati.
Metabolismenya adalah hidroksilate, dan yang tidak
dimetabolisme (unchanged drug) diekresikan melalui urin.
Dosis
Ketorolac tromethamine tersedia dalam bentuk tablet dan
injeksi. Pemberian injeksi lebih dianjurkan. Pemberian
Ketorolac tromethamine hanya diberikan apabila ada
indikasi sebagai kelanjutan dari terapi Ketorolac
tromethamine dengan injeksi. Terapi Ketorolac
tromethamine baik secara injeksi ketorolac ataupun tablet
hanya diberikan selama 5 hari untuk mencegah ulcerasi
peptic dan nyeri abdomen. Efek analgesic Ketorolac
tromethamine selama 4-6 jam setelah injeksi.
Untuk injeksi intramuscular:
Pasien dengan umur <65 tahun diberikan dosis 60 mg
Ketorolac tromethamine/dosis.
Pasien dengan umur >65 tahun dan mempunyai riwayat
gagal ginjal atau berat badannya kurang dari 50 kg,

Untuk injeksi intravena:


Pasien dengan umur <65 tahun diberikan dosis 30 mg
Ketorolac tromethamine/dosis.
Pasien dengan umur >65 tahun dan mempunyai riwayat
gagal ginjal atau berat badannya kurang dari 50 kg,
diberikan dosis 15 mg/dosis.
Pemberian ketorolac tromethamine baik secara injeksi
maupun oral maksimal:
Pasien dengan umur <65 tahun diberikan dosis 120
mg/hari. Bila diberikan dengan injeksi intravena, maka
diberikan setiap 6 jam sekali.
Pasien dengan umur >65 tahun maksimal 60 mg/hari.
Efek Samping
Selain mempunyai efek yang menguntungkan, Ketorolac
tromethamine juga mempunyai efek samping, diantaranya :
Efek pada gastrointestinal
Ketorolac tromethamine dapat menyebabkan ulcerasi
peptic, perdarahan dan perlubangan lambung. Sehingga
Ketorolac tromethamine dilarang untuk pasien yang sedang
atau mempunyai riwayat perdarahan lambung dan ulcerasi

Efek pada ginjal


Ketorolac tromethamine menyebabkan gangguan atau
kegagalan depresi volume pada ginjal, sehingga dilarang
diberikan pada pasien dengan riwayat gagal ginjal.
Resiko perdarahan
Ketorolac tromethamine menghambat fungsi trombosit,
sehingga terjadi gangguan hemostasis yang
mengakibatkan risiko perdarahan dan gangguan
hemostasis.
Reaksi hipersensitivitas
Dalam pemberian Ketorolac tromethamine bias terjadi
reaksi hypersensitivitas dari hanya sekedar spasme bronkus
hingga shock anafilaktik, sehigga dalam pemberian
Ketorolac tromethamine harus diberikan dosis awal yang
rendah.
Kontra Indikasi
ketorolac tromethamine dikontra indikasikan untuk pasien
dengan riwayat gagal ginjal, riwayat atau sedang menderita
ulcerasi peptic, angka trombosit yang rendah. Untuk
menghindari terjadinya perdarahan lambung, maka

Sistem pernafasan:
Gangguan respirasi dapat dimulai berupa bersin,
hidung tersumbat atau batuk saja yang kemudian
segera diikuti dengan udema laring dan
bronkospasme. Kedua gejala terakhir ini
menyebabkan penderita nampak dispnue sampai
hipoksia yang pada gilirannya menimbulkan
gangguan sirkulasi, demikian pula sebaliknya,
tiap gangguan sirkulasi pada gilirannya
menimbulkan gangguan respirasi. Umumnya
gangguan respirasi berupa udema laring dan
bronkospasme merupakan pembunuh utama
pada syok anafilaktik.
Prof. Dr. A.Husni Tanra, Ph.D, Sp.An, KIC,
Bagian Anestesiologi dan Perawatan
Intensif Fakultas Kedokteran Universitas

Apa Tanda dan gejala


syok
Syok adalah
suatu sindrom klinis akibat kegagalan akut
?
fungsi sirkulasi yang menyebabkan ketidakcukupan
perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan
akibat gangguan mekanisme homeostasis. Berdasarkan
penelitian Moyer dan Mc Clelland tentang fisiologi keadaan
syok dan homeostasis, syok adalah keadaan tidak
cukupnya pengiriman oksigen ke jaringan. Sirkulasi
darah berguna untuk mengantarkan oksigen dan zat-zat
lain ke seluruh tubuh serta membuang zat-zat sisa yang
sudah tidak diperlukan.
Syok merupakan keadaan gawat yang membutuhkan terapi
yang agresif dan pemantauan yang kontinyu atau terusmenerus di unit terapi intensif.
Syok secara klinis didiagnosa dengan adanya gejala-gejala
sebagai berikut:
1. Hipotensi: tekanan sistole kurang dari 80 mmHg atau
MAP (mean arterial pressure / tekanan arterial rata-rata)
kurang dari 60 mmHg, atau menurun 30% lebih.

Obat-obat apa saja yang harus ada pada


kasus emergency ?

OBAT OBATAN EMERGENCY


ADRENALIN (EPINEPHRIN).
Pada syok anafilaktik untuk mengatasi gangguan sirkulasi
dan menghilangkan bronchospasme.
Pada syok ringan dosis 0,3 - 0,5 mg sub cutan dalam
larutan 1: 1000 (1 cc = 1 mg).
Pada syok berat dapat diulang atau ditingkatkan 0,5 - 1 mg.
Pada RJP diharapkan merangsang reseptor alfa agar terjadi
vasokonstriksi perifer dan merangsang reseptor beta di
jantung agar pembuluh darah koroner dilatasi hingga aliran
darah ke myokard jadi lebih baik.
Adrenalin mengubahFine Ventricular
FibrillationmenjadiCoarse Ventricular Fibrillationyang
lebih mudah disembuhkan dengan DC Shock (defibrilasi)
dosis anjuran 0,5 - 1 mg dalam larutan 1 : 10.000 (1mg
dilarutkan menjadi 10 cc) kalau perlu diulang tiap 5 menit
karena masa kerjanya pendek.
Suntikan intra kardial tidak dianjurkan karena
menyebabkan pneumothorak, kerusakan koronaria atau

EPHEDRINE.
Obat simpatomimetik .
Kerja ganda : secara langsung pada reseptor adrenergik dan secara
tidak langsung dengan merangsang pengeluaran katekolamin.
Efeknya sama dengan adrenalin potensinya lebih lemah tapi masa
kerjanya 7 - 10 kali lebih panjang.
Selama anestesi untuk mengatasi hipotensi akibat blok spinal atau
depresi Halothan.
Dosis 10 - 50 mg IM atau 10 - 20 mg IV.
DOPAMINE.
Obat precursor katekolamin.
Dosis 2 - 5 mikrogram / kg BB / menit.
Khasiat inotropik menaikkan curah jantung disertai sedikit kenaikan
tekanan darah dan deenyut nadi.
Dosis lebih tinggi 5 - 10 mikrogram/kg BB menyebabkan takhicardi
dan mungkin aritmia.
Jika lebih dari 10 mikrogram / kg BB / menit efek yang menonjol
adalah vasokonstriksi perifer.
Dipakai untuk mempertahankan tekanan darah dan perfusi pada syok
septik, syok kardiogenik dan pasca resusitasi jantung.

ATROPIN (SULFAS ATROPIN).


Obat parasimpatolitik.
Bekerja menghambat pengaruh Nervus Vagus pada SA
Node (Vagolytic).
Dapat meningkatkan denyut nadi pada pasien sinus
bradicardi atau blok AV derajat 1 atau derajat 2.
Dosis dewasa 0,5 mg IV dapat diulang sampai 2 mg.
Dosis bayi 0,01 mg/kg BB tanda overdosis atropin pada bayi
kenaikan suhu tubuh (hipertermia).
LIDOKAIN
Obat pilihan untuk aritmia ventrikuler .
Efek segera dan masa kerjanya pendek. IV bolus memberi
kadar puncak dalam 10 detik dan berlangsung sampai 30
menit.
Dosis IV 1 - 1,5 mg / kgbb. Dosis pemeliharaan dalam
tetesan infus 15 - 50 mikrogram / kg BB.
Gejala intoksikasi pada SSP berupa penurunan kesadaran
(somnolen), gangguan bicara sampai konvulsi.
Gejala intoksikasi pada sirkulasi berupa depresi myokard,

CEDILANID.
Untuk obat tachyaritmia supraventrikuler dan kegagalan
jantung kongestif.
Mulai bekerja 10 - 30 menit stelah penyuntikan IV.
Dosis digitalisasi totalnya 0,8 - 1,6 mg IV yg dibagi dalam 4
kali pemberian selang 3 - 6 jam diikuti dosis pemeliharaan.
Dosis pemeliharaan 0,2 mg IM tiap 12 jam (dosis yang
diperlukan bergantung respon individual).
Gejala intoksikasi berupa bradikardi, AV blok dan fibrilasi
ventrikel. Intoksikasi lebih mudah terjadi pada keadaan
hipokalemia.
DEXAMETHASONE.
Obat golongan glukokortikoid yang memiliki efek anti
inflamasi dan anti edema yang sangat kuat .
Digunakan untuk mengurangi edema otak pasca trauma
dan pasca RJP (pada fase dini) dan untuk mengatasi edema
laring pasca intubasi.
Dosis 0,2 mg / kg BB IV dapat diulangi tiap 6 jam.

FUROSEMIDE.
Diuretik yang bekerja cepat dalam waktu 2 - 10 menit
setelah pemberian IV.
Dosis IV 0,5 - 2 mg / kg BB.
Untuk payah jantung kongestif dan edema paru akut.
Pada edema serebri pasca trauma untuk menurunkan
tekanan intrakranial dan menyebabkan berkurangnya
prooduksi CSF.
NATRIUM BICARBONAT (Na. Bic).
Untuk koreksi asidosis metabolik, potensi anestetik lokal,
terapi tambahan hiponatremia simptomatik akutdan
alkalinisasi urine.
Dosis pada henti jantung 1 mEq / kg BB IV, maintenance
0,5 mEq / kg BB tiap 10 menit setelah henti jantung.
Dosis pada asidosis: BB(kg) x Defisit basa (mEq/l) x 0,3 (pd
bayi 0,4) pemberian Bic separuhnya. Dosis maksimum 8
mEq / kg / hari.
Dosis hiponatremia simptomatik akut 1 mEq / kg BB IV

Mengapa pasien diberikan


obat inotropik dan
vasopressor dan contoh
Inotropik adalah agen obat yang berperan dalam
obatnya
kontraksi otot jantung
(miokardium).?Inotropik dibagi
dalam dua agen yaitu :
1. Agen inotropik positif : agen yang meningkatkan
kontraktilitas miokard, dan digunakan untuk
mendukung fungsi jantung dalam kondisi seperti
gagal jantung, syok kardiogenik, syok septic,
kardiomiopati.
Contoh agen inotropik positif meliputi : Berberine,
Omecamtiv, Dopamin, Epinefrin (adrenalin), isoprenalin
(isoproterenol), Digoxin, Digitalis, Amrinon, Teofilin

2. Agen inotropik negative : agen menurunkan


kontraktilitas miokard, dan digunakan untuk
mengurangi beban kerja jantung.
Contoh agen inotropik negative meliputi : Carvedilol,

Obat dari golongan Vasopressor


Efinefrin
Norefeniferin
Dopamin
Felinefrin
Obat yang dipilih dari golongan vasopressor adalah efinefrin.
Berdasarkan penatalaksanaan syok anafilaktik, apabila
diagnosis telah ditegakkan, pemberian efinefrin sebagai lini
pertama tidak boleh ditunda. Efinefrin merupakan analog
mediator kimiawi efinefrin di dalam tubuh yang bekerja
sebagai neurotrasmitter eksitasi pada neuron post sinaptik
pada sistem saraf simpatis sehingga efeknya dapat
menyebabkan konstriksi pada pembuluh darah, meningkatkan
kerja jantung, dan dilatasi saluran nafas.

Isi dari loading cairan yang diberikan


Cairan Kristaloid
pada pasien
Merupakan larutan dengan air (aqueous) yang terdiri dari
molekul-molekul kecil yang dapat menembus membran kapiler
dengan mudah. Biasanya volume pemberian lebih besar, onset
lebih cepat, durasinya singkat, efek samping lebih sedikit dan
harga lebih murah.
1. Normal Saline
Komposisi (mmol/l) : Na = 154, Cl = 154.
Kemasan : 100, 250, 500, 1000 ml.
Indikasi :
a. Resusitasi
b. Diare
c. Luka Bakar
d. Gagal Ginjal Akut
Kontraindikasi : hipertonik uterus, hiponatremia, retensi
cairan. Digunakan dengan pengawasan ketat pada CHF,
insufisiensi renal, hipertensi, edema perifer dan edema paru.
Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume

2. Ringer Laktat (RL)


Komposisi (mmol/100ml) : Na = 130-140, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl =
109-110, Basa = 28-30 mEq/l.
Kemasan : 500, 1000 ml.
Cara Kerja Obat : keunggulan terpenting dari larutan Ringer Laktat
adalah komposisi elektrolit dan konsentrasinya yang sangat serupa
dengan yang dikandung cairan ekstraseluler. Natrium merupakan
kation utama dari plasma darah dan menentukan tekanan osmotik.
Klorida merupakan anion utama di plasma darah. Kalium merupakan
kation terpenting di intraseluler dan berfungsi untuk konduksi saraf
dan otot. Elektrolit-elektrolit ini dibutuhkan untuk menggantikan
kehilangan cairan pada dehidrasi dan syok hipovolemik termasuk
syok perdarahan.
Indikasi : mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan
dehidrasi dan syok hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai
karena menyebabkan hiperkloremia dan asidosis metabolik, karena
akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat
metabolisme anaerob.
Kontraindikasi : hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati,
asidosis laktat.
Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume yang
besar, biasanya paru-paru.

3. Dekstrosa
Komposisi : glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l (20%).
Kemasan : 100, 250, 500 ml.
Indikasi : sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk
keperluan hidrasi selama dan sesudah operasi. Diberikan pada
keadaan oliguria ringan sampai sedang (kadar kreatinin kurang dari
25 mg/100ml).
Kontraindikasi : Hiperglikemia.
Adverse Reaction : Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah
dapat menyebabkan iritasi pada pembuluh darah dan tromboflebitis.
4. Ringer Asetat (RA)
Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup
banyak diteliti. Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana
laktat terutama dimetabolisme di hati, sementara asetat
dimetabolisme terutama di otot.
Indikasi : sebagai pengganti kehilangan cairan akut (resusitasi),
misalnya pada diare, DBD, luka bakar/syok hemoragik; pengganti
cairan selama prosedur operasi; loading cairan saat induksi anestesi
regional; priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal; dan
juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi.
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu
tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5, 50,

Cairan

Glukos
Na
Cl
K
Ca
Laktat Asetat
a
Tonusitas (mmol/ (mmol/ (mmol/ (mmol/
(mmol/ (mmol/
(mg/dl
l)
l)
l)
l)
l)
l)
)

NaCl 0,9 % 308 (isotonus)


Saline
Dextrose 5
%
D5NS
D5 NS

154
(hipotonus)
253
(hipotonus)
561
(hipertonus

154

154

77

77
5000

154

154

5000

330 (isotonus) 38,5

38,5

5000

51

51

3333

130

109

2/3 D & 1/3


Hipertonus
S
Ringer
273 (isotonus)
Laktat
D5 RL

273 (isotonus)

130

109

Ringer
Asetat

273,4
(isotonus)

130

109

28
50

28
28

Cairan Koloid
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang sulit
menembus membran kapiler, digunakan untuk mengganti cairan
intravaskuler. Umumnya pemberian lebih kecil, onsetnya lambat,
durasinya lebih panjang, efek samping lebih banyak, dan lebih mahal.
1. Albumin
Komposisi : Albumin yang tersedia untuk keperluan klinis adalah
protein 69-kDa yang dimurnikan dari plasma manusia (cotoh: albumin
5%).
Albumin merupakan koloid alami dan lebih menguntungkan karena :
volume yang dibutuhkan lebih kecil, efek koagulopati lebih rendah,
resiko akumulasi di dalam jaringan pada penggunaan jangka lama yang
lebih kecil dibandingkan starches dan resiko terjadinya anafilaksis lebih
kecil.
Indikasi :
Pengganti volume plasma atau protein pada keadaan syok hipovolemia,
hipoalbuminemia, atau hipoproteinemia, operasi, trauma,
cardiopulmonary bypass, hiperbilirubinemia, gagal ginjal akut,
pancretitis, mediasinitis, selulitis luas dan luka bakar.
Pengganti volume plasma pada ARDS (Acute Respiratory Distress
Syndrome).
Hipoalbuminemia yang merupakan manifestasi dari keadaan malnutrisi,
kebakaran, operasi besar, infeksi (sepsis syok), berbagai macam kondisi

2. HES (Hydroxyetyl Starches)


Komposisi : Starches tersusun atas 2 tipe polimer glukosa,
yaitu amilosa dan amilopektin.
Indikasi : Penggunaan HES pada resusitasi post trauma
dapat menurunkan permeabilitas pembuluh darah,
sehingga dapat menurunkan resiko kebocoran kapiler.
Kontraindikasi : Cardiopulmonary bypass, dapat
meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi, hal ini
terjadi karena HES berefek antikoagulan pada dosis
moderat (>20 ml/kg). Sepsis, karena dapat meningkatkan
resiko acute renal failure (ARF). Penggunaan HES pada
sepsis masih terdapat perdebatan.
Adverse reaction : HES dapat terakumulasi pada jaringan
retikulo endotelial jika digunakan dalam jangka waktu yang
lama, sehingga dapat menimbulkan pruritus.
Contoh : HAES steril, Expafusin.

3. Dextran
Komposisi : dextran tersusun dari polimer glukosa hasil
sintesis dari bakteri Leuconostoc mesenteroides, yang
ditumbuhkan pada media sukrosa.
Indikasi :
Penambah volume plasma pada kondisi trauma, syok
sepsis, iskemia miokard, iskemia cerebral, dan penyakit
vaskuler perifer.
Mempunyai efek anti trombus, mekanismenya adalah
dengan menurunkan viskositas darah, dan menghambat
agregasi platelet. Pada suatu penelitian dikemukakan
bahwa dextran-40 mempunyai efek anti trombus paling
poten jika dibandingkan dengan gelatin dan HES.
Kontraidikasi : pasien dengan tanda-tanda kerusakan
hemostatik (trombositopenia, hipofibrinogenemia), tandatanda gagal jantung, gangguan ginjal dengan oliguria atau
anuria yang parah.
Adverse Reaction : Dextran dapat menyebabkan syok
anafilaksis, dextran juga sering dilaporkan dapat
menyebabkan gagal ginjal akibat akumulasi molekul-

4. Gelatin
Komposisi : Gelatin diambil dari hidrolisis kolagen bovine.
Indikasi : Penambah volume plasma dan mempunyai efek
antikoagulan,
Kontraindikasi : haemacel tersusun atas sejumlah besar
kalsium, sehingga harus dihindari pada keadaan
hiperkalsemia.
Adverse reaction : dapat menyebabkan reaksi anafilaksis.
Pada penelitian dengan 20.000 pasien, dilaporkan bahwa
gelatin mempunyai resiko anafilaksis yang tinggi bila
dibandingkan dengan starches.
Contoh : haemacel, gelofusine.
Cairan Khusus
Contoh dalam kelompok ini seperti cairan mannitol.
Daftar Pustaka
Bongard F.S., Sue D.Y., Vintch J.R., 2008. Current Diagnosis and Treatment
Critical Care Third Edition. McGraw Hill.
Brenner M., Safani M., 2005. Critical Care and Cardiac Medicine. Current
Clinical Strategies Publishing.
Carpenter D.O., 2001. Handbook of Pathophysiology. Springhouse

Tatalaksana farmakoterapi
dan non-farmakoterapi pada
reaksi
kasus
diatas
?
Terapi medikamentosa

Prognosis suatu syok anafilaktik amat tergantung dari


kecepatan diagnose dan pengelolaannya.
A. Adrenalin merupakan drug of choice dari syok anafilaktik.
Hal ini disebabkan 3 faktor yaitu :
. Adrenalin merupakan bronkodilator yang kuat , sehingga
penderita dengan cepat terhindar dari hipoksia yang
merupakan pembunuh utama.
. Adrenalin merupakan vasokonstriktor pembuluh darah dan
inotropik yang kuat sehingga tekanan darah dengan cepat
naik kembali.
. Adrenalin merupakan histamin bloker, melalui peningkatan
produksi cyclic AMP sehingga produksi dan pelepasan
chemical mediator dapat berkurang atau berhenti.

Dosis dan cara pemberiannya:


0,3 0,5 ml adrenalin dari larutan 1 : 1000 diberikan secara
intramuskuler yang dapat diulangi 5 10 menit. Dosis
ulangan umumnya diperlukan, mengingat lama kerja
adrenalin cukup singkat. Jika respon pemberian secara
intramuskuler kurang efektif, dapat diberi secara
intravenous setelah 0,1 0,2 ml adrenalin dilarutkan dalam
spoit 10 ml dengan NaCl fisiologis, diberikan perlahanlahan. Pemberian subkutan, sebaiknya dihindari pada syok
anafilaktik karena efeknya lambat bahkan mungkin tidak
ada akibat vasokonstriksi pada kulit, sehingga absorbsi obat
tidak terjadi.

B. Aminofilin
Dapat diberikan dengan sangat hati-hati apabila
bronkospasme belum hilang dengan pemberian adrenalin.
250 mg aminofilin diberikan perlahan-lahan selama 10
menit intravena. Dapat dilanjutkan 250 mg lagi melalui
drips infus bila dianggap perlu.

C. Antihistamin dan kortikosteroid.


Merupakan pilihan kedua setelah adrenalin.
Kedua obat tersebut kurang manfaatnya pada
tingkat syok anafilaktik, sebab keduanya hanya
mampu menetralkan chemical mediators yang
lepas dan tidak menghentikan produksinya.
Dapat diberikan setelah gejala klinik mulai
membaik guna mencegah komplikasi selanjutnya
berupa serum sickness atau prolonged effect.
Antihistamin yang biasa digunakan adalah
difenhidramin HCl 5 20 mg IV dan untuk
golongan kortikosteroid dapat digunakan
deksametason 5 10 mg IV atau hidrocortison
100 250 mg IV.
Obat obat yang dibutuhkan :
Adrenalin
Aminofilin
Antihistamin

Terapi supportif
Terapi atau tindakan supportif sama pentingnya dengan
terapi medikamentosa dan sebaiknya dilakukan secara
bersamaan. (10,11,12)
A. Pemberian Oksigen
. Jika laring atau bronkospasme menyebabkan hipoksi,
pemberian O2 3 5 ltr / menit harus dilakukan. Pada
keadaan yang amat ekstrim tindakan trakeostomi atau
krikotiroidektomi perlu dipertimbangkan.
B. Posisi Trendelenburg
. Posisi trendeleburg atau berbaring dengan kedua tungkai
diangkat (diganjal dengan kursi) akan membantu menaikan
venous return sehingga tekanan darah ikut meningkat.
C. Pemasangan infus.
. Jika semua usaha-usaha diatas telah dilakukan tapi tekanan
darah masih tetap rendah maka pemasangan infus
sebaiknya dilakukan. Cairan plasma expander (Dextran)
merupakan pilihan utama guna dapat mengisi volume
intravaskuler secepatnya. Jika cairan tersebut tak tersedia,
Ringer Laktat atau NaCl fisiologis dapat dipakai sebagai

D. Resusitasi Kardio Pulmoner (RKP)


Seandainya terjadi henti jantung (cardiac arrest) maka
prosedur resusitasi kardiopulmoner segera harus dilakukan
sesuai dengan falsafah ABC dan seterusnya. Mengingat
kemungkinan terjadinya henti jantung pada suatu syok
anafilaktik selalu ada, maka sewajarnya ditiap ruang
praktek seorang dokter tersedia selain obat-obat
emergency, perangkat infus dan cairannya juga perangkat
resusitasi(Resucitation kit ) untuk memudahkan tindakan
secepatnya.
Perangkat yang dibutuhkan :
Oksigen
Posisi Trendelenburg (kursi)
Infus set dan cairannya
Resusitation kit

Pencegahan:
Kewaspadaan
Tiap penyuntikan apapun bentuknya terutama obat-obat
yang telah dilaporkan bersifat antigen (serum, penisillin,
anestesi lokal dll ) harus selalu waspada untuk timbulnya
reaksi anfilaktik.Penderita yang tergolong resiko tinggi (ada
riwayat asma, rinitis, eksim, atau penyakit-penyakit alergi
lainnya) harus lebih diwaspadai lagi. Jangan mencoba
menyuntikan obat yang sama bila sebelumnya pernah ada
riwayat alergi betapapun kecilnya. Sebaiknya mengganti
dengan preparat lain yang lebih aman.
Test kulit
Test kulitmemang sebaiknya dilakukan secara rutin sebelum
pemberian obat bagi penderita yang dicurigai. Tindakan ini
tak dapat diandalakan dan bukannya tanpa resiko tapi
minimal kita dapat terlindung dari sanksi hukum. Pada
penderita dengan resiko amat tinggi dapat dicoba dengan
stracth test dengan kewaspadaan dan persiapan yang

Pemberian antihistamin dan kortikosteroid.


Sebagai pencegahan sebelum penyuntikan obat, juga
merupakan tindakan yang aman, selain itu hasilnyapun
dapat diandalkan.
Pengetahuan, keterampilan dan peralatan.
Early diagnosis dan early treatment secara lege-artis serta
tersedianya obata-obatan beserta perangkat resusitasi
lainnya merupakan modal utama guna mengelola syok
anafilaktik yang mungkin tidak dapat dihindari dalam
praktek dunia kodokteran.

Prof. Dr. A.Husni Tanra, Ph.D, Sp.An, KIC, Bagian


Anestesiologi dan Perawatan Intensif Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin-Makassar.

Pemeriksaa
n
penunjang
apa saja
yang harus
ada dalam
kasus
diatas ?

Sumber :

Anda mungkin juga menyukai