SGD 4
EKO DESKURNIAWAN - 012116376
PENYEBAB
Anafilaksis bisa tejadi sebagai respon terhadap berbagai
alergen.
Penyebab anafilaksis yang paling sering ditemukan adalah:
Gigitan/sengatan serangga
Serum kuda (digunakan pada beberapa jenis vaksin)
Alergi makanan
Alergi obat
Latex
N
0
1
MEDIATO
EFEK
R
Histamin H1 : peningkatan permeabilitas
vasodilatasi, konstriksi otot polos
vascular,
PG
Lipoksin
Bronkonostriksi
Leukotrie
n
Konstriksi
otot
polos,
peningkayan
permeabilitas kapiler, kemotaksi
Source:
Fisiologi Guyton and
Hall
Patofisiologi Sylvia
Farmakokinetik
Ketorolac tromethamine 99% diikat oleh protein. Sebagian
besar ketorolac tromethamine dimetabolisme di hati.
Metabolismenya adalah hidroksilate, dan yang tidak
dimetabolisme (unchanged drug) diekresikan melalui urin.
Dosis
Ketorolac tromethamine tersedia dalam bentuk tablet dan
injeksi. Pemberian injeksi lebih dianjurkan. Pemberian
Ketorolac tromethamine hanya diberikan apabila ada
indikasi sebagai kelanjutan dari terapi Ketorolac
tromethamine dengan injeksi. Terapi Ketorolac
tromethamine baik secara injeksi ketorolac ataupun tablet
hanya diberikan selama 5 hari untuk mencegah ulcerasi
peptic dan nyeri abdomen. Efek analgesic Ketorolac
tromethamine selama 4-6 jam setelah injeksi.
Untuk injeksi intramuscular:
Pasien dengan umur <65 tahun diberikan dosis 60 mg
Ketorolac tromethamine/dosis.
Pasien dengan umur >65 tahun dan mempunyai riwayat
gagal ginjal atau berat badannya kurang dari 50 kg,
Sistem pernafasan:
Gangguan respirasi dapat dimulai berupa bersin,
hidung tersumbat atau batuk saja yang kemudian
segera diikuti dengan udema laring dan
bronkospasme. Kedua gejala terakhir ini
menyebabkan penderita nampak dispnue sampai
hipoksia yang pada gilirannya menimbulkan
gangguan sirkulasi, demikian pula sebaliknya,
tiap gangguan sirkulasi pada gilirannya
menimbulkan gangguan respirasi. Umumnya
gangguan respirasi berupa udema laring dan
bronkospasme merupakan pembunuh utama
pada syok anafilaktik.
Prof. Dr. A.Husni Tanra, Ph.D, Sp.An, KIC,
Bagian Anestesiologi dan Perawatan
Intensif Fakultas Kedokteran Universitas
EPHEDRINE.
Obat simpatomimetik .
Kerja ganda : secara langsung pada reseptor adrenergik dan secara
tidak langsung dengan merangsang pengeluaran katekolamin.
Efeknya sama dengan adrenalin potensinya lebih lemah tapi masa
kerjanya 7 - 10 kali lebih panjang.
Selama anestesi untuk mengatasi hipotensi akibat blok spinal atau
depresi Halothan.
Dosis 10 - 50 mg IM atau 10 - 20 mg IV.
DOPAMINE.
Obat precursor katekolamin.
Dosis 2 - 5 mikrogram / kg BB / menit.
Khasiat inotropik menaikkan curah jantung disertai sedikit kenaikan
tekanan darah dan deenyut nadi.
Dosis lebih tinggi 5 - 10 mikrogram/kg BB menyebabkan takhicardi
dan mungkin aritmia.
Jika lebih dari 10 mikrogram / kg BB / menit efek yang menonjol
adalah vasokonstriksi perifer.
Dipakai untuk mempertahankan tekanan darah dan perfusi pada syok
septik, syok kardiogenik dan pasca resusitasi jantung.
CEDILANID.
Untuk obat tachyaritmia supraventrikuler dan kegagalan
jantung kongestif.
Mulai bekerja 10 - 30 menit stelah penyuntikan IV.
Dosis digitalisasi totalnya 0,8 - 1,6 mg IV yg dibagi dalam 4
kali pemberian selang 3 - 6 jam diikuti dosis pemeliharaan.
Dosis pemeliharaan 0,2 mg IM tiap 12 jam (dosis yang
diperlukan bergantung respon individual).
Gejala intoksikasi berupa bradikardi, AV blok dan fibrilasi
ventrikel. Intoksikasi lebih mudah terjadi pada keadaan
hipokalemia.
DEXAMETHASONE.
Obat golongan glukokortikoid yang memiliki efek anti
inflamasi dan anti edema yang sangat kuat .
Digunakan untuk mengurangi edema otak pasca trauma
dan pasca RJP (pada fase dini) dan untuk mengatasi edema
laring pasca intubasi.
Dosis 0,2 mg / kg BB IV dapat diulangi tiap 6 jam.
FUROSEMIDE.
Diuretik yang bekerja cepat dalam waktu 2 - 10 menit
setelah pemberian IV.
Dosis IV 0,5 - 2 mg / kg BB.
Untuk payah jantung kongestif dan edema paru akut.
Pada edema serebri pasca trauma untuk menurunkan
tekanan intrakranial dan menyebabkan berkurangnya
prooduksi CSF.
NATRIUM BICARBONAT (Na. Bic).
Untuk koreksi asidosis metabolik, potensi anestetik lokal,
terapi tambahan hiponatremia simptomatik akutdan
alkalinisasi urine.
Dosis pada henti jantung 1 mEq / kg BB IV, maintenance
0,5 mEq / kg BB tiap 10 menit setelah henti jantung.
Dosis pada asidosis: BB(kg) x Defisit basa (mEq/l) x 0,3 (pd
bayi 0,4) pemberian Bic separuhnya. Dosis maksimum 8
mEq / kg / hari.
Dosis hiponatremia simptomatik akut 1 mEq / kg BB IV
3. Dekstrosa
Komposisi : glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l (20%).
Kemasan : 100, 250, 500 ml.
Indikasi : sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk
keperluan hidrasi selama dan sesudah operasi. Diberikan pada
keadaan oliguria ringan sampai sedang (kadar kreatinin kurang dari
25 mg/100ml).
Kontraindikasi : Hiperglikemia.
Adverse Reaction : Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah
dapat menyebabkan iritasi pada pembuluh darah dan tromboflebitis.
4. Ringer Asetat (RA)
Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup
banyak diteliti. Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana
laktat terutama dimetabolisme di hati, sementara asetat
dimetabolisme terutama di otot.
Indikasi : sebagai pengganti kehilangan cairan akut (resusitasi),
misalnya pada diare, DBD, luka bakar/syok hemoragik; pengganti
cairan selama prosedur operasi; loading cairan saat induksi anestesi
regional; priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal; dan
juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi.
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu
tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5, 50,
Cairan
Glukos
Na
Cl
K
Ca
Laktat Asetat
a
Tonusitas (mmol/ (mmol/ (mmol/ (mmol/
(mmol/ (mmol/
(mg/dl
l)
l)
l)
l)
l)
l)
)
154
(hipotonus)
253
(hipotonus)
561
(hipertonus
154
154
77
77
5000
154
154
5000
38,5
5000
51
51
3333
130
109
273 (isotonus)
130
109
Ringer
Asetat
273,4
(isotonus)
130
109
28
50
28
28
Cairan Koloid
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang sulit
menembus membran kapiler, digunakan untuk mengganti cairan
intravaskuler. Umumnya pemberian lebih kecil, onsetnya lambat,
durasinya lebih panjang, efek samping lebih banyak, dan lebih mahal.
1. Albumin
Komposisi : Albumin yang tersedia untuk keperluan klinis adalah
protein 69-kDa yang dimurnikan dari plasma manusia (cotoh: albumin
5%).
Albumin merupakan koloid alami dan lebih menguntungkan karena :
volume yang dibutuhkan lebih kecil, efek koagulopati lebih rendah,
resiko akumulasi di dalam jaringan pada penggunaan jangka lama yang
lebih kecil dibandingkan starches dan resiko terjadinya anafilaksis lebih
kecil.
Indikasi :
Pengganti volume plasma atau protein pada keadaan syok hipovolemia,
hipoalbuminemia, atau hipoproteinemia, operasi, trauma,
cardiopulmonary bypass, hiperbilirubinemia, gagal ginjal akut,
pancretitis, mediasinitis, selulitis luas dan luka bakar.
Pengganti volume plasma pada ARDS (Acute Respiratory Distress
Syndrome).
Hipoalbuminemia yang merupakan manifestasi dari keadaan malnutrisi,
kebakaran, operasi besar, infeksi (sepsis syok), berbagai macam kondisi
3. Dextran
Komposisi : dextran tersusun dari polimer glukosa hasil
sintesis dari bakteri Leuconostoc mesenteroides, yang
ditumbuhkan pada media sukrosa.
Indikasi :
Penambah volume plasma pada kondisi trauma, syok
sepsis, iskemia miokard, iskemia cerebral, dan penyakit
vaskuler perifer.
Mempunyai efek anti trombus, mekanismenya adalah
dengan menurunkan viskositas darah, dan menghambat
agregasi platelet. Pada suatu penelitian dikemukakan
bahwa dextran-40 mempunyai efek anti trombus paling
poten jika dibandingkan dengan gelatin dan HES.
Kontraidikasi : pasien dengan tanda-tanda kerusakan
hemostatik (trombositopenia, hipofibrinogenemia), tandatanda gagal jantung, gangguan ginjal dengan oliguria atau
anuria yang parah.
Adverse Reaction : Dextran dapat menyebabkan syok
anafilaksis, dextran juga sering dilaporkan dapat
menyebabkan gagal ginjal akibat akumulasi molekul-
4. Gelatin
Komposisi : Gelatin diambil dari hidrolisis kolagen bovine.
Indikasi : Penambah volume plasma dan mempunyai efek
antikoagulan,
Kontraindikasi : haemacel tersusun atas sejumlah besar
kalsium, sehingga harus dihindari pada keadaan
hiperkalsemia.
Adverse reaction : dapat menyebabkan reaksi anafilaksis.
Pada penelitian dengan 20.000 pasien, dilaporkan bahwa
gelatin mempunyai resiko anafilaksis yang tinggi bila
dibandingkan dengan starches.
Contoh : haemacel, gelofusine.
Cairan Khusus
Contoh dalam kelompok ini seperti cairan mannitol.
Daftar Pustaka
Bongard F.S., Sue D.Y., Vintch J.R., 2008. Current Diagnosis and Treatment
Critical Care Third Edition. McGraw Hill.
Brenner M., Safani M., 2005. Critical Care and Cardiac Medicine. Current
Clinical Strategies Publishing.
Carpenter D.O., 2001. Handbook of Pathophysiology. Springhouse
Tatalaksana farmakoterapi
dan non-farmakoterapi pada
reaksi
kasus
diatas
?
Terapi medikamentosa
B. Aminofilin
Dapat diberikan dengan sangat hati-hati apabila
bronkospasme belum hilang dengan pemberian adrenalin.
250 mg aminofilin diberikan perlahan-lahan selama 10
menit intravena. Dapat dilanjutkan 250 mg lagi melalui
drips infus bila dianggap perlu.
Terapi supportif
Terapi atau tindakan supportif sama pentingnya dengan
terapi medikamentosa dan sebaiknya dilakukan secara
bersamaan. (10,11,12)
A. Pemberian Oksigen
. Jika laring atau bronkospasme menyebabkan hipoksi,
pemberian O2 3 5 ltr / menit harus dilakukan. Pada
keadaan yang amat ekstrim tindakan trakeostomi atau
krikotiroidektomi perlu dipertimbangkan.
B. Posisi Trendelenburg
. Posisi trendeleburg atau berbaring dengan kedua tungkai
diangkat (diganjal dengan kursi) akan membantu menaikan
venous return sehingga tekanan darah ikut meningkat.
C. Pemasangan infus.
. Jika semua usaha-usaha diatas telah dilakukan tapi tekanan
darah masih tetap rendah maka pemasangan infus
sebaiknya dilakukan. Cairan plasma expander (Dextran)
merupakan pilihan utama guna dapat mengisi volume
intravaskuler secepatnya. Jika cairan tersebut tak tersedia,
Ringer Laktat atau NaCl fisiologis dapat dipakai sebagai
Pencegahan:
Kewaspadaan
Tiap penyuntikan apapun bentuknya terutama obat-obat
yang telah dilaporkan bersifat antigen (serum, penisillin,
anestesi lokal dll ) harus selalu waspada untuk timbulnya
reaksi anfilaktik.Penderita yang tergolong resiko tinggi (ada
riwayat asma, rinitis, eksim, atau penyakit-penyakit alergi
lainnya) harus lebih diwaspadai lagi. Jangan mencoba
menyuntikan obat yang sama bila sebelumnya pernah ada
riwayat alergi betapapun kecilnya. Sebaiknya mengganti
dengan preparat lain yang lebih aman.
Test kulit
Test kulitmemang sebaiknya dilakukan secara rutin sebelum
pemberian obat bagi penderita yang dicurigai. Tindakan ini
tak dapat diandalakan dan bukannya tanpa resiko tapi
minimal kita dapat terlindung dari sanksi hukum. Pada
penderita dengan resiko amat tinggi dapat dicoba dengan
stracth test dengan kewaspadaan dan persiapan yang
Pemeriksaa
n
penunjang
apa saja
yang harus
ada dalam
kasus
diatas ?
Sumber :