Anda di halaman 1dari 14

Terapi oksigen merupakan salah satu terapi dengan memberikan

oksigen pada bayi dan anak yang mengalami gangguan napas.


Pemberian oksigen harus sesuai dengan standar dan kondisi bayi
- Pemberian oksigen yang terlalu sedikit dapat mengakibatkan
sianosis atau hipoksia neonatus.
- Pemberian oksigen yang terlalu berlebihan dapat mengakibatkan
kerusakan paru dan retinopathy of prematuritas (ROP).

Pulse Oxymetry
Pemberian terapi oksigen harus dipandu dengan pulse oxymetry
Berikan oksigen pada anak dengan kadar SaO2 < 90%, dan naikkan
pemberian oksigen untuk mencapai SaO2 > 90 %
Pulse oxymetry merupakan suatu alat untuk mengukur saturasi
oksigen dalam darah secara non-invasif
Saturasi oksigen diukur pada pembuluh arteri kecil, sehingga disebut
arterial oxygen saturasion (SaO2)
Nilai saturasi oksigen yang normal pada anak adalah 95-100 %,
pada anak dengan pneumonia berat, yang ambilan oksigennya
terhambat, nilai SaO2 ini menurun

Lama pemberian oksigen


- Lanjutkan pemberian oksigen hingga anak mampu menjaga nilai SaO2 > 90 %
- Bila anak sudah stabil dan membaik, lepaskan oksigen selama beberapa menit. Jika nilai
SaO2 tetap berada diatas 90 %, hentikan pemberian oksigen, namun periksa kembali
setengah jam kemudian dan setiap 3 jam berikutnya pada hari pertama penghentian
pemberian oksigen, untuk memastikan anak benar-benar stabil
- Bila pulse oxymetry tidak tersedia, lama waktu pemberian oksigen dapat dipandu melalui
tanda klinis yang timbul pada anak, walaupun hal ini tidak begitu dapat diandalkan.
Indikasi pemberian terapi oksigen pada bayi dan anak
- Sesak atau tarikan dinding dada yang dalam (retraksi)
- Frekuensi napas 60x/menit atau lebih
- Merintih (grunting)
- Kebutuhan oksigen < 60 %
- Saturasi oksigen < 93 %

Metode pemberian terapi oksigen pada bayi dan anak


1. Nasal prongs
Nasal prongs merupakan metode terbaik dalam pemberian oksigen
pada bayi dan anak dengan gangguan pernapasan berat atau pertusis.
Nasal prongs paling banyak digunakan dalam berbagai situasi.
Nasal prongs adalah pipa pendek yang dimasukkan ke dalam cuping
hidung. Letakkan nasal prongs tepat ke dalam cuping hidung dan rekatkan
dengan plester di kedua pipi dekat hidung. Jaga agar cuping hidung anak
bersih dari kotoran hidung/lendir, yang dapat menutup aliran oksigen.
Pasang aliran oksigen sebanyak 1-2 liter/menit (0,5 liter/menit pada bayi)
untuk memberikan kadar oksigen inspirasi 30-35%. Tidak perlu
kelembapan
2. Kateter nasal
Kateter berukuran 6 atau 8 yang dimasukkan ke dalam lubang
hidung hingga melewati bagian belakang rongga hidung. Tempatkan
kateter dengan jarak dari sisi cuping hidung hingga ke bagian tepi dalam
dari alis anak. Pasang aliran oksigen sebanyak 1-2 liter/meni t. Tidak perlu
kelembapan. Kateter nasal paling banyak digunakan dalam berbagai
situasi.

3. Kateter nasofaring
Kateter berukuran 6 atau 8 yang dimasukkan ke dalam faring tepat
di bawah uvula. Letakkan kateter pada jarak dari sisi cuping hidung hingga
ke arah telinga. Jika alat ini diletakkan terlalu kebawah, anak dapat
tersedak, muntah dan dapat timbul distensi lambung. Pasang aliran oksigen
sebanyak 1-2 lietr/menit, yang memberikan kadar inspirasi 45-60 %. Perlu
diperhatikan kecepatan aliran tidak berlebih karena dapat menimbulkan
distensi lambung. Perlu dilakukan kelembapan. Kateter nasofaring
membutuhkan pemantauan yang ketat dan reaksi cepat apabila kateter
masuk ke esofagus atau timbul komplikasi lainnya

4. CPAP (Continuous Positive Airway Pressure)


CPAP merupakan suatu terapi oksigen dengan mengalirkan gas
bertekanan positif terus menerus pada pasien yang bernapas spontan
untuk mengembangkan alveolus di akhir ekspirasi, meningkatkan
oksigenasi dan mengurangi kesukaran bernapas, menggunakan
oksigen dengan kadar (FiO2) yang diatur sesuai dengan saturasi bayi
Tujuan penggunaan CPAP
Memperbaiki dan meningkatkan kapasitas residu fungsion
(FRC) paru serta oksigenasi
Mencegah kolaps alveolus dan atelektasi
Mengurangi usaha bernapas yang berlebihan
Mempertahankan produksi dan fungsi surfaktan

Indikasi penggunaan CPAP


- Penyakit membran hialin (HMD)
- Transient Tachypnea of the newborn (TTN)
- Sindrom aspirasi mekonium
- Bronkiolitis
- Bayi pasca operasi abdomen atau dada atau apnea kerena
prematuritas
Kriteria memulai CPAP nasal
1. Frekuensi napas > 60x/menit
2. Merintih 9(runting)
3. Retraksi dada
4. Saturasi oksigen < 93 %
5. Kebutuhan oksigen >60 %
6. Sering mangalami apnea

Menghentikan penggunaan CPAP


- Bayi bernapas dengan mudah dan terlihat penurunan
frekuensi napas dan retraksi.
- Jika bayi sudah nyaman bernapas dengan CPAP, dicoba
melepas CPAP. Bayi dinilai selama percobaan ini apakah
mengalami takipnea, retraksi, atau apnea. Jika timbul,
percobaan dianggap gagal. CPAP harus dipasang lagi paling
sedikit satu hari sebelum dicoba lagi di hari berikutnya.

Pemantauan
Latih perawat untuk memasang dan mengerjakan nasal
prongs atau kateter dengan tepat.
Periksa secara teratur bahwa semua alat berfungsi dengan
semestinya dan lepaskan serta bersihkan prongs atau
kateter sedikitnya dua kali sehari
Pantau anak sedikitnya setiap 3 jam untuk mengidentifikasi
dan memperbaiki masalah yang terjadi :
1. Nilai Sa02 menggunakan pulse oxymetry
2. Kateter nasal atau prongs yang bergeser
3. Kebocoran sistem aliran oksigen
4. Kecepatan aliran oksigen tidak rapat
5. Jalan napas anak tersumbat oleh lendir/kotoran hidung
(bersihkan hidung dengan ujung kain yang lembab atau
sedot perlahan)
6. Distensi lambung (periksa posisi kateter dan perbaiki, jika
diperlukan)

Oksigen diberikan dengan kecepatan aliran tertentu :


- Inkubator memerlukan minimal 4-5 liter/menit.
- Botol air pada continous positif airway pressure (CPAP)
memerlukan 5-10 liter/menit.
- Masker oksigen memerlukan minimal 4 liter/menit.
- Nasal kateter memerlukan minimal 0,5-2 liter/menit.

Amati pemberian oksigen :


Bila terjadi kesulitan bernapas sedang sampai berat, beri
oksigen dengan kecepatan sedang
Bila tidak terjadi sianosis pada pemberian oksigen dengan
kecepatan maksimal, turunkan aliran secara perlahan dalam 10 menit
Bila terjadi sianosis, naikkan kecepatan oksigen
Bila sianosis teratasi, turunkan aliran oksigen dalam waktu 1 jam.
Bila pernapasan bayi membaik (frekuensi napas turun 10 kali/menit),
turunkan aliran oksigen
Bila frekuensi napas bayi masih dalam batas normal (30 - 60kali/menit
tanpa tarikan dinding dada atau merintih waktu ekspirasi), hentikan
pemberian oksigen dan amati terjadinya sianosis sentral selama
15 menit
Bila terjadi sianosis sentral lagi beri oksigen sesuai dengan
kecepatan aliran yang terakhir diberikan.

Anda mungkin juga menyukai