Anda di halaman 1dari 21

Peranan Pemeriksaan

Hemoglobin A1c pada


Pengelolaan Diabetes
Melitus

Sri Rahayu Paputungan, Harsinen Sanusi


Sub Bagian Metabolik Diabetes Bagian Ilmu Penyakit Dalam, FK
Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia

Abstrak
Diabetes mellitus merupakan masalah kesehatan masyarakat di
seluruh dunia
Sekitar 439 juta orang diperkirakan menderita penyakit ini pada
tahun 2030
Deteksi risiko diabetes adalah suatu prioritas
Pada tahun 2010 ADA memasukkan kadar HbA1c dalam kriteria
diagnosis diabetes
Hemoglobin A1 (HbA1) adalah derivat adult hemoglobin (HbA),
dengan penambahan monosakarida (fruktosa atau glukosa)
Pemeriksaan HbA1c memiliki kelebihan dibandingkan dengan
pemeriksaan glukosa puasa dan tes toleransi glukosa 2 jam, namun
terdapat beberapa keadaan yang dapat mempengaruhi nilai HbA1c

Pendahuluan
Diabetes penyakit yang underdiagnosed
30% penderita diabetes tidak sadar akan
penyakitnya saat didiagnosa, 25% sudah
ditemukan komplikasi mikrovaskular
HbA1c menilai kualitas pengendalian glikemik
jangka panjang & efektivitas terapi juga
bermanfaat untuk diagnosis dan skrining DMT2

Sejarah
HbA1c ditemukan tahun 1960-an
1962, Huisman & Dozy peningkatan 1 fraksi minor Hb pada 4 px
DM
1967, Rahbar menemukan fraksi tersebut pada 2 px DM yang
menjalani skrining karena Hb yang abnormal (ditemukan
peningkatan 2-3 kali lipat dari fraksi tersebut)
1968 ada komponen Hb pada px DM tidak terkontrol
memiliki karakteristik kromatografik yang sama dengan HbA1c
1976 HbA1c digunakan untuk pemantauan derajat kontrol
metabolisme glukosa px DM
1990-an digunakan sebagai alat monitoring derajat kontrol DM
2010 ADA memasukkan HbA1c sebagai kriteria diagnosis DM

HbA1c dan Hubungannya dengan Kadar


Glukosa
Komponen Hb:
-komponen mayor HbA
-komponen minor HbA2, HbF, HbA1a, HbA1b, HbA1c
(komponen minor terbesar, 4% dari total HbA)
HbA1 adalah derivat HbA dengan penambahan
monosakarida (fruktosa atau glukosa)
HbA1c fraksi terpenting & terbanyak dari HbA ikatan
antara Hb dengan glukosa
Derivat HbA1 yang lain tidak berikatan dengan glukosa,
tetapi dengan heksosa lain

HbA1c dan Hubungannya


dengan Kadar Glukosa
HbA1c adalah istilah internasional untuk GHb (glycosylated
hemoglobin atau glycated hemoglobin)
Konsentrasi HbA1c tergantung pada konsentrasi glukosa
darah dan usia eritrosit
Kadar HbA1c normal 3,5%-5%
Komponen kontribusi HbA1c:
- 50% dari rata-rata glukosa darah 30 hari terakhir
- 25% dari rata-rata glukosa darah 30-60 hari sebelumnya
- 25% dari rata-rata glukosa darah 60-120 hari sebelumnya

HbA1c dan Hubungannya


dengan Kadar Glukosa

HbA1c dan Hubungannya


dengan Kadar Glukosa
Hubungan antara HbA1c & rata-rata glukosa darah terjadi
karena eritrosit terus-menerus terglikasi selama 120 hari
masa hidupnya & laju pembentukan glikohemoglobin
setara dengan konsentrasi glukosa darah pengukuran
HbA1c penting untuk kontrol jangka panjang status glikemi
px DM
Penelitian International A1c-derived Average Glucose
(ADAG) menentukan perkiraan kadar glukosa rata-rata
(eAG) dari pengukuran HbA1c dengan rumus:
eAG (mg/dL)= 28,7xA1c-46,7
HbA1c 6% ~ 126mg/dL setiap peningkatan 1% ~ 29mg/dL

HbA1c dan Hubungannya


dengan Kadar Glukosa
Publikasi hasil Landmark study DCCT selama 9
tahun menunjukkan adanya korelasi antara
kadar HbA1c dengan risiko komplikasi diabetes
ditemukan keterkaitan penurunan kadar
HbA1c terhadap penurunan risiko komplikasi

HbA1c dan Diagnosis


Diabetes Melitus
Inti diagnosis DM: pengukuran gula darah (puasa, sewaktu
tanpa melihat status prandial, setelah pembebanan glukosa
75g)
DMT1 peningkatan glukosa yang tiba-tiba dan ekstrim
serta disertai gejala batasan kadar glukosa yang spesifik
tidak dibutuhkan untuk diagnosis
DMT2 onset bertahap, peningkatan glukosa bertahap
membutuhkan nilai glukosa spesifik untuk diagnosis
Penelitian DETECT prevalensi retinopati meningkat
signifikan pada kasus HbA1c 6,5% ADA committee
report mengusulkan HbA1c 6,5% digunakan untuk
diagnosis DM

HbA1c dan Diagnosis


Diabetes Melitus
Masih didapatkan perdebatan mengenai cut points HbA1c untuk
diagnosis DM dari berbagai penelitian, nilainya berkisar antara
5,6% - 7% dipengaruhi oleh usia, etnis, faktor genetik, usia
eritrosit, dan lingkungan eritrosit
Belanda cut points 5,8%; 6,1%; 5,6%
Cina 6,3%
Amerika 5,7%
Jepang 5,7%
Data NHANES 1999-2004 HbA1c 5,8% memiliki sensitivitas
(86%) dan spesifisitas (92%) tertinggi
Studi lain menyebutkan HbA1c 6,1% memiliki performa diagnosis
terbaik

HbA1c dalam Manajemen


Diabetes Melitus
HbA1c digunakan sebagai indikator kontrol glikemik, karena
mencerminkan konsentrasi glukosa darah 1-2 bulan sebelum
pemeriksaan & tidak dipengaruhi oleh diet sebelum pengambilan
darah
Indikator kontrol glikemik DMT2 triad glukosa: HbA1c, kadar
glukosa puasa, dan kadar glukosa postprandial
Bila kadar HbA1c 6,5%-7,5% kontribusi utama: glukosa
postprandial manajemen: menurunkan GD2JPP
Bila kadar HbA1c 7,3% -8,4% kontribusi glukosa puasa dan
postprandial seimbang
Bila kadar HbA1c >8,4% kontribusi utama: glukosa puasa
manajemen: menurunkan GDP

HbA1c dalam Manajemen


Diabetes Melitus
Ada 2 nilai yang digunakan untuk menilai DM yang
terkontrol: 7% oleh ADA dan 6,5% oleh AACE dan IDF
Penelitian ADVANCE ada keuntungan bertahap pada
mikrovaskuler outcome dengan kadar HbA1c mendekati
normal kadar HbA1c yang diharapkan pada pasien tanpa
risiko hipoglikemi lain atau efek samping lain: < 7%
Penelitian ACCORD target HbA1c < 7% lebih dianjurkan
pada pasien yang mendapat OAD Sulfonilurea dan/atau
insulin yang bisa menyebabkan hipoglikemia

HbA1c sebagai Tes Skrining


Risiko Diabetes
Penelitian di Swedia kombinasi pemeriksaan HbA1c,
glukosa puasa, dan glukosa post perandial memiliki nilai
prediksi lebih tinggi daripada pemeriksaan HbA1c saja
DepKes Inggris merekomendasikan pemeriksaan HbA1c
dan tes toleransi glukosa oral untuk skrining diabetes
Risiko diabetes dinilai dari 3 status hiperglikemik:
o HbA1c 5,7%-6,4%
o Glukosa puasa terganggu (GDP 100-126mg/dL)
o Toleransi glukosa terganggu (GD2JPP 140-200mg/dL)

HbA1c sebagai Tes Skiring Risiko Diabetes


Tahun 2009, Expert Committee menetapkan nilai HbA1c
anatara 6,0-6,4% adalah risiko untuk diabetes perlu
tes toleransi glukosa
Tahun 2010, ADA menurunkan nilai ambang risiko
diabetes dari 6,0% menjadi 5,7%

Kelebihan dan Kekurangan


Pemeriksaan HbA1c
Kelebihan:
Terstandardisasi
Indeks paparan glukosa keseluruhan yang lebih baik & dapat
menilai komplikasi jangka panjang
Variabilitas biologis lebih rendah (HbA1c <2%, GDP 12-15%)
Relatif tidak terpengaruh keadaan akut(stress/penyakit
terkait)
Dapat digunakan untuk petunjuk & penyesuaian terapi
Dapat dilakukan kapan saja & tidak membutuhkan puasa
atau tes khusus

Kelebihan dan Kekurangan


Pemeriksaan HbA1c
Kelebihan:
Variasi diurnalnya rendah
Tidak atau kurang dipengaruhi oleh obat-obat yang
mempengaruhi metabolise glukosa
Bisa digunakan untuk diagnosis sekaligus penilaian kontrol
glikemik
Memiliki instabilitas preanalitik yang rendah
Tidak dipengaruhi oleh variasi akibat pembebanan jumlah
glukosa yang sama pada individu dengan ukuran tubuh
yang berbeda (tidak seperti TTGO)

Kelebihan dan Kekurangan


Pemeriksaan HbA1c
Kerugian: pada beberapa keadaan, tidak dapat
mencerminkan kontrol glukosa darah

Ringkasan
Diabetes mellitus adalah masalah kesehatan di seluruh
dunia
Deteksi risiko diabetes adalah suatu prioritas
Tahun 2010, ADA memasukkan HbA1c sebagai kriteria
diagnosis diabetes HbA1c 6,5%
HbA1c memiliki kelebihan dibandingkan dengan
pemeriksaan GDP dan tes toleransi glukosa 2 jam,
namun terdapat beberapa keadaan yang mempengaruhi
nilai HbA1c

Ringkasan
Komponen kontribusi HbA1c:
- 50% dari rata-rata glukosa darah 30 hari terakhir
- 25% dari rata-rata glukosa darah 30-60 hari sebelumnya
- 25% dari rata-rata glukosa darah 60-120 hari sebelumnya
Risiko diabetes dinilai dari 3 status hiperglikemik:
o HbA1c 5,7%-6,4%
o Glukosa puasa terganggu (GDP 100-126mg/dL)
o Toleransi glukosa terganggu (GD2JPP 140-200mg/dL)

Anda mungkin juga menyukai