Defenisi
Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari otot rahim
(miometrium) atau jaringan ikat yang tumbuh pada dinding atau di
dalam rahim. (Lina Mardiana, 2007)
Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan disebut juga leiomioma,
fibromioma atau fibroid. (Arif Mansjoer, 1999, hal 387)
2) Mioma intiamural
Berada diantara serabut
miometrium.
3) Mioma subserosum
Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol ke permukaan uterus dan
diliputi serosa. Mioma subserosum dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum
latum menjadi mioma intra ligamenter. Mioma subserosum dapat pula tumbuh menempel
pada jaringan lain setelah lepas dari uterus, misalnya ke ligamentum atau omentum dan
kemudian bebas disebut wondering / parasitic fibroid.
(Sarwono, 2005)
Anatomi Fisiologi
Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak di dalam
pelvis, antara rektum di belakang dan kandung kencing di depan. Ototnya
disebut miometrium dan selaput lendir yang melapisi sebelah dalamnya disebut
endometrium. Letak uterus sedikit anteflexi pada bagian lehernya dan anteversi
(meliuk agak memutar ke depan) dengan fundusnya terletak di atas kandung
kencing. Panjang uterus adalah 5 sampai 8 cm dan beratnya 30 sampai 60 gram.
Ligamentum teres uteri ada dua buah, di sebelah kiri dan di sebelah
kanan sebuah. Terdiri atas jaringan ikat dan otot, berisi pembuluh
darah dan ditutupi peritonum. Ligamen ini berjalan dari sudut atas
uterus ke depan dan ke samping, melalui anulus inguinalis profundus
ke kanalis inguinalis. Setiap ligamen panjangnya 10 sampai 12,5 cm.
Fungsi Uterus
Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan. Sebutir ovum, sesudah
keluar dari ovarium, diantarkan melalui tuba uterina ke uterus. Endometrium disiapkan
untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi itu dan ovum itu sekarang tertanam di
dalamnya. Sewaktu hamil, yang secara normal berlangsung selama kira-kira 40 minggu,
uterus bertambah besar, dindingnya menjadi tipis tetapi lebih kuat dan membesar sampai
keluar pelvis masuk ke dalam rongga ebdomen pada masa pertumbuhan fetus.
Pada waktu saatnya tiba dan his tanda melahirkan mulai, uterus berkontraksi secara ritmis
dan mendorong bayi dan plasenta keluar kemudian kembali ke ukuran normalnya melalui
proses yang dikenal sebagai involusi.
(Evelyn C. Pearce, 1986, hal 259 261)
Etiologi
Penyebab mioma uteri yang pasti sampai saat ini masih belum
diketahui secara pasti. Beberapa peneliti menyatakan bahwa mioma
uteri tumbuh dari sel neoplastik tunggal (monoklonal) yang
mengalami mutasi gen dari sel-sel normal, sel-sel imatur
miometrium atau dari sel embrional dinding pembuluh darah uterus.
1) Atrofi
Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan myoma uteri menjadi kecil.
2) Degenerasi hialin
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut, tumor
kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau
hanya sebagian kecil.
3) Degenerasi kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari myoma
menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi
seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan
limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak tumor
ini sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Gejala klinik mioma uteri adalah:
1) Perdarahan tidak normal
Perdarahan berkepanjangan
Persalinan prematurus
(Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG, 1998, hal 410 411)
Komplikasi
a. Nekrosis dan infeksi
Pada mioma sub mukosum yang terjadi polip, ujungnya kadang dapat melalui kanalis
servikalis dan dialirkan ke vagina.
Dalam hal ini kemungkinan terjadi nekrosis dan infeksi sekunder, penderita
mengeluh tentang pendarahan yang bersifat menoragia atau metrogania dan leukea.
Evaluasi Diagnostik
1)
Ultrasonografi
Untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
3)
Tes kehamilan
4)
5)
Penatalaksanaan
1) Pengobatan konservatif / medikasi
Terapi mioma uteri pada umumnya terbagi atas terapi ekspetatif Medikamentosa , preparat
progesterone, anti progestin), tindakan bedah (miemektomi / histerektomi), embolisasi
arteri uteri dan beberapa alternative.
Tindakan seperti USG frekuensi tinggi, terapi laser, dan ablasi thermal. Setiap tindakan
harus dipilih yang paling sesuai untuk seorang pasien dengan menimbang banyak hal
seperti umur, keinginan, status fertilitas, beratnya gejala klinis, ukuran, jumlah dan lokasi
mioma, penyakit sistemik, kemungkinan malignanni, apakah pasien sudah dekat
menopause dan keinginan pasien untuk mempertahankan rahimnya.
2) Pengobatan kolaboratif
Observasi
Bila ukuran uterus lebih kecil dari ukuran uterus kehamilan 12 minggu tanpa
disertai penyulit lain.
Ekstirpasi
Biasanya untuk myoma submukosa bertangkai atau myoma lahir / geburt
umumnya dianjurkan dengan tindakan dilatasi dan kuretase.
Laparatomi . miomektomi
Bila fungsi reproduksi masih diperlukan.
Histerektomi
Bila fungsi reproduksi tidak diperlukan lagi, pertumbuhan tumor sangat cepat
sebagai tindakan hemostasis.
(Crisdiono, 2004)
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Aktivitas / istirahat
Gejala:
o Kelemahan dan / atau keletihan
o Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari; adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi tidur, mis: nyeri, ansietas, berkeringat malam
o Keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan
o Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress
tinggi
Sirkulasi
Gejala:
Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja.
Tanda:
Perubahan pada TD.
Integritas ego
Gejala:
o Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (mis:
merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius / spiritual)
o Masalah tentang perubahan dalam penampilan, mis: alopesia, lesi cacat, pembedahan
o Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu tidak
bermakna / rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda:
Menyangkal, menarik diri, marah.
Eliminasi
Gejala:
o Perubahan pada pola defekasi, mis: darah pada feses, nyeri pada defekasi
o Perubahan eliminasi urinarius, mis: nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih,
hematuria, sering berkemih
Tanda:
Perubahan pada bising usus, distensi abdomen
Makanan / cairan
Gejala:
o Kebiasaan diet buruk (mis: rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan pengawet)
o Anoreksia, mual / muntah
o Intoleransi makanan
o Perubahan pada berat badan; penurunan berat badan hebat, kakeksia berkurangnya massa otot
Tanda:
Perubahan pada kelembaban / turgor kulit, edema
Neurosensori
Gejala:
Pusing, sinkope
Nyeri / Kenyamanan
Gejala:
Tidak ada nyeri atau derajat nyeri bervariasi mis: ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat
(dihubungkan dengan proses penyakit)
Pernapasan
Gejala:
o Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok)
o Pemajanan asbes
Keamanan
Gejala:
o Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen
o Pemajanan matahari lama / berlebihan
Tanda:
o Demam
o Ruam kulit, ulserasi
Seksualitas
Gejala:
o Masalah seksual mis: dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat
kepuasan
o Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun
o Multigravida, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini, herpes genital
2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d proses penyakit
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, distress emosional, keletihan
3. Kurang pengetahuan b/d kurang pengetahuan / mengingat tidak mengenal informasi,
keterbatasan kognitif
4. Gangguan harga diri b/d kecacatan bedah
5. Ansietas b/d krisis situasi, ancaman / perubahan status kesehatan, sosio ekonomi, fungsi
peran, ancaman kematian, perpisahan dari keluarga
6. Antisipasi berduka b/d kehilangan yang diantisipasi dari kesejahteraan fisiologis, perubahan
gaya hidup, penerimaan kemungkinan kematian
Intervensi
3) DX III
Ansietas b/d krisis situasi, ancaman / perubahan status kesehatan, sosio
ekonomi, fungsi peran, ancaman kematian, perpisahan dari keluarga.
Tujuan:
Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut.
Kriteria Hasil:
Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang, mendemonstrasikan
mekanisme koping yang efektif.
Intervensi:
Berikan lingkungan yang terbuka dimana pasien merasa aman untuk mendiskusikan perasaan
Bantu pasien atau orang terdekat dalam mengenali rasa takut untuk mengembangkan koping
Rasional:
Membantu dalam mengidentifikasi rasa takut dan kesalahan konsep pada pengalaman tentang penyakit
Memberi kesempatan untuk memeriksa rasa takut realitas serta kesalahan konsep
Membantu pasien merasa diterima pada adanya kondisi tanpa perasaan dihakimi
Memberikan keyakinan bahwa klien tidak sendiri atau ditolak
Keterampilan koping sering rusak setelah didiagnosis dan selama fase pengobatan berbeda
Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan berdasarkan realita
Tujuan pengobatan adalah untuk pengangkatan sel-sel jinak yang tumbuh pada otot-otot rahim
4) DX IV
Antisipasi berduka b/d kehilangan yang diantisipasi dari kesejahteraan fisiologis,
perubahan gaya hidup, penerimaan kemungkinan kematian.
Tujuan:
Menekspresikan perasaan dengan tepat.
Kriteria Hasil:
Melanjutkan aktifitas kehidupan normal, merencanakan masa depan.
Intervensi:
Diskusikan cara-cara pasien atau orang terdekat untuk merencanakan masa depan
Rasional:
Sedikit pasien yang benar-benar siap untuk realita perubahan dapat terjadi
2) DX II
Intervensi:
Diskusikan dengan pasien dan orang terdekat diagnosis dan pengobatan yang
mempengaruhi kehidupan pribadi pasien
Tinjau ulang efek samping yang diantisipasi yang berhubungan dengan pengobatan
Dorong, diskusi tentang masalah, efek penyakit, efek pengobatan terhadap peran
Akui kesulitan pasien yang mungkin dialami
Rasional:
Membantu mendiskusikan / memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan
masalah
Bimbingan antisipasi dapat membantu pasien / orang terdekat memulai proses adaptasi
pada status baru
Dapat membantu menurunkan masalah yang mempengaruhi pengobatan
Memvalidasi realitas perasaan pasien dan memberi izin untuk tindakan apapun perlu
untuk mengantisipasi
1) DX I
Gangguan rasa nyaman nyeri b/d proses penyakit.
Tujuan:
Nyeri hilang / berkurang.
Kriteria Hasil:
Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan, mendemonstrasikan relaksasi .
Intervensi:
Tentukan riwayat nyeri misal: lokasi, frekuensi, durasi (skala), tindakan penghilangan nyeri
Evaluasi / sadari terapi tertentu, misal: pembedahan
Beri tindakan kenyamanan (reposisi punggung), aktifitas hiburan
Dorong keterampilan manajemen nyeri (tehnik relaksasi), tertawa, musik
Evaluasi penghilang nyeri
Kolaborasi pemberian analgesik
Rasional:
5) DX V
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d status hipermetabolik berkenaan dengan kanker
konsekuensi kemoterapi (anorexia), distner emosional, keletihan.
Tujuan:
Nafsu makan meningkat.
Kriteria Hasil:
Berat badan stabil, penambahan berat badan ke arah normal, berpartisipasi dalam
merangsang nafsu makan.
Intervensi:
Pantau masukan makanan per hari
Ukur tinggi, berat badan, pastikan jumlah penurunan berat badan
Dorong klien makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan masukan cairan adekuat
Kontrol faktor lingkungan (mis: bau tidak sedao), kebisingan, hindari makanan berlemak dan pedas
Identifikasi pasien yang mengalami mual muntah
Rasional:
Mengidentifikasi kekuatan / defisiensi nutrisi
Memantau dalam identifikasi malnutrisi khususnya berat badan kurang dari normal
Kebutuhan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan
Dapat mencegah mual muntah
Mual muntah psikologis terjadi sebelum kemoterapi mulai secara umum tidak berespon terhadap
anti emetik
6) DX VI
Kurang pengetahuan b/d kurang pajanan / meningkat, tidak mengenal sumber
informasi, keterbatasan kognitif.
Tujuan:
Mengetahui penyakit, prognosis, pengobatan.
Kriteria Hasil:
Mengungkapkan informasi yang akurat tentang diagnosa, aturan pengobatan.
Intervensi:
Tinjau ulang pasien / orang terdekat tentang pemahaman diagnosa, pengobatan
Beri informasi yang akurat / jelas dalam cara yang nyata
Minta pasien umpan balik verbal dan perbaiki kesalahan konsep
Rasional:
Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini
Membantu penilaian diagnosa kanker, memberikan informasi yang diperlukan
Kesalahan konsep tentang kanker lebih mengganggu dari pada kenyataan dan mempengaruhi
pengobatan
Nama
Umur
Jenis kelamin
Status perkawinan
Agama
Pekerjaan
Alamat
Tanggal masuk
Ruangan / kamar
MR :
Diagnosa
Dokter
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Ny. H
45 tahun
Perempuan
Sudah menikah
Islam
Ibu Rumah Tangga
KP Areng 137, Lembang
11 Oktober 2015
326-3. obstetri
70-59-07
Mioma uteri
SZ
Riwayat Obstetrik
Pasien mengalami menarche pada umur 18 tahun dengan riwayat haid teratur 3 4 hari dengan
volume 3-4 x ganti pembalut / hari dan nyeri (+). Pasien pertama kali melakukan hubungan
seksual pada umur 19 tahun. Hari terakhir haid pasien pada tanggal . Pasien memakai KB
dengan jenis KB spiral.
e. Personal hygiene
Sebelum masuk RS
Pasien mandi 2 x / hari, gosok gigi 2 x / hari, cuci rambut 3 x / seminggu
Setelah masuk RS
Pasien mandi dengan lap basah 1 x / hari, gosok gigi 2 x / hari, cuci
rambut baru 1 kali semenjak masuk RS. Semua kegiatan dibantu oleh
perawat dan keluarga.
Pemeriksaan Fisik
a. Vital Sign
Tanggal 11 Oktober 2015
Tekanan darah
:120 / 70 mmHg
Pernafasan
:20 x/m
Nadi
:80 x/m
Temperatur
:36,80C
Kesadaran
:Compos mentis
Abdomen
Abdomen soepel, hepar dan lien tidak teraba. Berdasarkan pemeriksaan pada
abdomen: teraba massa sebesar tinju dewasa dengan pool atas pusat
simfisis, pool bawah setentang simfisis, kenyal, mobile, nyeri ada.
Genitalia
Tidak ada kelainan pada genitalia dalam keadaan bersih terpasang
kateter,tidak ada perdarahan.
Ekstremitas
Atas
Lengkap, tidak ada kelainan, dapat digerakkan secara mandiri, terpasang
infus Tutofusin OPS pada ekstremitas dextra.
Bawah
Lengkap, tidak ada udem pada kaki dan dapat digerakkan secara mandiri.
Terapi Medis
IVFD Tutofusin OPS 20 gtt / m
Tramal inj 100 mg IV
Fendex inj 100 mg IV in Tutofusin OPS 20 gtt/m
Pethidine 25 mg IV. PRN
Ondavel inj 2 x 8 mg IV
Bed rest
Pengelompokan Data
Data Subjektif:
Pasien mengatakan nyeri tekan pada perut bagian bawah
Pasien mengatakan cemas dalam menghadapi penyakitnya
Pasien mengatakan tidak selera makan
Data Objektif:
Teraba massa sebesar tinju dewasa dengan pool atas pusat simfisis
Pasien tampak meringis kesakitan
Pasien tampak gelisah
Porsi yang disajikan hanya habis porsi
Analisa Data
No
Data
Interpretasi
Masalah
DS:
Adanya penekanan
Gangguan rasa
syaraf
nyaman nyeri
pada lumbal ke v.
DO:
Pasien tampak meringis kesakitan
Teraba massa sebesar tinju dewasa dengan pool atas
pusat simfisis
2
DS:
Perubahan status
Gangguan rasa
kesehatan
nyaman cemas
DS:
Adanya perubahan
Resiko tinggi
nafsu makan
pemenuhan
DO:
Pasien tampak gelisah
3
nutrisi kurang
DO:
dari kebutuhan
2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman nyeri b/d penekanan saraf pada lumbal ke-v ditandai dengan
pasien mengatakan nyeri tekan pada perut bagian bawah, pasien tampak meringis kesakitan,
teraba massa sebesar tinju dewasa dengan pool atas pusat simfisis.
3) Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
perubahan nafsu makan ditandai dengan pasien mengatakan tidak selera makan, porsi
yang disajikan hanya habis porsi.
No
1
Dx Tujuan
I
Nyeri
teratasi dan
terkontrol 3
x 24 jam
setelah
tindakan
keperawata
n
Kriteria Hasil
Pasien tidak
meringis
kesakitan
Tidak ada
nyeri tekan pada
perut bagian
bawah
Intervensi
Rasional
Tentukan riwayat Informasi memberikan
nyeri, mis: lokasi nyeri, data dasar untuk
frekuensi dan intensitas mengevaluasi keefektifan
(skala 0 10)
intervensi
Berikan tindakan Meningkatkan relaksasi
kenyamanan dasar dan dan membantu memfokuskan
aktivitas hiburan
kembali perhatian
Dorong penggunaan Memungkinkan pasien
teknik relaksasi
untuk berpartisipasi secara
II
Dalam
waktu 3 x 24
jam
gangguan
rasa nyaman
cemas dapat
diatasi.
Klien tampak
tenang
Klien tidak
cemas lagi
III
Dalam waktu
3 x 24 jam
resiko tinggi
pemenuhan
nutrisi kurang
dari
kebutuhan
tidak terjadi.
Nafsu makan
meningkat
Porsi yang
disajikan habis
seluruhnya
BB stabil
Catatan Perkembangan
No
1
Hari/Tgl
Dx
Selasa
I
11 oktober
2015
Implementasi
08.00
Mengobservasi keadaan umum klien; T: 36,80C, TD: 120/70
mmHg, HR: 88 x/m, RR: 20 x/m
Mengkaji tingkat nyeri px skala 4 5
08.30
Mengatur posisi klien senyaman mungkin dari semi fowler
menjadi telentang
08.50
Menganjurkan klien tehnik relaksasi untuk menghilangkan rasa
nyeri
10.00
Mengalihkan perhatian klien dengan mengajak berkomunikasi
dan mendengarkan keluhan pasien dengan baik
Membuat suasana yang nyaman, hindari kebisingan
Evaluasi
S:
Klien
mengatakan
masih merasakan
nyeri tekan pada
perut bagian
bawah
O:
Skala nyeri 4 5,
pasien masih
meringis
kesakitan
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
II
08.00
Mengobservasi keadaan umum pasien
Pasien tidak tampak cemas lagi
09.00
Memberikan penjelasan kepada klien
tentang penyakitnya, pengobatan dan
prognosisnya
10.00
Memberikan dorongan semangat kepada
klien agar tidak terlalu cemas
Menganjurkan klien istirahat, jangan banyak
pikiran tentang penyakitnya
S:
Klien mengatakan sudah tidak cemas
lagi
O:
Pasien tampak rileks
Pasien mengerti tentang penyakitnya
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
III
08.00
Mengobservasi keadaan umum klien
08.30
Menimbang berat badan dengan hasil 45 kg
09.30
Memberikan obat oral
Mengobservasi jumlah makanan yang
dihabiskan (makanan habis porsi)
10.30
Menganjurkan pasien istirahat
S:
Pasien mengatakan belum selera makan
O:
BB: 45 kg
Porsi makanan yang dihabiskan porsi
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
12-10-2015 I
08.00
Mengobservasi keadaan umum klien
TD: 130/80 mmHg, HR: 78 x/m, RR: 20 x/, T:36,50C
Mengkaji tingkat nyeri skala 4 5
08.30
Mengatur posisi klien senyaman mungkin dari semi
fowler menjadi telentang
08.50
Menganjurkan klien teknik relaksasi untuk
menghilangkan rasa nyeri
09.15
Mengalihkan perhatian klien dengan mengajak
berkomunikasi dan mendengarkan keluhan pasien
dengan ba
Menciptakan suasana yang nyaman dan hindari
kebisingan
S:
Klien mengatakan masih
merasakan nyeri tekan
pada perut bagian bawah
O:
Skala nyeri 4 5, px
masih meringis kesakitan
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
III
20.00
Mengobservasi keadaan umum klien
TD: 130/80 mmHg, HR: 78 x/I, RR: 20 x/I, T:36,50C
21.00
Menimbang BB dengan hasil 45 kg
21.30
Memberikan diet pasien MBTKTP dalam keadaan hangat dan
memberikan obat oral
Cefodroxil 500 mg 1 tablet
As. Mefenamat 500 mg 1 tablet
Mengobservasi jumlah makanan yang dihabiskan (makanan
habis porsi)
22.00
Menganjurkan pasien untuk beristirahat
S:
Pasien mengatakan belum
selera makan
O:
BB 45 kg, porsi makanan yang
dihabiskan porsi
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
kamis
20.15
Mengobservasi keadaan umum klien
TD: 120/80 mmHg, HR: 72 x/I, RR: 20 x/I, T:36,50C
Mengkaji tingkat nyeri skala 4 5
20.45
Mengatur posisi klien senyaman mungkin dari
semi fowler menjadi telentang
Menganjurkan klien teknik relaksasi untuk
menghilangkan rasa nyeri
21.00
Mengalihkan perhatian klien dengan mengajak
berkomunikasi dan mendengarkan keluhan px
dengan baik
21.30
Memberikan diet klien MBTKTP dan obat oral
Cefodroxil 500 mg 1 tablet
As. Mefenamat 500 mg 1 tablet
22.00
Menciptakan suasana yang nyaman, dan hindari
kebisingan
S:
Klien mengatakan masih
merasakan nyeri tekan
pada perut bagian bawah
O:
Skala nyeri 4 5, pasien
masih meringis kesakitan
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
III
20.30
Menimbang BB dengan hasil 45 kg
S:
Pasien
mengatakan
21.00
belum selera
Memberikan diet pasien MBTKTP dalam keadaan hangat makan
dan memberikan obat oral
Cefodroxil 500 mg 1 tablet
O:
As. Mefenamat 500 mg 1 tablet
BB: 45 kg, posi
Mengobservasi jumlah makanan yang dihabiskan
makanan yang
(makanan habis porsi)
dihabiskan
porsi
22.00
Menganjurkan pasien istirahat
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
TERIMAKASIH