Anda di halaman 1dari 67

LANDASAN TEORITIS

Defenisi
Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari otot rahim
(miometrium) atau jaringan ikat yang tumbuh pada dinding atau di
dalam rahim. (Lina Mardiana, 2007)

Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan disebut juga leiomioma,
fibromioma atau fibroid. (Arif Mansjoer, 1999, hal 387)

Myoma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan


ikatnya sehingga dapat dalam bentuk padat. (Prof. dr. Ida Bagus
Gde Manuaba, SpOG, 1998, hal 409)

Berdasarkan letaknya mioma uteri dibagi atas:


1) Mioma sub mukosum
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam
kavum uteri.
Mioma uteri dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian dilahirkan melalui serviks (mioma geburt)

2) Mioma intiamural
Berada diantara serabut
miometrium.

3) Mioma subserosum
Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol ke permukaan uterus dan
diliputi serosa. Mioma subserosum dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum
latum menjadi mioma intra ligamenter. Mioma subserosum dapat pula tumbuh menempel
pada jaringan lain setelah lepas dari uterus, misalnya ke ligamentum atau omentum dan
kemudian bebas disebut wondering / parasitic fibroid.
(Sarwono, 2005)

Anatomi Fisiologi
Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak di dalam
pelvis, antara rektum di belakang dan kandung kencing di depan. Ototnya
disebut miometrium dan selaput lendir yang melapisi sebelah dalamnya disebut
endometrium. Letak uterus sedikit anteflexi pada bagian lehernya dan anteversi
(meliuk agak memutar ke depan) dengan fundusnya terletak di atas kandung
kencing. Panjang uterus adalah 5 sampai 8 cm dan beratnya 30 sampai 60 gram.

Uterus terbagi atas 3 bagian berikut:


Fundus, bagian cembung di atas muara tuba uterina
Badan uterus, melebar dari fundus ke servix, sedangkan
antara badan dan servix terdapat istmus
Bagian bawah yang sempit pada uterus disebut servix

Dinding rahim yang terdiri dari segi lapisan yaitu:

Lapisan serosa (lapisan peritonium) di luar

Lapisan otot (lapisan miometrium) di tengah

Lapisan mukosa (lapisan endometrium) di dalam

Ligamentum teres uteri ada dua buah, di sebelah kiri dan di sebelah
kanan sebuah. Terdiri atas jaringan ikat dan otot, berisi pembuluh
darah dan ditutupi peritonum. Ligamen ini berjalan dari sudut atas
uterus ke depan dan ke samping, melalui anulus inguinalis profundus
ke kanalis inguinalis. Setiap ligamen panjangnya 10 sampai 12,5 cm.

Fungsi Uterus
Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan. Sebutir ovum, sesudah
keluar dari ovarium, diantarkan melalui tuba uterina ke uterus. Endometrium disiapkan
untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi itu dan ovum itu sekarang tertanam di
dalamnya. Sewaktu hamil, yang secara normal berlangsung selama kira-kira 40 minggu,
uterus bertambah besar, dindingnya menjadi tipis tetapi lebih kuat dan membesar sampai
keluar pelvis masuk ke dalam rongga ebdomen pada masa pertumbuhan fetus.
Pada waktu saatnya tiba dan his tanda melahirkan mulai, uterus berkontraksi secara ritmis
dan mendorong bayi dan plasenta keluar kemudian kembali ke ukuran normalnya melalui
proses yang dikenal sebagai involusi.
(Evelyn C. Pearce, 1986, hal 259 261)

Etiologi
Penyebab mioma uteri yang pasti sampai saat ini masih belum
diketahui secara pasti. Beberapa peneliti menyatakan bahwa mioma
uteri tumbuh dari sel neoplastik tunggal (monoklonal) yang
mengalami mutasi gen dari sel-sel normal, sel-sel imatur
miometrium atau dari sel embrional dinding pembuluh darah uterus.

Sedangkan dugaan lain menyatakan bahwa estrogen mempunyai peranan


penting tetapi dengan teori ini sukar diterangkan mengapa pada seseorang
wanita estrogen dapat menyebabkan mioma, sedangkan pada wanita yang
lain tidak. Juga pada beberapa wanita dengan mioma uteri dapat terjadi
ovulasi, yang menghasilkan progesteron yang sifatnya anti estrogen.

Untuk mencegah timbulnya myoma pada organ reproduksi


sebaiknya dihindari makanan yang diawetkan, makanan setengah
matang, KB suntik dan pil KB, serta melakukan cek kesehatan
secara teratur dan berkala.

Pada myoma uteri terjadi perubahan sekunder. Perubahan


sekunder pada myoma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat
degenerasi. Hal ini dikarenakan berkurangnya pemberian darah
pada sarang myoma.

Perubahan sekunder yaitu:

1) Atrofi
Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan myoma uteri menjadi kecil.

2) Degenerasi hialin
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut, tumor
kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau
hanya sebagian kecil.

3) Degenerasi kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari myoma
menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi
seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan
limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak tumor
ini sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.

4) Degenerasi membatu (calcireous degeneration)


Ini terjadi pada wanita berusia lanjut, karena adanya gangguan dalam sirkulasi.
Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang myoma maka myoma menjadi
keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.
5) Degenerasi merah (carneous degeneration)
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Diperkirakan
karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Degenerasi
merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda diserai emesis,
haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri
pada perabaan.
6) Degenerasi lemak
Jarang terjadi merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
(Sarwono, 2005)

Patofisiologi

Manifestasi Klinis
Gejala klinik mioma uteri adalah:
1) Perdarahan tidak normal

Hipermenorea perdarahan banyak saat menstruasi

Meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi

Gangguan kontraksi otot rahim

Perdarahan berkepanjangan

Akibat perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan


darah, pusing, cepat lelah dan mudah terjadi infeksi.

2) Penekanan rahim yang membesar


Penekanan rahim karena pembesaran mioma uteri dapat terjadi:

Terasa berat di abdomen bagian bawah

Sukar miksi atau defekasi

Terasa nyeri karena tertekannya urat syaraf

3) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan


Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling
mempengaruhi:

Kehamilan dapat mengalami keguguran

Persalinan prematurus

Gangguan saat proses persalinan

Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infertilitas

Kala ke tiga terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan

(Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG, 1998, hal 410 411)

Komplikasi
a. Nekrosis dan infeksi
Pada mioma sub mukosum yang terjadi polip, ujungnya kadang dapat melalui kanalis
servikalis dan dialirkan ke vagina.
Dalam hal ini kemungkinan terjadi nekrosis dan infeksi sekunder, penderita
mengeluh tentang pendarahan yang bersifat menoragia atau metrogania dan leukea.

b. Torsi (putaran tangkai)


Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi
akut sehingga mengalami nekrosis dengan demikian terjadilah sindroma abdomen
akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan gangguan akut tidak terjadi, hal ini hendaknya
dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam
rongga peritonium.

c. Pertumbuhan leioma sarcoma


Ialah tumor yang tumbuh dari miometrium, kecurigaan terhadap
sarkoma dan mioma uteri timbul bila suatu mioma uteri yang selama
beberapa tahun tidak membesar tiba-tiba menjadi besar, apabila hal itu
terjadi setelah menopause.

Evaluasi Diagnostik

1)

Ultrasonografi

Untuk menentukan jenis tumor, lokasi myoma, ketebalan endometrium.


2)

Foto BNO / IVP

Untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
3)

Tes kehamilan

4)

Darah lengkap dan urine lengkap

5)

Histerografi dan histeroscopi

Untuk menilai pasien myoma sub mukosa disertai infertilitas.


(Chrisdiono, 2004)

Penatalaksanaan
1) Pengobatan konservatif / medikasi
Terapi mioma uteri pada umumnya terbagi atas terapi ekspetatif Medikamentosa , preparat
progesterone, anti progestin), tindakan bedah (miemektomi / histerektomi), embolisasi
arteri uteri dan beberapa alternative.
Tindakan seperti USG frekuensi tinggi, terapi laser, dan ablasi thermal. Setiap tindakan
harus dipilih yang paling sesuai untuk seorang pasien dengan menimbang banyak hal
seperti umur, keinginan, status fertilitas, beratnya gejala klinis, ukuran, jumlah dan lokasi
mioma, penyakit sistemik, kemungkinan malignanni, apakah pasien sudah dekat
menopause dan keinginan pasien untuk mempertahankan rahimnya.

Terapi obat tidak mempunyai peranan yang penting dalam penanganan


leimioma, akan tetapi agons GnRH (Gonadotropin rekasing hormone) bisa
dipakai untuk mengurangi estrogen yang beredar dalam darah dan bisa
membuat tumor mengecil. Agonis GnRH bisa mengurangi besarnya tumor
sekitar 90%, tetapi efeknya hanya sementara. Tumor ini bisa mengecil setelah
menopause. Biasanya GnRH diberikan untuk memperkecil tumor yang besar
dan menghindari perdarahan waktu pembedahan.
(Mari Baraden, dkk, 2007)

2) Pengobatan kolaboratif
Observasi
Bila ukuran uterus lebih kecil dari ukuran uterus kehamilan 12 minggu tanpa
disertai penyulit lain.
Ekstirpasi
Biasanya untuk myoma submukosa bertangkai atau myoma lahir / geburt
umumnya dianjurkan dengan tindakan dilatasi dan kuretase.
Laparatomi . miomektomi
Bila fungsi reproduksi masih diperlukan.
Histerektomi
Bila fungsi reproduksi tidak diperlukan lagi, pertumbuhan tumor sangat cepat
sebagai tindakan hemostasis.
(Crisdiono, 2004)

Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

Aktivitas / istirahat
Gejala:
o Kelemahan dan / atau keletihan
o Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari; adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi tidur, mis: nyeri, ansietas, berkeringat malam
o Keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan
o Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress
tinggi
Sirkulasi
Gejala:
Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja.
Tanda:
Perubahan pada TD.

Integritas ego
Gejala:
o Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (mis:
merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius / spiritual)
o Masalah tentang perubahan dalam penampilan, mis: alopesia, lesi cacat, pembedahan
o Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu tidak
bermakna / rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda:
Menyangkal, menarik diri, marah.
Eliminasi
Gejala:
o Perubahan pada pola defekasi, mis: darah pada feses, nyeri pada defekasi
o Perubahan eliminasi urinarius, mis: nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih,
hematuria, sering berkemih
Tanda:
Perubahan pada bising usus, distensi abdomen

Makanan / cairan
Gejala:
o Kebiasaan diet buruk (mis: rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan pengawet)
o Anoreksia, mual / muntah
o Intoleransi makanan
o Perubahan pada berat badan; penurunan berat badan hebat, kakeksia berkurangnya massa otot
Tanda:
Perubahan pada kelembaban / turgor kulit, edema
Neurosensori
Gejala:
Pusing, sinkope
Nyeri / Kenyamanan
Gejala:
Tidak ada nyeri atau derajat nyeri bervariasi mis: ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat
(dihubungkan dengan proses penyakit)
Pernapasan
Gejala:
o Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok)
o Pemajanan asbes

Keamanan
Gejala:
o Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen
o Pemajanan matahari lama / berlebihan
Tanda:
o Demam
o Ruam kulit, ulserasi
Seksualitas
Gejala:
o Masalah seksual mis: dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat
kepuasan
o Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun
o Multigravida, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini, herpes genital

2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d proses penyakit
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, distress emosional, keletihan
3. Kurang pengetahuan b/d kurang pengetahuan / mengingat tidak mengenal informasi,
keterbatasan kognitif
4. Gangguan harga diri b/d kecacatan bedah
5. Ansietas b/d krisis situasi, ancaman / perubahan status kesehatan, sosio ekonomi, fungsi
peran, ancaman kematian, perpisahan dari keluarga
6. Antisipasi berduka b/d kehilangan yang diantisipasi dari kesejahteraan fisiologis, perubahan
gaya hidup, penerimaan kemungkinan kematian

Intervensi

3) DX III
Ansietas b/d krisis situasi, ancaman / perubahan status kesehatan, sosio
ekonomi, fungsi peran, ancaman kematian, perpisahan dari keluarga.
Tujuan:
Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut.
Kriteria Hasil:
Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang, mendemonstrasikan
mekanisme koping yang efektif.

Intervensi:

Tinjau ulang pengalaman pasien

Dorong pasien mengungkapkan pikiran dan perasaan

Berikan lingkungan yang terbuka dimana pasien merasa aman untuk mendiskusikan perasaan

Pertahankan kontak yang sering dengan pasien

Bantu pasien atau orang terdekat dalam mengenali rasa takut untuk mengembangkan koping

Berikan informasi yang akurat

Jelaskan pengobatan yang dianjurkan, tujuan dan efek samping

Rasional:
Membantu dalam mengidentifikasi rasa takut dan kesalahan konsep pada pengalaman tentang penyakit
Memberi kesempatan untuk memeriksa rasa takut realitas serta kesalahan konsep
Membantu pasien merasa diterima pada adanya kondisi tanpa perasaan dihakimi
Memberikan keyakinan bahwa klien tidak sendiri atau ditolak
Keterampilan koping sering rusak setelah didiagnosis dan selama fase pengobatan berbeda
Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan berdasarkan realita
Tujuan pengobatan adalah untuk pengangkatan sel-sel jinak yang tumbuh pada otot-otot rahim

4) DX IV
Antisipasi berduka b/d kehilangan yang diantisipasi dari kesejahteraan fisiologis,
perubahan gaya hidup, penerimaan kemungkinan kematian.
Tujuan:
Menekspresikan perasaan dengan tepat.
Kriteria Hasil:
Melanjutkan aktifitas kehidupan normal, merencanakan masa depan.

Intervensi:

Perkiraan syok awal dan ketidakyakinan setelah didiagnosis tumor

Kaji pasien / orang terdekat terhadap berduka yang mengalami

Dorong mengungkapkan pikiran

Kunjungi dengan sering dan berikan kontak fisik yang tepat

Kuatkan penyuluhan tentang proses penyakit

Diskusikan cara-cara pasien atau orang terdekat untuk merencanakan masa depan

Rasional:

Sedikit pasien yang benar-benar siap untuk realita perubahan dapat terjadi

Pengetahuan tentang proses berduka memperkuat normalitas perasaan

Pasien merasa terdukung mengekspresikan perasaan

Membantu pasien isolasi dan diabaikan

Pasien dan orang terdekat mendapat keuntungan dari infromasi aktual

Menjadi bagian dalam pemecahan masalah / perencanaan

2) DX II

Gangguan harga diri b/d kecacatan bedah, ancaman kematian.


Tujuan:
Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh, penerimaan diri.
Kriteria Hasil:
Mulai mengembangkan mekanisme koping dalam menghadapi masalah.

Intervensi:
Diskusikan dengan pasien dan orang terdekat diagnosis dan pengobatan yang
mempengaruhi kehidupan pribadi pasien
Tinjau ulang efek samping yang diantisipasi yang berhubungan dengan pengobatan
Dorong, diskusi tentang masalah, efek penyakit, efek pengobatan terhadap peran
Akui kesulitan pasien yang mungkin dialami

Rasional:
Membantu mendiskusikan / memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan
masalah
Bimbingan antisipasi dapat membantu pasien / orang terdekat memulai proses adaptasi
pada status baru
Dapat membantu menurunkan masalah yang mempengaruhi pengobatan
Memvalidasi realitas perasaan pasien dan memberi izin untuk tindakan apapun perlu
untuk mengantisipasi

1) DX I
Gangguan rasa nyaman nyeri b/d proses penyakit.
Tujuan:
Nyeri hilang / berkurang.
Kriteria Hasil:
Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan, mendemonstrasikan relaksasi .

Intervensi:
Tentukan riwayat nyeri misal: lokasi, frekuensi, durasi (skala), tindakan penghilangan nyeri
Evaluasi / sadari terapi tertentu, misal: pembedahan
Beri tindakan kenyamanan (reposisi punggung), aktifitas hiburan
Dorong keterampilan manajemen nyeri (tehnik relaksasi), tertawa, musik
Evaluasi penghilang nyeri
Kolaborasi pemberian analgesik

Rasional:

Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi keefektifan intervensi


Ketidaknyamanan rentang luas adalah umum tergantung pada prosedur / agen yang digunakan
Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali latihan
Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol
Tujuannya adalah kontrol nyeri maksimum dengan pengaruh minimum
Mengontrol / menghilangkan nyeri

5) DX V
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d status hipermetabolik berkenaan dengan kanker
konsekuensi kemoterapi (anorexia), distner emosional, keletihan.
Tujuan:
Nafsu makan meningkat.
Kriteria Hasil:
Berat badan stabil, penambahan berat badan ke arah normal, berpartisipasi dalam
merangsang nafsu makan.

Intervensi:
Pantau masukan makanan per hari
Ukur tinggi, berat badan, pastikan jumlah penurunan berat badan
Dorong klien makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan masukan cairan adekuat
Kontrol faktor lingkungan (mis: bau tidak sedao), kebisingan, hindari makanan berlemak dan pedas
Identifikasi pasien yang mengalami mual muntah
Rasional:
Mengidentifikasi kekuatan / defisiensi nutrisi
Memantau dalam identifikasi malnutrisi khususnya berat badan kurang dari normal
Kebutuhan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan
Dapat mencegah mual muntah
Mual muntah psikologis terjadi sebelum kemoterapi mulai secara umum tidak berespon terhadap
anti emetik

6) DX VI
Kurang pengetahuan b/d kurang pajanan / meningkat, tidak mengenal sumber
informasi, keterbatasan kognitif.
Tujuan:
Mengetahui penyakit, prognosis, pengobatan.
Kriteria Hasil:
Mengungkapkan informasi yang akurat tentang diagnosa, aturan pengobatan.

Intervensi:
Tinjau ulang pasien / orang terdekat tentang pemahaman diagnosa, pengobatan
Beri informasi yang akurat / jelas dalam cara yang nyata
Minta pasien umpan balik verbal dan perbaiki kesalahan konsep
Rasional:
Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini
Membantu penilaian diagnosa kanker, memberikan informasi yang diperlukan
Kesalahan konsep tentang kanker lebih mengganggu dari pada kenyataan dan mempengaruhi
pengobatan

Pengkajian Identitas Pasien

Nama
Umur
Jenis kelamin
Status perkawinan
Agama
Pekerjaan
Alamat
Tanggal masuk
Ruangan / kamar
MR :
Diagnosa
Dokter

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Ny. H
45 tahun
Perempuan
Sudah menikah
Islam
Ibu Rumah Tangga
KP Areng 137, Lembang
11 Oktober 2015
326-3. obstetri
70-59-07
Mioma uteri
SZ

Riwayat Penyakit Dahulu


Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami penyakit yang serius. Hanya demam biasa,
batuk, pilek. Sakit kepala. Dengan istirahat dan minum obat, pasien segera sembuh.
Riwayat Penyakit Sekarang
Tiga bulan tearkhir, haid lebih banyak dari normal dan bergumpal. Pasien mengira
mungkin ini gejala atau tanda menopause. Tapi lama kelamaan pasien merasa
lemas dan pusing. Dan memutuskan untuk memeriksakan diri k dokter.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut keterangan pasien dan anggota keluarga, pasien tidak pernah mengalami penyakit
serius dan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit seperti yang diderita pasien,
hanya penaykit biasa seperti: pilek, demam dan batuk biasa, tidak ada penyakit keturunan .

Riwayat Obstetrik
Pasien mengalami menarche pada umur 18 tahun dengan riwayat haid teratur 3 4 hari dengan
volume 3-4 x ganti pembalut / hari dan nyeri (+). Pasien pertama kali melakukan hubungan
seksual pada umur 19 tahun. Hari terakhir haid pasien pada tanggal . Pasien memakai KB
dengan jenis KB spiral.

Riwayat / Keadaan Psikologis


Pasien cemas dalam menghadapi penyakitnya dan pasien berkata pasrah dengan
keadaan penyakitnya sekarang. Hubungan pasien dengan anggota keluarga sangat
baik terlihat dari keluarga selalu menjenguk serta menjaga pasien.

Pola Kebiasaan Sehari-Hari


a. Nutrisi
Sebelum masuk RS
Pasien makan 3x sehari dengan menu nasi, sayur, lauk pauk dan buah-buahan (kadangkadang). Pasien tidak memiliki makanan pantangan.
Setelah masuk RS
Pasien makan 3x sehari dengan diet makanan biasa dengn nafsu makan menurun, porsi
yang disajikan habis porsi.
b. Minum
Sebelum masuk RS
Pasien minum 7 8 gelas / hari.
Setelah masuk RS
Pasien minum 6 7 gelas / hari

c. Pola istirahat tidur


Sebelum masuk RS
Pasien tidak pernah tidur siang, dan tidur malam pasien 6 7 jam / hari
Setelah masuk RS
Pasien tidur siang selama 2 3 jam / hari dan tidur malam 6 7 jam / hari. Tidak ada
keluhan ketika pasien tidur.
d. Pola eliminasi
BAB
Sebelum masuk RS
Pasien buang air besar 1 2 x / hari dengan konsistensi lembek dan bau khas
Setelah masuk RS
Pasien buang air besar 1 x / hari dengan konsistensi lembek dan bau khas
BAK
Sebelum masuk RS
Pasien buang air kecil 3 4 x / hari dengan warna kekuningan dan bau khas emoniak
Setelah masuk RS
Pasien buang air kecil melalui kateter dengan volume 500 cc / hari. Warna urine kekuningan
dengan bau khas amoniak.

e. Personal hygiene
Sebelum masuk RS
Pasien mandi 2 x / hari, gosok gigi 2 x / hari, cuci rambut 3 x / seminggu
Setelah masuk RS
Pasien mandi dengan lap basah 1 x / hari, gosok gigi 2 x / hari, cuci
rambut baru 1 kali semenjak masuk RS. Semua kegiatan dibantu oleh
perawat dan keluarga.

Pemeriksaan Fisik
a. Vital Sign
Tanggal 11 Oktober 2015
Tekanan darah

:120 / 70 mmHg

Pernafasan

:20 x/m

Nadi

:80 x/m

Temperatur

:36,80C

Kesadaran

:Compos mentis

BB sebelum masuk RS :45 Kg


BB sesudah masuk RS :45 Kg

b. Pemeriksaan Head To Toe


Kepala
Kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, bentuk bulat, rambut warna hitam, ikal, pendek.
Mata
Pasien tidak memakai alat bantu penglihatan, dapat membaca buku dengan jarak 30 cm, sklera
tidak tampak ikterus, conjungtiva tidak pucat, pupil isokor, kelopak mata tidak edema.
Hidung
Tidak ada sekret, fungsi penciuman baik, dapat membedakan bau dan wangi.
Telinga
Dapat mendengar dengan baik tanpa menggunakan alat bantu, tidak tampak tanda peradangan dan
cairan, adanya serumen dalam batas normal.
Gigi
Gigi lengkap, tidak caries dan tidak memakai gigi palsu.
Muka
Ekspresi wajah tampak lemah, tidak dijumpai sianosis.
Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak terdapat tekanan vena jugularis.
Thorax
Bentuk thorax simetris, frekuensi 20 x / menit, bunyi nafas vesikuler, batuk dan sputum tidak ada.

Abdomen
Abdomen soepel, hepar dan lien tidak teraba. Berdasarkan pemeriksaan pada
abdomen: teraba massa sebesar tinju dewasa dengan pool atas pusat
simfisis, pool bawah setentang simfisis, kenyal, mobile, nyeri ada.
Genitalia
Tidak ada kelainan pada genitalia dalam keadaan bersih terpasang
kateter,tidak ada perdarahan.
Ekstremitas
Atas
Lengkap, tidak ada kelainan, dapat digerakkan secara mandiri, terpasang
infus Tutofusin OPS pada ekstremitas dextra.
Bawah
Lengkap, tidak ada udem pada kaki dan dapat digerakkan secara mandiri.

Terapi Medis
IVFD Tutofusin OPS 20 gtt / m
Tramal inj 100 mg IV
Fendex inj 100 mg IV in Tutofusin OPS 20 gtt/m
Pethidine 25 mg IV. PRN
Ondavel inj 2 x 8 mg IV
Bed rest

Pengelompokan Data
Data Subjektif:
Pasien mengatakan nyeri tekan pada perut bagian bawah
Pasien mengatakan cemas dalam menghadapi penyakitnya
Pasien mengatakan tidak selera makan
Data Objektif:
Teraba massa sebesar tinju dewasa dengan pool atas pusat simfisis
Pasien tampak meringis kesakitan
Pasien tampak gelisah
Porsi yang disajikan hanya habis porsi

Analisa Data
No

Data

Interpretasi

Masalah

DS:

Adanya penekanan

Gangguan rasa

Pasien mengatakan nyeri tekan pada perut bagian bawah

syaraf

nyaman nyeri

pada lumbal ke v.

DO:
Pasien tampak meringis kesakitan
Teraba massa sebesar tinju dewasa dengan pool atas
pusat simfisis
2

DS:

Perubahan status

Gangguan rasa

Pasien mengatakan cemas dalam menghadapi penyakitnya

kesehatan

nyaman cemas

DS:

Adanya perubahan

Resiko tinggi

Pasien mengatakan tidak selera makan

nafsu makan

pemenuhan

DO:
Pasien tampak gelisah
3

nutrisi kurang

DO:

dari kebutuhan

Porsi yang disajikan hanya habis porsi

2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman nyeri b/d penekanan saraf pada lumbal ke-v ditandai dengan
pasien mengatakan nyeri tekan pada perut bagian bawah, pasien tampak meringis kesakitan,
teraba massa sebesar tinju dewasa dengan pool atas pusat simfisis.

2) Ansietas b/d perubahan status kesehatan ditandai dengan pasien


mengatakan cemas dalam menghadapi penyakitnya, pasien tampak gelisah.

3) Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
perubahan nafsu makan ditandai dengan pasien mengatakan tidak selera makan, porsi
yang disajikan hanya habis porsi.

Rencana Asuhan Keperawatan


Nama : Ny, H
Diagnosa : Myoma Uteri
Umur : 45 tahun
Ruangan: 326-3 Obgyn

No
1

Dx Tujuan
I
Nyeri
teratasi dan
terkontrol 3
x 24 jam
setelah
tindakan
keperawata
n

Kriteria Hasil
Pasien tidak
meringis
kesakitan
Tidak ada
nyeri tekan pada
perut bagian
bawah

Intervensi
Rasional
Tentukan riwayat Informasi memberikan
nyeri, mis: lokasi nyeri, data dasar untuk
frekuensi dan intensitas mengevaluasi keefektifan
(skala 0 10)
intervensi
Berikan tindakan Meningkatkan relaksasi
kenyamanan dasar dan dan membantu memfokuskan
aktivitas hiburan
kembali perhatian
Dorong penggunaan Memungkinkan pasien
teknik relaksasi
untuk berpartisipasi secara

aktif dan meningkatkan rasa


Atur posisi
kontrol
senyaman mungkin
Mengurangi rasa tertekan

pada perut bagian bawah dan


Kolaborasi dalam mengontrol rasa nyeri
pemberian analgesik
Nyeri adalah komplikasi
sesuai indikasi
sering dari tumor, meskipun
Ciptakan suasana respons individual berbeda.
yang nyaman
Saat perubahan penyakit /
pengobatan terjadi penilaian
dosis dan pemberian akan
diperlukan
Meningkatkan relaksasi
dan mengontol rasa nyeri

II

Dalam
waktu 3 x 24
jam
gangguan
rasa nyaman
cemas dapat
diatasi.

Klien tampak
tenang
Klien tidak
cemas lagi

Dorong pasien untuk Memberikan kesempatan untuk


mengungkapkan
memeriksa rasa takut realistis serta
pikiran dan perasaan kesalahan konsep tentang diagnosa
Berikan lingkungan Membantu pasien untuk merasa
terbuka dimana pasien diterima pada adanya kondisi tanpa
merasa aman untuk
perasaan dihakimi
mendiskusikan
Memberikan keyakinan bahwa
perasaan
pasien tidak sendiri atau ditolak
Pertahankan kontak Dapat menurunkan ansietas dan
sering dengan pasien memungkinkan pasien membuat
Berikan informasi
keputusan / pilihan berdasarkan
akurat, konsisten
realita
mengenai prognosis
Informasi akurat memungkinkan
Jelaskan prosedur, pasien menghadapi situasi lebih
berikan kesempatan efektif dengan realitas, karenanya
untuk bertanya dan
menurunkan ansietas dan rasa
jawaban jujur
takut karena ketidaktahuan
Tingkatkan rasa
Memudahkan istirahat,
tenang dan lingkungan menghemat energi dan
tenang
meningkatkan kemampuan koping

III

Dalam waktu
3 x 24 jam
resiko tinggi
pemenuhan
nutrisi kurang
dari
kebutuhan
tidak terjadi.

Nafsu makan
meningkat
Porsi yang
disajikan habis
seluruhnya
BB stabil

Pantau masukan makanan setiap Mengidentifikasi kekuatan /


hari
defisiensi nutrisi
Ukur berat badan setiap hari atau Membantu dalam identifikasi
sesuai indikasi
malnutrisi protein kalori,
Dorong pasien untuk makan diet khususnya bla berat badan dan
tinggi kalori kaya nutrien dengan pengukuran antropometrik
masukan cairan adekuat
kurang dari normal
Berikan makanan dalam porsi
Kebutuhan jaringan metabolik
sedikit tapi sering
ditingkatkan begitu juga cairan
Sajikan makanan dalam keadaan Mencegah lambung penuh
hangat
dengan segera
Ciptakan suasana makan yang
Meningkatkan selera makan
menyenangkan, dorong pasien
pasien
untuk berbagi makanan dengan
Membuat waktu makan lebih
keluarga / teman
menyenangkan, yang dapat
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam meningkatkan masukan
pemberian nutrisi
Memberikan rencana diet
khusus untuk memenuhi
kebutuhan individu dan
menurunkan masalah berkenaan
dengan malnutrisi

Catatan Perkembangan
No
1

Hari/Tgl
Dx
Selasa
I
11 oktober
2015

Implementasi
08.00
Mengobservasi keadaan umum klien; T: 36,80C, TD: 120/70
mmHg, HR: 88 x/m, RR: 20 x/m
Mengkaji tingkat nyeri px skala 4 5
08.30
Mengatur posisi klien senyaman mungkin dari semi fowler
menjadi telentang
08.50
Menganjurkan klien tehnik relaksasi untuk menghilangkan rasa
nyeri
10.00
Mengalihkan perhatian klien dengan mengajak berkomunikasi
dan mendengarkan keluhan pasien dengan baik
Membuat suasana yang nyaman, hindari kebisingan

Evaluasi
S:
Klien
mengatakan
masih merasakan
nyeri tekan pada
perut bagian
bawah

O:
Skala nyeri 4 5,
pasien masih
meringis
kesakitan

A:
Masalah belum
teratasi

P:
Intervensi
dilanjutkan

II

08.00
Mengobservasi keadaan umum pasien
Pasien tidak tampak cemas lagi
09.00
Memberikan penjelasan kepada klien
tentang penyakitnya, pengobatan dan
prognosisnya
10.00
Memberikan dorongan semangat kepada
klien agar tidak terlalu cemas
Menganjurkan klien istirahat, jangan banyak
pikiran tentang penyakitnya

S:
Klien mengatakan sudah tidak cemas
lagi

O:
Pasien tampak rileks
Pasien mengerti tentang penyakitnya

A:
Masalah teratasi

P:
Intervensi dihentikan

III

08.00
Mengobservasi keadaan umum klien
08.30
Menimbang berat badan dengan hasil 45 kg
09.30
Memberikan obat oral
Mengobservasi jumlah makanan yang
dihabiskan (makanan habis porsi)
10.30
Menganjurkan pasien istirahat

S:
Pasien mengatakan belum selera makan
O:
BB: 45 kg
Porsi makanan yang dihabiskan porsi
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan

12-10-2015 I

08.00
Mengobservasi keadaan umum klien
TD: 130/80 mmHg, HR: 78 x/m, RR: 20 x/, T:36,50C
Mengkaji tingkat nyeri skala 4 5
08.30
Mengatur posisi klien senyaman mungkin dari semi
fowler menjadi telentang
08.50
Menganjurkan klien teknik relaksasi untuk
menghilangkan rasa nyeri
09.15
Mengalihkan perhatian klien dengan mengajak
berkomunikasi dan mendengarkan keluhan pasien
dengan ba
Menciptakan suasana yang nyaman dan hindari
kebisingan

S:
Klien mengatakan masih
merasakan nyeri tekan
pada perut bagian bawah
O:
Skala nyeri 4 5, px
masih meringis kesakitan
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan

III

20.00
Mengobservasi keadaan umum klien
TD: 130/80 mmHg, HR: 78 x/I, RR: 20 x/I, T:36,50C
21.00
Menimbang BB dengan hasil 45 kg
21.30
Memberikan diet pasien MBTKTP dalam keadaan hangat dan
memberikan obat oral
Cefodroxil 500 mg 1 tablet
As. Mefenamat 500 mg 1 tablet
Mengobservasi jumlah makanan yang dihabiskan (makanan
habis porsi)
22.00
Menganjurkan pasien untuk beristirahat

S:
Pasien mengatakan belum
selera makan
O:
BB 45 kg, porsi makanan yang
dihabiskan porsi
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan

kamis

20.15
Mengobservasi keadaan umum klien
TD: 120/80 mmHg, HR: 72 x/I, RR: 20 x/I, T:36,50C
Mengkaji tingkat nyeri skala 4 5
20.45
Mengatur posisi klien senyaman mungkin dari
semi fowler menjadi telentang
Menganjurkan klien teknik relaksasi untuk
menghilangkan rasa nyeri
21.00
Mengalihkan perhatian klien dengan mengajak
berkomunikasi dan mendengarkan keluhan px
dengan baik
21.30
Memberikan diet klien MBTKTP dan obat oral
Cefodroxil 500 mg 1 tablet
As. Mefenamat 500 mg 1 tablet
22.00
Menciptakan suasana yang nyaman, dan hindari
kebisingan

S:
Klien mengatakan masih
merasakan nyeri tekan
pada perut bagian bawah
O:
Skala nyeri 4 5, pasien
masih meringis kesakitan
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan

III

20.30
Menimbang BB dengan hasil 45 kg

S:
Pasien
mengatakan
21.00
belum selera
Memberikan diet pasien MBTKTP dalam keadaan hangat makan
dan memberikan obat oral
Cefodroxil 500 mg 1 tablet
O:
As. Mefenamat 500 mg 1 tablet
BB: 45 kg, posi
Mengobservasi jumlah makanan yang dihabiskan
makanan yang
(makanan habis porsi)
dihabiskan
porsi
22.00
Menganjurkan pasien istirahat
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai